Pesona Pulau Dewata
Puji dan syukur marilah kita
panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan nikmatnya-Nya.
Perkenalkan nama saya Ardianny Nurkemalasari Arimbi tetapi saya diasa di
panggil Keke. Saya adalah mahasiswi semester 3 Program Studi Usaha Jasa
Pariwisata di Universitas Negeri Jakarta. Sebagai mahasiswi prodi Usaha Jasa
Pariwisata sudah sepatutnya saya mengetahui tentang pariwisata terutama tempat
– tempat wisata baik di dalam maupun diluar negeri. Pada kesempatan kali ini
saya akan membahas tempat-tempat wisata dalam negeri, yaitu pulau yang paling
terkenal se Indonesia. Pulau Dewata, pulau dengan keindahan alam dan keunikan
seni budayanya. Pulau cantik nan eksotik.
Bali adalah sebuah provinsi di
Indonesia. Ibukota provinsi Bali adalah Denpasar. Bali juga merupakan nama dari
pulau utama di wilayah ini. Di awal kemerdekaan, pulau ini termasuk dalam
provinsi Sunda Kecil, yang beribukota di Singaraja, dan kini terbagi menjadi 3
(tiga) provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Selain terdiri dari pulau Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau –
pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa
Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serang.
Secara geografis, Bali terletak
diantara Pulau Jawa dan Pualu Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah peeluk
agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata denga keunikan
berbagai hasil seni budayanya, khususnya bagi wisatawan Jepang dan Australia.
Bali juga dikenal sebaga Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Budaya Bali adalah kombinasi unik dari spiritualitas, tradisi agama, dan
seni. Agama dianggap seni dan tampaknya hampir setiap orang Bali adalah seniman
setia yang menghabiskan waktu luang untuk menerapkan keterampilan dan gambar
yang telah diwariskan dari generasi ke generasisemenjak usia belia. Disajikan
melaui lukisan yang indah dan rumit, ukiran luar biasa, hebatnya tenunan bahkan
dalam dekorasi beras yang mencakup berbagai kuil yang ditemukan di tempat
umum, di sawah atau di rumah, pulau
Bali hidup dengan seni dan
penghormatan agama.
Kita semua pasti sudah tahu bahwa
Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh
dunia. Selain memiliki keindahan alam yang eksotik, Bali juga merupakan wilayah
yang memiliki keanekaragaman budaya sangat unik dan menarik. Tak heran jika
Bali dijadikan sebagai simbol pariwisata Indonesia dan tempat wisata favorit
nomor tiga sejagat setelah Paris di Perancis dan Roma di Italia yang menjadi
buruan para wisatawan baik domestik maupun Bali sebagai tujuan wisata paling
lengkap dan terpadu memiliki banyak sekali tempat wisata yang menari. Berikut
beberapa tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi, diantaranya :
- Taman
Budaya Garuda Wisnu Kencana
Garuda
Wisnu Kencana adalah sebuah taman wisata di sebelah selatan pulau Bali. Tman
wistaa ini terletak di Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40
kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman
budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali,
yakni patung Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda setinggi
120 meter. Area Taman Budaya Garuda WIsnu Kencana berada di ketinggian 146
meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.
Di kawasan
itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah
Garuda Plaza dimana patung setinggi 18 meter Garuda di tempatkan. Pada saat
ini, Garuda Plaza menjadi titik focus dari sebuah lorong besar pilar berukir
batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu
Lotus Pond.
Pada sore
hari pada wisatawan dapat menyaksikan Tari Kecak yang terkenal dan gratis di area Amphitheatre
sekitar pukul 18.30 s/d 19.30 WITA. Bahkan tari kecak ini dapat dikolaborasikan
dengan tarian daerah lainnya.
