Cantiknya
Pariwisata Berasal Dari Jiwa-Jiwa Yang Cantik Pula
Pepatah terkenal mengatakan, tak
kenal maka tak sayang karena saya ingin di sayang perkenankanlah saya
memperkenalkan diri, nama saya Isnaini Putri Yunita orang-orang biasa memanggil
saya dengan sebutan nita saying atau lebih mudah panggil saya dengan sebutan
sayang dan jika kalian terlalu segan memanggil saya saying cukup panggil saya
dengan nita. Saya hanyalah seekor ulat yang mempunyai keinginan besar berubah
menjadi seekor kupu-kupu yang cantik nan indah dengan usaha dan kerja keras
saya sendiri. Kini saya adalah seorang Mahasiswi D3 semester 3 program studi
Usaha Jasa Pariwisata di salah satu Universitas terkenal di Jakarta yaitu
Universitas Negeri Jakarta.
Sebagai seorang Mahasiswi Pariwisata
adakalanya saya pun sangat bersyukur kepada Allah SWT karena diriNya telah
menciptakan negeri yang sangat sempurna ini. Sangat kita ketahui saat ini
Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya memajukan Pariwisata di Indonesia
melalui iklan dan promosi lewat berbagai macam media khususnya internet.
Saya sebagai warga Negara Indonesia
dan Mahasiswi Pariwisata sendiri pun merasa takjub dengan kemajuan Pariwisata
di Indonesia sehingga menarik minat banyak wisatawan local maupun wisatawan
asing. Saya pribadi pun mempunyai keinginan besar untuk mengelilingi Indonesia melihat
betapa indahnya negeri ini dan berusaha menjaga, mengembangkan lalu mengenalkan
objek-objek wisata yang ada di Indonesia kepada Dunia.
Indonesia mempunyai banyak sekali
destinasi wisata mulai dari menjual keindahan pegunungan, keindahan alam, keindahan
pantai, keindahan laut, keindahan bawah laut, keindahan budaya yang ada di
suku-suku di Indonesia, keindahan bangunan-bangunan peninggalan sejarah dan
masih banyak lagi keindahan-keindahan yang dapat dijual di Indonesia kepada
dunia.
Tetapi setiap ada niat dan usaha
yang baik pasti selalu ada proses yang tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Banyaknya halangan dan rintangan membuat seseorang ataupun sesuatu
menjadi lebih baik jika dilaksanakan dan dikerjakan dengan baik pula dan ini
pun berlaku dengan proses pengembangan Pariwisata yang ada di Indonesia. Saat
ini kita telah tahu bahwa banyak sekali destinasi wisata yang masih harus
dikembangkan agar menarik para wisatawan dan masih banyak sekali juga destinasi
wisata yang harus dikenalkan kepada dunia.
Masalah-masalah yang terjadi yang
berkaitan erat dengan Pariwisata biasanya terjadi karena berbagai macam faktor,
yang paling sering terdengar adalah masalah yang berhubungan dengan wisatawan.
Banyak sekali wisatawan yang datang ke destinasi wisata tersebut yang kurang
menghargai proses pembentukan destinasi wisata tersebut, biasanya para
wisatawan hanya mengetahui sebuh hasil tanpa tahu sebuah proses untuk sampai ke
hasil. Terlepas dari sebuah proses dan hasil, biasanya para wisatawan juga
kurang menghargai dan memperhatikan lingkungan. Saya percaya dan bisa
membuktikan bahwa di setiap destinasi wisata terdapat tempat sampah yang
memadai, tetapi hal kecil seperti menjaga kebersihan pun masih kurang
diperhatikan oleh para wisatawan. Mungkin membuang sampah sembarangan telah
menjadi sebuah kebiasaan bagi wisatawan yang tidak taat aturan sehingga mereka
pun tidak dapat memperhatikan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
Padahal setelah kita fikir-fikir tidak ada susahnya ketika membuang sampah,
hanya cukup membuang sampah tersebut ke tempat yang sudah disediakan bukan
sampai membakarnya di tempat pembuangan akhir bukan?
