Sunday, January 3, 2016

T2_IsnainiPutriYunita_Solusi UNJ Untuk Pariwisata Indonesia



Cantiknya Pariwisata Berasal Dari Jiwa-Jiwa Yang Cantik Pula

            Pepatah terkenal mengatakan, tak kenal maka tak sayang karena saya ingin di sayang perkenankanlah saya memperkenalkan diri, nama saya Isnaini Putri Yunita orang-orang biasa memanggil saya dengan sebutan nita saying atau lebih mudah panggil saya dengan sebutan sayang dan jika kalian terlalu segan memanggil saya saying cukup panggil saya dengan nita. Saya hanyalah seekor ulat yang mempunyai keinginan besar berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik nan indah dengan usaha dan kerja keras saya sendiri. Kini saya adalah seorang Mahasiswi D3 semester 3 program studi Usaha Jasa Pariwisata di salah satu Universitas terkenal di Jakarta yaitu Universitas Negeri Jakarta.

            Sebagai seorang Mahasiswi Pariwisata adakalanya saya pun sangat bersyukur kepada Allah SWT karena diriNya telah menciptakan negeri yang sangat sempurna ini. Sangat kita ketahui saat ini Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya memajukan Pariwisata di Indonesia melalui iklan dan promosi lewat berbagai macam media khususnya internet.

            Saya sebagai warga Negara Indonesia dan Mahasiswi Pariwisata sendiri pun merasa takjub dengan kemajuan Pariwisata di Indonesia sehingga menarik minat banyak wisatawan local maupun wisatawan asing. Saya pribadi pun mempunyai keinginan besar untuk mengelilingi Indonesia melihat betapa indahnya negeri ini dan berusaha menjaga, mengembangkan lalu mengenalkan objek-objek wisata yang ada di Indonesia kepada Dunia.

            Indonesia mempunyai banyak sekali destinasi wisata mulai dari menjual keindahan pegunungan, keindahan alam, keindahan pantai, keindahan laut, keindahan bawah laut, keindahan budaya yang ada di suku-suku di Indonesia, keindahan bangunan-bangunan peninggalan sejarah dan masih banyak lagi keindahan-keindahan yang dapat dijual di Indonesia kepada dunia.

            Tetapi setiap ada niat dan usaha yang baik pasti selalu ada proses yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyaknya halangan dan rintangan membuat seseorang ataupun sesuatu menjadi lebih baik jika dilaksanakan dan dikerjakan dengan baik pula dan ini pun berlaku dengan proses pengembangan Pariwisata yang ada di Indonesia. Saat ini kita telah tahu bahwa banyak sekali destinasi wisata yang masih harus dikembangkan agar menarik para wisatawan dan masih banyak sekali juga destinasi wisata yang harus dikenalkan kepada dunia.

            Masalah-masalah yang terjadi yang berkaitan erat dengan Pariwisata biasanya terjadi karena berbagai macam faktor, yang paling sering terdengar adalah masalah yang berhubungan dengan wisatawan. Banyak sekali wisatawan yang datang ke destinasi wisata tersebut yang kurang menghargai proses pembentukan destinasi wisata tersebut, biasanya para wisatawan hanya mengetahui sebuh hasil tanpa tahu sebuah proses untuk sampai ke hasil. Terlepas dari sebuah proses dan hasil, biasanya para wisatawan juga kurang menghargai dan memperhatikan lingkungan. Saya percaya dan bisa membuktikan bahwa di setiap destinasi wisata terdapat tempat sampah yang memadai, tetapi hal kecil seperti menjaga kebersihan pun masih kurang diperhatikan oleh para wisatawan. Mungkin membuang sampah sembarangan telah menjadi sebuah kebiasaan bagi wisatawan yang tidak taat aturan sehingga mereka pun tidak dapat memperhatikan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Padahal setelah kita fikir-fikir tidak ada susahnya ketika membuang sampah, hanya cukup membuang sampah tersebut ke tempat yang sudah disediakan bukan sampai membakarnya di tempat pembuangan akhir bukan?