- Pura
Goa Lawah
Pura Goa
Lawah adalah satu dari Sembilan arah pura suci Pulau Bali, gua ini dikenal
sebagai rumah dari ribuan kelelawar, dan menurut kepercayaan setempat disini
juga bersembunyi naga raksasa yang dikenal dengan nama Vasuki. Menurut sejarah
pulau Bali, pura ini telah ada sejak tahun 1000-an yang di bangun oleh Mpu
Kuturan. Konon Gua yang tidak pernah di eskplorasi ini berujung di Gunung
Agung. Mistisnya gua kelelawar di padu denga
pura, membuat pura ini selalu ramai oleh wisatawan.
- Tirta
Gangga, Sebuah Taman Air Kerajaan
Di tengah sawah dan dikelilingi oleh perbukitan hijau yang indah, lokasi
Tirtagangga begitu damai dan indah. Tirtagangga merupakan taman air kerajaan
milik keluarga kerajaan Karangasem. Terletak di desa Ababi, sekitar 83 km dari
Denpasar atau 6 km utara Amlapura, ibukota Kabupaten Karangasem.
Taman air ini dibangun pada tahun 1948 atas prakarsa Raja Karangasem,
Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Arsitektur taman air ini merupakan
gabungan dari arsitektur gaya Bali dan Cina. Sebelum dibangun menjadi taman
air, sumber air telah berada di sana sebelumnya, yang digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dasar akan air namun diyakini juga sebagai air suci
untuk memurnikan setiap energi buruk di sekitar daerah tersebut.
Tirta berarti air yang diberkati dan diambil dari nama sungai Gangga di
India. Air dari mata air Tirtaganga dianggap sebagai air suci oleh umat Hindu
di Bali. Air ini digunakan untuk upacara keagamaan di Pura-Pura di daerah
tersebut sampai saat ini. Mata air ini diperlukan untuk upacara yang
diselenggarakan oleh Pura-Pura di sekitar Tirtagangga yang dapat dicapai dengan
berjalan kaki.
Memasuki satu taman dapat dilihat bahwa terdapat sebuah kolam di sisi
kanan yang dihiasi oleh bebatuan dekoratif yang diletakkan di sekitar kolam,
sementara yang lainnya berfungsi sebagai jembatan. Patung dewa dan dewi berdiri
anggun di tengah-tengah kolam air yang dingin. Ikan mas berenang di kolam air,
sisik mereka bersinar seperti cahaya matahari yang terpantul ke dalam air.
Bagian ini adalah tingkat Swah. Pada tingkat ini, di mana selain dua kolam
hias, terdapat pula kolam renang di mana penduduk lokal atau pengunjung dapat
menikmati berenang pada mata air yang dingin.
Luas taman air adalah 1,2 ha, terdiri dari tiga tingkatan tanah
membentang dari timur ke barat. Di tingkat menengah, tingkat Bwah, terdapat
sebelah buah air mancur Nawa Sanga berdiri elegan. Dan di tingkat Bhur, di sisi
kiri jalan, lurus dari pintu masuk di sebelah barat terdapat kolam besar dengan
sebuah pulau di tengah-tengahnya.
Sumber air ini menghasilkan air murni yang sangat besar. Salah satu dari
ketiga aliran air ini digunakan untuk menyediakan air minum bagi kota Amlapura.
Beberapa dialirkan ke kolam renang bagian atas melalui pipa bawah tanah,
sementara yang lainnya masuk ke dalam kolam renang yang lebih rendah dan untuk
mengairi sawah yang mengelilingi taman air ini.
Tempat ini sangat bagus untuk membebaskan diri dari cuaca panas karena
cuaca di daerah ini cukup panas. Berjalan-jalan santai atau mencelupkan kaki
anda ke dalam air dingin sangat menyenangkan, atau mengambil beberapa foto dari
pemandangan-pemandangan yang indah.
- Taman Ujung, Sebuah Istana Air Bagi Raja
Taman Ujung, tempat dimana Anda dapat melihat lautan biru Bali timur
serta panorama Gunung Agung, dan sekitarnya yang dipenuhi persawahan dan
perbukitan yang luas yang subur. Taman Ujung adalah sebuah situs warisan dari
kerajaan Karangasem, yang baru saja dipugar oleh pemerintah, bersama dengan
berhektar-hektar taman dan dua buah kolam besar disekitarnya.