Tak hanya masalah sampah,
akhir-akhir ini kita telah mendengar beberapa destinasi wisata berbentuk taman
bunga telah dirusak oleh para wisatawan lokal, hal ini membuat saya sempat
mengelus dada dan mengucap istighfar.
Sebelumnya
menurut Kompas.com, pemandangan menarik di seputaran jalan raya Gunung
Kidul-Yogyakarta, tepatnya di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DI
Yogyakarta. Di pinggir jalan itu tumbuh hamparan bunga berwarna oranye yang
indah dipandang mata. Ada yang menyebut bunga-bunga yang bernama Amaryllis
itu sebagai bunga lili hujan, bunga bakung, atau bunga bawang.
Beberapa
sumber menyebutkan, bunga itu memang tumbuh lebih banyak pada musim hujan
dibandingkan pada hari biasa sehingga disebut lili hujan. Bunga yang umumnya
tumbuh pada waktu tertentu menjelang musim hujan itu jadi daya tarik bagi
pengendara yang melintas di kawasan itu. Sebagian dari pengguna jalan berhenti
untuk mengabadikan diri bersama hamparan bunga Amaryllis. Ada yang berfoto sendiri alias selfie, berdua
pasangan, atau berkelompok.
Hasilnya
mirip seperti berfoto di kebun bunga luar negeri, bak di kebun bunga Keukenhof Belanda,
walaupun ini hanya satu jenis bunga. Foto-foto itu pun menyebar luas dan jadi
pembicaraan di media sosial, seperti Facebook dan Twitter, ataupun aplikasi chat
seperti Whatsapp.
Pada
musim penghujan seperti saat ini, keindahan bunga itu juga dimanfaatkan oleh
warga setempat untuk menambah penghasilan dengan menjualnya di tepi jalan. Terlebih
lagi, jalur itu jadi jalan utama bagi wisatawan dari luar Gunung Kidul untuk
menuju tempat wisata pantai di Gunung Kidul. Hamparan kebun bunga amaryllis
di Patuk ditanam oleh warga bernama Wartini di lahan seluas 2.000 meter
persegi. Ia harus menebar bebih 2 ton untuk menciptakan kebun bunga yang
indah tersebut.
Pada
dasarnya, bunga lili memiliki ciri-ciri yang sama dengan daun dan bunga yang
menyerupai terompet. Mereka seperti merunduk. Saat mekar, spesies itu memiliki
bau yang harum, memiliki tinggi 30 cm-120 cm. Beberapa jenis lain bisa tumbuh
lebih tinggi. Habitat tiap spesies juga berbeda di berbagai negara. Misalnya,
spesies Monadelphum lilium dan Lilium pyrenaicum berasal dari
negara-negara Eropa, seperti Turki dan Spanyol.
Jenisnya
juga berbeda, yang terkenal adalah lili putih Lilium candidum atau Madonna
lily dan lili Paskah (bakung Paskah), yang berasal di Taiwan serta
memiliki cluster bunga berbentuk terompet dan daun mengkilap. Lili
dengan jenis tertentu dikenal manusia selama ribuan tahun, dibudidayakan untuk
membuat salep obat, dan dipopulerkan oleh orang Yunani dan Romawi. Nama lili
berasal dari kata Yunani, "leiron", yang mengacu pada lili Madonna
putih yang diyakini telah tumbuh dari susu Dewi Hera. (Sumber: Daftar Pustaka
1)
Berikut
ini adalah fakta-fakta terbentuknya Taman Bunga Amaryllis menurut Liputan6.com:
1.
Bapak Sukadi selaku tuan rumah mengaku mengawali
usahanya membangun taman Amarilis
secara iseng. Saat berjualan kelapa di pinggir jalan Yogyakarta-Wonosari, ia
menyertakan beberapa bunga amarilis sebagai dagangan. Hasilnya, beberapa
pengendara yang melintas berhenti dan membeli bunga miliknya. "Karena banyak
pembeli yang berminat, dari situ saya punya ide untuk membudidayakan bunga
tersebut," kata bapak Sukadi di Yogyakarta, Jumat 27 November lalu.