            Tak hanya masalah sampah, akhir-akhir ini kita telah mendengar beberapa destinasi wisata berbentuk taman bunga telah dirusak oleh para wisatawan lokal, hal ini membuat saya sempat mengelus dada dan mengucap istighfar.

            Sebelumnya menurut Kompas.com, pemandangan menarik di seputaran jalan raya Gunung Kidul-Yogyakarta, tepatnya di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Di pinggir jalan itu tumbuh hamparan bunga berwarna oranye yang indah dipandang mata. Ada yang menyebut bunga-bunga yang bernama Amaryllis itu sebagai bunga lili hujan, bunga bakung, atau bunga bawang.

            Beberapa sumber menyebutkan, bunga itu memang tumbuh lebih banyak pada musim hujan dibandingkan pada hari biasa sehingga disebut lili hujan. Bunga yang umumnya tumbuh pada waktu tertentu menjelang musim hujan itu jadi daya tarik bagi pengendara yang melintas di kawasan itu. Sebagian dari pengguna jalan berhenti untuk mengabadikan diri bersama hamparan bunga Amaryllis. Ada yang berfoto sendiri alias selfie, berdua pasangan, atau berkelompok.

            Hasilnya mirip seperti berfoto di kebun bunga luar negeri, bak di kebun bunga Keukenhof Belanda, walaupun ini hanya satu jenis bunga. Foto-foto itu pun menyebar luas dan jadi pembicaraan di media sosial, seperti Facebook dan Twitter, ataupun aplikasi chat seperti Whatsapp.

            Pada musim penghujan seperti saat ini, keindahan bunga itu juga dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menambah penghasilan dengan menjualnya di tepi jalan. Terlebih lagi, jalur itu jadi jalan utama bagi wisatawan dari luar Gunung Kidul untuk menuju tempat wisata pantai di Gunung Kidul. Hamparan kebun bunga amaryllis di Patuk ditanam oleh warga bernama Wartini di lahan seluas 2.000 meter persegi. Ia harus menebar bebih 2 ton untuk menciptakan kebun bunga yang indah tersebut.

            Pada dasarnya, bunga lili memiliki ciri-ciri yang sama dengan daun dan bunga yang menyerupai terompet. Mereka seperti merunduk. Saat mekar, spesies itu memiliki bau yang harum, memiliki tinggi 30 cm-120 cm. Beberapa jenis lain bisa tumbuh lebih tinggi. Habitat tiap spesies juga berbeda di berbagai negara. Misalnya, spesies Monadelphum lilium dan Lilium pyrenaicum berasal dari negara-negara Eropa, seperti Turki dan Spanyol.

            Jenisnya juga berbeda, yang terkenal adalah lili putih Lilium candidum atau Madonna lily dan lili Paskah  (bakung Paskah), yang berasal di Taiwan serta memiliki cluster bunga berbentuk terompet dan daun mengkilap. Lili dengan jenis tertentu dikenal manusia selama ribuan tahun, dibudidayakan untuk membuat salep obat, dan dipopulerkan oleh orang Yunani dan Romawi. Nama lili berasal dari kata Yunani, "leiron", yang mengacu pada lili Madonna putih yang diyakini telah tumbuh dari susu Dewi Hera. (Sumber: Daftar Pustaka 1)