Taman Soekasada Ujung, juga dikenal sebagai Istana Air Ujung atau Taman
Ujung, berada di wilayah paling timur Kabupaten Karangasem, di Desa Tumbu, yang
berjarak sekitar dua setengah jam dari Kuta. Istana ini dibangun pada tahun
1919 oleh Raja Karangasem terakhir, I Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah di
Karangasem antara 1909 dan 1945. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963
menghancurkan istana air dan semakin rusak akibat gempa bumi besar tahun 1979.
Namun pemerintah telah melakukan pemugaran terhadap tempat ini.
Sebuah istana air yang dibangun bagi raja untuk menyambut para tamu
penting dan raja-raja dari kerajaan lainnya, juga sebagai tempat rekreasi bagi
raja dan keluarga kerajaan. Pada masa itu taman-taman luas bergema dengan tawa
dari istri raja dan anak-anak saat mereka bersantai, seraya mencelupkan kaki
mereka di kolam. Sekarang daerah ini sepi dan diisi dengan kekosongan. Beberapa
wisatawan lokal dan asing sibuk mengabadikan keindahan yang tersisa untuk
difoto dan menikmati suasana yang tenang disini.
Sebuah jembatan beton yang panjang menghubungkan area parkir dan area
istana. Di ujung jembatan terdapat taman yang luas. Pada sisi utara terdapat
sebuah bangunan persegi kecil putih di tengah kolam utama yang dihubungkan
dengan dua jembatan di sisi kiri dan kanan. Bangunan ini sebelumnya berfungsi
sebagai kamar tidur raja, ruang pertemuan, ruang keluarga, dan lainnya. Di sini
anda dapat melihat foto-foto lama Taman Ujung dan juga beberapa foto keluarga
kerajaan.
Di samping kolam utama, terdapat pula kolam dengan bale, sebuah bangunan
tradisional terbuka Bali, di tengah-tengahnya. Kompleks Taman Ujung
menggabungkan arsitektur Bali dan Eropa. Di puncak bukit teradapat sisa-sisa
bangunan yang terlihat seperti sebuah kapel tetapi memiliki gaya khas Bali
dengan ukiran di dinding. Di sisi lain, terdapat patung besar badak dan banteng
di bawahnya. Dari tempat ini anda dapat menikmati pemandangan laut biru
berkilauan, hutan hijau subur, dan tentu saja Gunung Agung yang perkasa yang
mendominasi pemandangan langit.
- Makam Jayaprana, Legenda Cinta yang Tragis
Makam Jayaprana yang terletak di Teluk Terima, tepat di seberang jalan.
Menurut legenda Bali, Jayaprana adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh
penguasa desa Kalianget. Ia menikahi Nyoman Layonsari yang berasal dari desa
tetangga, Banjar. Namun sang penguasa jatuh cinta pada istri Javaprana dan
bersekongkol membunuh Jayaprana untuk mendapatkan Layonsari. Kemudian ia
membuat rencana untuk mengirim Jayaprana beserta para tentara untuk melawan
pasukan bajak laut yang katanya telah tiba di Bali barat laut. Setibanya di
Teluk Terima Patih Sunggaling membunuh Jayaprana. Ketika penguasa meminta
Layonsari untuk menikah dengannya, ia memilih untuk tetap setia pada suami dan
memilih bunuh diri. Cerita ini menjadi suatu legenda cinta yang tragis di Bali.
Makam Jayaprana memiliki pemandangan laut yang sangat indah dan banyak
masyarakat setempat mengunjunginya. Untuk mencapai Pura lokasi dari makam
Jayaprana memerlukan sebuah pendakian panjang dan curam tapi pemandangan di
sekitarnya membuat semua usaha berharga tidak sia-sia. Pura yang berisi kotak
kaca menampilkan patung Jayaprana dan Layonsari. Suasana yang tenang dan
pemandangan indah di sekitar makam, Pulau Menjangan dan bahkan beberapa gunung
di Pulau Jawa dapat dilihat dari makam.