Modal awal
bapak Sukadi membudidayakan bunga Amarilis
ini sekitar Rp 2 juta. Dengan dana tersebut ia penuhi halaman rumahnya seluas
2.350 meter persegi dengan bungan tropis ini. Hasilnya, halaman rumah Sukadi
berubah menjadi taman bunga bak Keukenhof di Belanda. Ada sekitar 500 ribu
tangkai bunga amarilis memenuhi halamannya, "Perawatannya mudah, hanya
butuh air untuk menyiramnya, setiap hari saja sudah tumbuh subur," kata
bapak Sukadi.
2.
Langkah
bapak Sukadi menjadikan pekarangan rumahnya bak taman bunga Keukenhof Belanda
ternyata mengusik perhatian warga Yogyakarta dan sekitarnya. Terlebih kabar itu
akhirnya menyebar di media sosial. Rumah bapak Sukadi pun ramai di kunjungi
turis dadakan.
Sukadi mengaku rata-rata setiap
harinya ada 700-an pengunjung mendatangi kebun bunganya. "Kadang-kadang
wisatawan juga membeli bunga," kata bapak Sukadi. Ia mematok harga Rp 5
ribu per tangkai untuk bunga amaris miliknya. Kendati rumahnya menjadi objek
wisata dadakan, Sukadi mengaku tidak mamasang tarif tetap untuk wisatawan yang
berkunjung, "Sementara masih seiklasnya saja," kata bapak Sukadi.
Mia Dwi, warga setempat yang
mendatangi taman bunga milik Sukadi mengaku takjub dengan hamparan bunga
amarilis. "Rasanya seperti di Belanda," ujar Mia.
Kismaya, pengunjung asal Kota
Yogyakarta, mengaku sengaja datang ke kebun bunga Sukadi lantaran tertarik
melihat pesona bunga amarilis. Ia mengetahui kebun bunga itu dari media social,
"Saya tahunya dari media Instagram kok bagus ya, lalu sengaja datang ke
sini, ternyata benar-benar bagus," ujar Kismaya.
3.
Taman
bunga Amaryilis kreasi bapak Sukadi
di Pathuk, Gunungkidul, tiba-tiba menjadi populer. Ratusan pengunjung
mendatangi taman yang terhampar di lahan seluas 2.350 meter persegi. Suasana
bak di taman bunga Keukenhof, Belanda, membuat sejumlah pengunjung 'berlomba'
mengabadikan diri dengan berfotoria di lokasi taman. Sayangnya, para pengunjung
banyak yang tidak bertanggung jawab, mereka berselfie ria sambil
menginjak-injak tanaman dan dari foto-foto yang beredar di media sosial mereka
juga duduk-duduk dan berbaring di hamparan bunga tersebut. Padahal bunga-bunga
indah tersebut hanya mekar setahun sekali, di awal musim hujan. Ketika mekar
mereka akan bertahan selama sekitar 10 hari saja.
Rusaknya taman bunga amaryllis ini pun
menuai tanggapan negatif netizen. Seperti yang ditulis Widiyuta Cintantya di
akun official Wonderful Jogja. "Memprihatinkan, orang lebih peduli
mendapat foto yang bagus daripada melihat alam yang bagus. Ingin kesana hanya
untuk pamer difoto bahwa pernah ke sana dan tidak menikmati keindahannya."
akun Paidjo_sumitro mengatakan, "Apa motivasi kalian mencari sensasi
dengan merusak alam? Prihatin dengan cewek kekinian." Kebanyakan para
netizen berkomentar negatif, tetapi ada salah satu tanggapan bijak yang disampaikan
Hartanto (@Hartantoevan89). "Prihatin, media sosial bisa jadi
sarana promosi yang dasyat untuk tempat-tempat wisata yang baru. Tapi ketika
pengunjung tidak bertanggung jawab inilah sebuah contoh nyata
"RUSAK". Marilah sama-sama belajar mencintai alam dan lingkungan
tanpa merusaknya agar keindahan alam dapat dinikmati untuk hari ini, besok dan
masa selanjutnya."
4.