Berikut ini adalah fakta-fakta terbentuknya Taman Bunga Amaryllis menurut Liputan6.com:
1.        Bapak Sukadi selaku tuan rumah mengaku mengawali usahanya membangun taman Amarilis secara iseng. Saat berjualan kelapa di pinggir jalan Yogyakarta-Wonosari, ia menyertakan beberapa bunga amarilis sebagai dagangan. Hasilnya, beberapa pengendara yang melintas berhenti dan membeli bunga miliknya. "Karena banyak pembeli yang berminat, dari situ saya punya ide untuk membudidayakan bunga tersebut," kata bapak Sukadi di Yogyakarta, Jumat 27 November lalu.
Modal awal bapak Sukadi membudidayakan bunga Amarilis ini sekitar Rp 2 juta. Dengan dana tersebut ia penuhi halaman rumahnya seluas 2.350 meter persegi dengan bungan tropis ini. Hasilnya, halaman rumah Sukadi berubah menjadi taman bunga bak Keukenhof di Belanda. Ada sekitar 500 ribu tangkai bunga amarilis memenuhi halamannya, "Perawatannya mudah, hanya butuh air untuk menyiramnya, setiap hari saja sudah tumbuh subur," kata bapak Sukadi.

2.        Langkah bapak Sukadi menjadikan pekarangan rumahnya bak taman bunga Keukenhof Belanda ternyata mengusik perhatian warga Yogyakarta dan sekitarnya. Terlebih kabar itu akhirnya menyebar di media sosial. Rumah bapak Sukadi pun ramai di kunjungi turis dadakan.

Sukadi mengaku rata-rata setiap harinya ada 700-an pengunjung mendatangi kebun bunganya. "Kadang-kadang wisatawan juga membeli bunga," kata bapak Sukadi. Ia mematok harga Rp 5 ribu per tangkai untuk bunga amaris miliknya. Kendati rumahnya menjadi objek wisata dadakan, Sukadi mengaku tidak mamasang tarif tetap untuk wisatawan yang berkunjung, "Sementara masih seiklasnya saja," kata bapak Sukadi.

Mia Dwi, warga setempat yang mendatangi taman bunga milik Sukadi mengaku takjub dengan hamparan bunga amarilis. "Rasanya seperti di Belanda," ujar Mia.

Kismaya, pengunjung asal Kota Yogyakarta, mengaku sengaja datang ke kebun bunga Sukadi lantaran tertarik melihat pesona bunga amarilis. Ia mengetahui kebun bunga itu dari media social, "Saya tahunya dari media Instagram kok bagus ya, lalu sengaja datang ke sini, ternyata benar-benar bagus," ujar Kismaya.

3.        Taman bunga Amaryilis kreasi bapak Sukadi di Pathuk, Gunungkidul, tiba-tiba menjadi populer. Ratusan pengunjung mendatangi  taman yang terhampar di lahan seluas 2.350 meter persegi. Suasana bak di taman bunga Keukenhof, Belanda, membuat sejumlah pengunjung 'berlomba' mengabadikan diri dengan berfotoria di lokasi taman. Sayangnya, para pengunjung banyak yang tidak bertanggung jawab, mereka berselfie ria sambil menginjak-injak tanaman dan dari foto-foto yang beredar di media sosial mereka juga duduk-duduk dan berbaring di hamparan bunga tersebut. Padahal bunga-bunga indah tersebut hanya mekar setahun sekali, di awal musim hujan. Ketika mekar mereka akan bertahan selama sekitar 10 hari saja.

Rusaknya taman bunga amaryllis ini pun menuai tanggapan negatif netizen. Seperti yang ditulis Widiyuta Cintantya di akun official Wonderful Jogja. "Memprihatinkan, orang lebih peduli mendapat foto yang bagus daripada melihat alam yang bagus. Ingin kesana hanya untuk pamer difoto bahwa pernah ke sana dan tidak menikmati keindahannya." akun Paidjo_sumitro mengatakan, "Apa motivasi kalian mencari sensasi dengan merusak alam? Prihatin dengan cewek kekinian." Kebanyakan para netizen berkomentar negatif, tetapi ada salah satu tanggapan bijak yang disampaikan Hartanto (@Hartantoevan89). "Prihatin, media sosial bisa jadi sarana promosi yang dasyat untuk tempat-tempat wisata yang baru. Tapi ketika pengunjung tidak bertanggung jawab inilah sebuah contoh nyata "RUSAK". Marilah sama-sama belajar mencintai alam dan lingkungan tanpa merusaknya agar keindahan alam dapat dinikmati untuk hari ini, besok dan masa selanjutnya."