Sukadi,
pemilik kebun bunga Amarylis mengaku
kondisi tamannya seluas 2.350 meter persegi rusak karena terinjak pengunjung
yang datang. Namun Sukadi enggan menyalahkan pengunjung dengan rusaknya taman
bunganya yang mirip taman bunga Keukenhof Belanda itu. Ia mengatakan akan
memperbaiki kerusakan tersebut. "Rusaknya karena terinjak–injak
pengunjung, tapi ya mau gimana lagi. Ke depannya akan saya tata lagi agar tidak
terulang di tahun depan," kata Sukadi, Minggu 29 November 2015.
Sukadi menjelaskan, setiap harinya
sekitar 700-an pengunjung masuk ke taman bunganya. Dia pun tidak mengenakan
tarif kepada pengunjung yang ingin berfoto. Namun ia meminta kepada pengunjung
untuk memberikan uang sukarela untuk pemeliharaan bunganya. "Setiap
harinya bisa mencapai 700 pengunjung lebih. Jika dirata-rata setiap hari
Rp 2 juta, puncaknya hari Jumat lalu bisa menghasilkan Rp 5 juta," kata
bapak dua anak ini.
Sukadi mengaku selain dari uang
sukarela pengunjung, dirinya juga mendapatkan pemasukan dari wisatawan yang
membeli bibit tanaman amarilis. Walau pun tidak sebanyak uang sukarela, namun
jumlahnya cukup banyak baginya. "Lumayan, dalam sehari bisa 60 polybag
untuk 1 polybag harganya Rp 6.000," kata bapak Sukadi. (Sumber: Daftar
Pustaka 2)
Gambar
1: Sebelum dan Sesudah Taman Bunga Amaryllis rusak
Bisa kita perhatikan masalah yang
ada di taman bunga tersebut, pertama kali memang taman bunga Amaryllis ini
tampak seperti taman bunga yang ada di Belanda yaitu Keukenhof, lagi-lagi
karena ulah para wisatawan yang kurang menghargai lingkungan inilah yang
menjadi penyebab rusaknya taman bunga lili yang cantik ini. Sangat disayangkan
sekali melihat ulah para wisatawan yang semakin hari hanya mementingkan hasil
foto untuk di pamerkan di media social untuk mendapatkan likes dan sebuah komentar seperti “waaah bagusnya, itu dimana?”
atau semacam “waaah cantiknya, makin eksis saja sih jalan-jalan terus”. Seharusnya
mereka dapat menyadari bahwa jalan-jalan bukan hanya sekdar untuk berfoto
ataupun melihat keindahan alam, tetapi belajar bagaimana destinasi wisata yang
dikunjungi saat itu menjadi terus berkembang dengan baik dan menjadi salah satu
tempat wisata andalan untuk diperkenalkan kepada orang lain.
Tak hanya terhenti sampai di
Yogyakarta saja, masalah selanjutnya datang dari Semarang yaitu Taman Bunga
Baturraden yang baru 1 minggu diresmikan tetapi sudah rusak karena terinjak-injak
oleh para wisatawan yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Kompas.com, keberadaan taman
bunga yang indah di halaman Kebun Raya Baturraden, di Kawasan Wisata
Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dilaporkan telah dirusak
pengunjung. Beberapa pengunjung terlihat berada di tengah-tengah hamparan bunga
yang berwarna-warni. Kebun bunga itu belum diberi jalan pedestarian, sehingga
seharusnya tidak boleh dilewati. Kebun raya Baturraden itu baru seminggu lalu
diresmikan Sabtu (19/12/2015) lalu Ketua Yayasan Umum Kebun Raya Indonesia,
Megawati Soekarno Putri bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menteri Lingkungan
Hidup Siti Nurbaya.
Perusakan tersebut dilaporkan
beberapa netizen melalui media sosial Twitter kepada Ganjar. Akun Twitter
@Pramuditagih, melapor bahwa taman bunga itu diinjak-injak oleh para
pengunjung. “Selamat pagi bapak @ganjarpranowo. Taman Bunga di Kebun Raya
Baturraden sudah mulai diinjak-injak orang. Tolong ditindak,” tulis dia. Netizen
lain juga melaporkan hal sama kepada Ganjar. Mereka menyayangkan pengunjung
yang dinilai merusak taman bunga itu. “Setelah bunga kemaren, sekarang di
batu raden. Nitizen pd sedih dg ulah Anak alay yang bilangnya kekinian,”
sebut Nimas Ayu P Dewi dalam @Nienmaez. “Niki pak @ganjarpranowo kelakuan orang
yg gak beres,” tulis @Bagusadhisadewa. “Tindakan yg tpt utk
mengantisipasi agar kebun rayanya tdk rusak gmn pak? Jgn smp kejadiannya persis
spt di patuk gunung kidul,” tambah @dede_rafi07.
Gubernur Ganjar sendiri hanya
membalas pendek. Melalui akunnya di Twitter, ia minta warga untuk sadar menjaga
taman yang dibangun. Ia minta warga untuk bisa berlaku tertib. “Kalo tdk
tertib sy tertibkan,” tulis @ganjarpranowo. “Tolong dong kita
tertib... Kita hrs jg bersama,” tulis dia lagi. Berdasarkan penelusuran,
ada beberapa foto orang memuat tindakan tak patut dari para pengunjung itu.
Mereka asyik berfoto dengan latar yang bunga-bunga yang baru dibangun.
Akibatnya, taman bunga yang sebetulnya tak boleh dilewati, justru dilewati, dan
tidak sedikit menjadikan sebagai objek foto. Kebanyakan mereka berfoto dengan latar
bunga berwarna ungu tua. Tempat itu berada persis di sisi kiri gerbang Kebun
Raya Baturraden. Pengunjung yang datang pun bisa langsung melihat keindahan
bunga yang baru saja diresmikan tersebut. Dalam foto yang diunggahnya ada
seorang netizen yang berada di tengah taman bunga di Kebun Raya tersebut. Ia
persis berada di bunga ungu tersebut, dan menjadikannya latar foto.
Kebun Raya Baturraden sendiri
diproyeksikan menjadi sumber bagi semua tanaman flora di Pulau Jawa. Kebun ini
dikembangkan di kawasan wisata Baturraden, seluas 143,5 hektar. Kebun raya saat
ini telah dilengkapi dengan pembangunan sejumlah jalan, pedestarian, gedung
kantor, hingga proses ekspolarasi tumbuhan koleksi. Sejumlah taman juga telah
dibangun, seperti taman paku-pakuan, taman obat, hingga taman tematik 'flora of
java.' Kebun ini juga nanti berfungi untuk penanaman dan pemeliharaan koleksi
tanaman lain. (Sumber: Daftar Pustaka 3)
Gambar 2: Wisatawan yang merusak
taman dengan menginjaknya
Dari kedua masalah tersebut dapat
kita simpulkan bahwa kurangnya tanggung jawab para wisatawan yang datang ke
destinasi wisata dapat membuat dampak yang buruk bagi keberlangsungan dan
proses pengembangan destinasi wisata tersebut.
Sejenak
kita tinggalkan masalah-masalah yang terjadi, sebagai Mahasiswi Pariwisata saya
sangat prihatin melihat masyarakat lokal yang tidak bisa menghargai sebuah
proses dan hanya memperdulikan kepuasan diri sendiri. Ada beberapa solusi yang
akan saya sampaikan untuk mengurangi masalah-masalah perusakan yang terjadi di
beberapa destinasi wisata yang bertemakan Taman Bunga:
1.
Mari kita berlakukan sistem “Pagar” atau
penjagaan yang ketat di setiap sudut objek wisata tersebut. Penjagaan yang
ketat bukan bermaksud disetiap sudut harus ada orang yang mengawasi tetapi
diberlakukan pendirian pagar atau batas antara taman dan jalan setapak untuk
para wisatawan yang ingin berfoto ria ataupun hanya ingin sekedar melihat-lihat.
Tetapi penjagaan oleh orang pun saya rasa sangat diperlukan untuk menjaga
lingkungan tersebut bila ada wisatawan yang ‘bandel’ ataupun nekat melompati
pagar untuk bisa berfoto dengan taman.
2.