4.        Sukadi, pemilik kebun bunga Amarylis mengaku kondisi tamannya seluas 2.350 meter persegi rusak karena terinjak pengunjung yang datang. Namun Sukadi enggan menyalahkan pengunjung dengan rusaknya taman bunganya yang mirip taman bunga Keukenhof Belanda itu. Ia mengatakan akan memperbaiki kerusakan tersebut. "Rusaknya karena terinjak–injak pengunjung, tapi ya mau gimana lagi. Ke depannya akan saya tata lagi agar tidak terulang di tahun depan," kata Sukadi, Minggu 29 November 2015.

Sukadi menjelaskan, setiap harinya sekitar 700-an pengunjung masuk ke taman bunganya. Dia pun tidak mengenakan tarif kepada pengunjung yang ingin berfoto. Namun ia meminta kepada pengunjung untuk memberikan uang sukarela untuk pemeliharaan bunganya. "Setiap harinya bisa mencapai 700 pengunjung lebih. Jika dirata-rata setiap hari Rp 2 juta, puncaknya hari Jumat lalu bisa menghasilkan Rp 5 juta," kata bapak dua anak ini.

Sukadi mengaku selain dari uang sukarela pengunjung, dirinya juga mendapatkan pemasukan dari wisatawan yang membeli bibit tanaman amarilis. Walau pun tidak sebanyak uang sukarela, namun jumlahnya cukup banyak baginya. "Lumayan, dalam sehari bisa 60 polybag untuk 1 polybag harganya Rp 6.000," kata bapak Sukadi. (Sumber: Daftar Pustaka 2)

 
Gambar 1: Sebelum dan Sesudah Taman Bunga Amaryllis rusak

            Bisa kita perhatikan masalah yang ada di taman bunga tersebut, pertama kali memang taman bunga Amaryllis ini tampak seperti taman bunga yang ada di Belanda yaitu Keukenhof, lagi-lagi karena ulah para wisatawan yang kurang menghargai lingkungan inilah yang menjadi penyebab rusaknya taman bunga lili yang cantik ini. Sangat disayangkan sekali melihat ulah para wisatawan yang semakin hari hanya mementingkan hasil foto untuk di pamerkan di media social untuk mendapatkan likes dan sebuah komentar seperti “waaah bagusnya, itu dimana?” atau semacam “waaah cantiknya, makin eksis saja sih jalan-jalan terus”. Seharusnya mereka dapat menyadari bahwa jalan-jalan bukan hanya sekdar untuk berfoto ataupun melihat keindahan alam, tetapi belajar bagaimana destinasi wisata yang dikunjungi saat itu menjadi terus berkembang dengan baik dan menjadi salah satu tempat wisata andalan untuk diperkenalkan kepada orang lain.

            Tak hanya terhenti sampai di Yogyakarta saja, masalah selanjutnya datang dari Semarang yaitu Taman Bunga Baturraden yang baru 1 minggu diresmikan tetapi sudah rusak karena terinjak-injak oleh para wisatawan yang tidak bertanggung jawab.

            Menurut Kompas.com, keberadaan taman bunga yang indah di halaman Kebun Raya Baturraden, di Kawasan Wisata Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dilaporkan telah dirusak pengunjung. Beberapa pengunjung terlihat berada di tengah-tengah hamparan bunga yang berwarna-warni. Kebun bunga itu belum diberi jalan pedestarian, sehingga seharusnya tidak boleh dilewati. Kebun raya Baturraden itu baru seminggu lalu diresmikan Sabtu (19/12/2015) lalu Ketua Yayasan Umum Kebun Raya Indonesia, Megawati Soekarno Putri bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya.

            Perusakan tersebut dilaporkan beberapa netizen melalui media sosial Twitter kepada Ganjar. Akun Twitter @Pramuditagih, melapor bahwa taman bunga itu diinjak-injak oleh para pengunjung. “Selamat pagi bapak @ganjarpranowo. Taman Bunga di Kebun Raya Baturraden sudah mulai diinjak-injak orang. Tolong ditindak,” tulis dia. Netizen lain juga melaporkan hal sama kepada Ganjar. Mereka menyayangkan pengunjung yang dinilai merusak taman bunga itu. “Setelah bunga kemaren, sekarang di batu raden. Nitizen pd sedih dg ulah Anak alay yang bilangnya kekinian,” sebut Nimas Ayu P Dewi dalam @Nienmaez. “Niki pak @ganjarpranowo kelakuan orang yg gak beres,” tulis @Bagusadhisadewa. “Tindakan yg tpt utk mengantisipasi agar kebun rayanya tdk rusak gmn pak? Jgn smp kejadiannya persis spt di patuk gunung kidul,” tambah @dede_rafi07.

            Gubernur Ganjar sendiri hanya membalas pendek. Melalui akunnya di Twitter, ia minta warga untuk sadar menjaga taman yang dibangun. Ia minta warga untuk bisa berlaku tertib. “Kalo tdk tertib sy tertibkan,” tulis @ganjarpranowo. “Tolong dong kita tertib... Kita hrs jg bersama,” tulis dia lagi. Berdasarkan penelusuran, ada beberapa foto orang memuat tindakan tak patut dari para pengunjung itu. Mereka asyik berfoto dengan latar yang bunga-bunga yang baru dibangun. Akibatnya, taman bunga yang sebetulnya tak boleh dilewati, justru dilewati, dan tidak sedikit menjadikan sebagai objek foto. Kebanyakan mereka berfoto dengan latar bunga berwarna ungu tua. Tempat itu berada persis di sisi kiri gerbang Kebun Raya Baturraden. Pengunjung yang datang pun bisa langsung melihat keindahan bunga yang baru saja diresmikan tersebut. Dalam foto yang diunggahnya ada seorang netizen yang berada di tengah taman bunga di Kebun Raya tersebut. Ia persis berada di bunga ungu tersebut, dan menjadikannya latar foto.

            Kebun Raya Baturraden sendiri diproyeksikan menjadi sumber bagi semua tanaman flora di Pulau Jawa. Kebun ini dikembangkan di kawasan wisata Baturraden, seluas 143,5 hektar. Kebun raya saat ini telah dilengkapi dengan pembangunan sejumlah jalan, pedestarian, gedung kantor, hingga proses ekspolarasi tumbuhan koleksi. Sejumlah taman juga telah dibangun, seperti taman paku-pakuan, taman obat, hingga taman tematik 'flora of java.' Kebun ini juga nanti berfungi untuk penanaman dan pemeliharaan koleksi tanaman lain. (Sumber: Daftar Pustaka 3)

 
Gambar 2: Wisatawan yang merusak taman dengan menginjaknya

            Dari kedua masalah tersebut dapat kita simpulkan bahwa kurangnya tanggung jawab para wisatawan yang datang ke destinasi wisata dapat membuat dampak yang buruk bagi keberlangsungan dan proses pengembangan destinasi wisata tersebut.

Sejenak kita tinggalkan masalah-masalah yang terjadi, sebagai Mahasiswi Pariwisata saya sangat prihatin melihat masyarakat lokal yang tidak bisa menghargai sebuah proses dan hanya memperdulikan kepuasan diri sendiri. Ada beberapa solusi yang akan saya sampaikan untuk mengurangi masalah-masalah perusakan yang terjadi di beberapa destinasi wisata yang bertemakan Taman Bunga:
1.        Mari kita berlakukan sistem “Pagar” atau penjagaan yang ketat di setiap sudut objek wisata tersebut. Penjagaan yang ketat bukan bermaksud disetiap sudut harus ada orang yang mengawasi tetapi diberlakukan pendirian pagar atau batas antara taman dan jalan setapak untuk para wisatawan yang ingin berfoto ria ataupun hanya ingin sekedar melihat-lihat. Tetapi penjagaan oleh orang pun saya rasa sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan tersebut bila ada wisatawan yang ‘bandel’ ataupun nekat melompati pagar untuk bisa berfoto dengan taman.