Penambahan informasi seputar menjaga
kebersihan dan keindahan taman. Upaya ini dilakukan agar para wisatawa saat itu
tetap mengingat untuk menjaga kebersihan dan keindahan taman, bukan hanya
mengingat untuk berfoto ria tetapi merusak keindahan taman.
3.
Penambahan informasi mengenai bunga dan
tanaman yang ditanam di taman tersebut. Upaya ini dilakukan agar para wisatawan
tak hanya sekedar menikmati pemandangan di lingkungan taman bunga melainkan
dapat menambah wawasan tentang bunga maupun tanaman yang ada di taman tersebut.
4.
Tak hanya para wisatawan, bagian
pengelola objek wisata dan pemerintah setempat pun harus bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas destinasi wisata tersebut, sehingga wisatawan yang datang
pun semakin bertambah. Contoh dari bekerja sama misalkan pengelola objek wisata
bertugas menambahkan dan menjaga fasilitas umum, menambah personel keamanan
untuk menjaga objek wisata, dan yang terpenting mempunyai tata tertib yang
harus dipatuhi oleh siapapun yang ada di lingkungan objek wisata. Untuk
pemerintah sendiri harus mendukung langkah baik daerah untuk memajukan daerah
tersebut dengan adanya objek wisata, selain mendukung pemerintah juga wajib
mempromosikan kepada daerah lain tentang objek wisata ini sehingga dengan mudah
orang lain mengetahuinya.
Mungkin
saat ini hanya itu solusi yang dapat saya sampaikan, adanya kerjasama dan
gotong royong antara pemerintah, pengelola dan para wisatawan sangat diperlukan
untuk memajukan sebuah destinasi wisata. Banyaknya masalah yang terdapat di
destinasi wisata akan membuat seseorang terus belajar untuk menghargai sebuah
proses agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspetasi.
Sebagai
Mahasiswi Pariwisata, saya merasa ada tugas khusus mengenai destinasi wisata di
Negara ini, yaitu ikut andil dalam mengembangkan Pariwisata di Indonesia.
Belajar mencintai diri sendiri akan membuat saya mencintai Negara ini juga.
Saya sebagai anak bangsa yang bertugas memajukan bangsa ini berjanji akan terus
berusaha memajukan bangsa ini dari sektor Pariwisata.
Demikianlah
masalah dan solusi yang saya paparkan kali ini, saya berharap tulisan ini dapat
menginspirasi bagi siapapun yang membaca atau setidaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat ketika mengunjungi sebuah destinasi wisata. Kita tahu
Indonesia adalah Negara yang kaya dengan apapun tak terkecuali sektor Pariwisata.
Marilah kita sebagai warga Negara yang baik sudah semestinya mempunyai hati
nurani untuk memajukan bangsa sendiri, mencintai Negara sendiri, mencintai alam
dan budaya yang berlimpah-ruah seperti ini, serta mencintai semua yang ada di
dalam negara Indonesia ini. Takkan ada yang kurang dari Indonesia apabila kita
sama-sama bisa bekerjasama membangun Indonesia agar menjadi Negara yang makmur,
sejahtera dan lebih baik lagi. Hidup Pariwisata, majulah Indonesia selamanya!
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://regional.kompas.com/read/2015/11/27/20213321/Ini.Kebun.Bunga.Amaryllis.yang.Sedang.Jadi.Pembicaraan
diakses pada Sabtu, 2 Januari 2016 pukul 15.08 WIB
2. http://news.liputan6.com/read/2378720/4-fakta-taman-bunga-amarilis-gunungkidul?p=0 diakses pada Sabtu, 2 Januari 2016
pukul 15.48 WIB
3. http://regional.kompas.com/read/2015/12/25/23324451/Baru.Seminggu.Diresmikan.Taman.Bunga.Baturraden.Dirusak.Pengunjung
diakses pada Sabtu, 2 Januari 2016 pukul 16.01 WIB
Bekasi, 2
Januari 2016
Isnaini Putri Yunita
4423143927
Usaha Jasa Parwisata A 2014
Universitas Negeri Jakarta
No comments:
Post a Comment