2.        Penambahan informasi seputar menjaga kebersihan dan keindahan taman. Upaya ini dilakukan agar para wisatawa saat itu tetap mengingat untuk menjaga kebersihan dan keindahan taman, bukan hanya mengingat untuk berfoto ria tetapi merusak keindahan taman.

3.        Penambahan informasi mengenai bunga dan tanaman yang ditanam di taman tersebut. Upaya ini dilakukan agar para wisatawan tak hanya sekedar menikmati pemandangan di lingkungan taman bunga melainkan dapat menambah wawasan tentang bunga maupun tanaman yang ada di taman tersebut.

4.        Tak hanya para wisatawan, bagian pengelola objek wisata dan pemerintah setempat pun harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata tersebut, sehingga wisatawan yang datang pun semakin bertambah. Contoh dari bekerja sama misalkan pengelola objek wisata bertugas menambahkan dan menjaga fasilitas umum, menambah personel keamanan untuk menjaga objek wisata, dan yang terpenting mempunyai tata tertib yang harus dipatuhi oleh siapapun yang ada di lingkungan objek wisata. Untuk pemerintah sendiri harus mendukung langkah baik daerah untuk memajukan daerah tersebut dengan adanya objek wisata, selain mendukung pemerintah juga wajib mempromosikan kepada daerah lain tentang objek wisata ini sehingga dengan mudah orang lain mengetahuinya.

            Mungkin saat ini hanya itu solusi yang dapat saya sampaikan, adanya kerjasama dan gotong royong antara pemerintah, pengelola dan para wisatawan sangat diperlukan untuk memajukan sebuah destinasi wisata. Banyaknya masalah yang terdapat di destinasi wisata akan membuat seseorang terus belajar untuk menghargai sebuah proses agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspetasi.

            Sebagai Mahasiswi Pariwisata, saya merasa ada tugas khusus mengenai destinasi wisata di Negara ini, yaitu ikut andil dalam mengembangkan Pariwisata di Indonesia. Belajar mencintai diri sendiri akan membuat saya mencintai Negara ini juga. Saya sebagai anak bangsa yang bertugas memajukan bangsa ini berjanji akan terus berusaha memajukan bangsa ini dari sektor Pariwisata.

            Demikianlah masalah dan solusi yang saya paparkan kali ini, saya berharap tulisan ini dapat menginspirasi bagi siapapun yang membaca atau setidaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat ketika mengunjungi sebuah destinasi wisata. Kita tahu Indonesia adalah Negara yang kaya dengan apapun tak terkecuali sektor Pariwisata. Marilah kita sebagai warga Negara yang baik sudah semestinya mempunyai hati nurani untuk memajukan bangsa sendiri, mencintai Negara sendiri, mencintai alam dan budaya yang berlimpah-ruah seperti ini, serta mencintai semua yang ada di dalam negara Indonesia ini. Takkan ada yang kurang dari Indonesia apabila kita sama-sama bisa bekerjasama membangun Indonesia agar menjadi Negara yang makmur, sejahtera dan lebih baik lagi. Hidup Pariwisata, majulah Indonesia selamanya!

DAFTAR PUSTAKA
2.    http://news.liputan6.com/read/2378720/4-fakta-taman-bunga-amarilis-gunungkidul?p=0 diakses pada Sabtu, 2 Januari 2016 pukul 15.48 WIB

Bekasi, 2 Januari 2016

Isnaini Putri Yunita
4423143927
Usaha Jasa Parwisata A 2014
Universitas Negeri Jakarta

No comments:

Post a Comment