Makam ini terletak sekitar 45 kilometer dari Pura Pulaki, yang berlokasi
di Taman Nasional Bali Barat dan memerlukan waktu 4 jam mengemudi melalui
Kabupaten Jembrana dari Kota Denpasar.
- Goa Gajah
Goa Gajah ini adalah sebuah Pura di Bali yang berlokasi di Desa Beludu
kecamatan Blahbatu Kabupaten Gianyar – Bali. Kawasan Goa Gajah termasuk dalam
kawasan daerah Ubud, sekitar 27 kilometer dari pusat kota Denpasar. Pura ini
diperkirakan dibangun pada abad ke – 11 Masehi. Goa ini memang tidak terlalu
luas, ukuran tingginya hanya sekitar 2 meter dengan lebar 2 meter.
Kata Goa Gajah sebenarnya berawal dari kata “Lwa Gajah”, dimana kata
“lwa” pernah ditemukan pada lontar Negarakertagama yang memiliki arti ‘sebuah
sungai’. Jadi istilah “Lwa Gajah” ini bisa diartikan pertapaan yang ada di tepi
sungai.
Pada mulut goa ini, terdapat 2 buah patung di kiri dan di kanan bagaikan
seorang penjaga. Di tepian mulut goa terdapat ukiran patung kepala raksasa yang
oleh masyarakat hindu bali menyebutnya dengan “Bomha”, sebuah ukiran relief
yang wajib ada pada candi-candi di depan pura. Fungsinya tiada lain adalah
untuk mensucikan pikiran bagi orang-orang yang ingin masuk ke dalam goa ini.
Masuk ke dalam goa, wisatawan akan mendapati suasana hening dan tenang
dengan lampu agak redup yang menyinari seluruh isi goa.Di sisi-sisi goa
terdapat Ceruk (Lubang berbentuk kotak seperti tempat duduk) yang dulu
digunakan sebagai tempat dimana para Rsi atau Buddha melakukan tapa dan
Samadhi. Namun, saat ini para wisatawan
dapat duduk disana.
Di dalam goa ini berbentuk huruf T, dimana bagian kiri terdapat 3(tiga)
buah lingga dan di bagian kanan terdapat patung atau arca Ganesha (Anak dewa
Siva dengan bentuk tubuh berbadan manusia berkepala gajah).
Di depan areal goa ini terdapat 7 buah patung bersejarah, 6 dari 7
patung ini memancurkan air ke dalam sebuah kolam. Untuk dapat melihatnya secara
dekat, wisatawan harus menuruni beberapa anak tangga. Ke tujuh patung ini
disebut sebagai jelmaan Widyadari dan Widyadara. Posisi ketujuh patung ini
terletak sangat simetris, dimana tiga bua patung Widyadari terletak di sisi
kanan dan kiri patung Widiyadara.
Selain itu, di areal goa ini tumbuh berbagai macam pepohonan yang
membuat suasana sekitar goa gajah menjadi sejuk dan nyaman. Terdapat sebuah
pohon yang amat besar, yang menurut penjaga goa gajah pohon tersebut sudah ada
sejak ratusan tahun yang lalu. Tak salah jika pohon ini sangat besar dan tinggi
dengan akarnya yang merambat.
Desa Adat Bali
Desa adat
di Bali dibagi atas dasar kesatuan tempat. Sebagian dari tanah wilayahnya
adalah milik para warga desa sebagai individu tetapi sebagian lain adalah tanah
yang ada di bawah hak pengawasan desa atau secara konkrit di bawah pengawasan
pimpinan desa yang disebut Karang Desa. Desa-desa di pegunungan biasanya
mempunyai pola perkampungan yang terpusat. Sedangkan desa-desa yang mempunyai
system banjar dan desa-desa di daerah dataran mempunyai pola terpencar. Maka
dari itu sangat penting mengenal lebih jauh beberapa desa yang memiliki
keunikan dari segi adat istiadat serta tradisi yang dimilikinya.
- Desa
Adat Penglipuran
Desa Adat Penglipuran berada di
Kubu, Kabupaten Bangli. Mungkin banyak diantara pelancong yang tak tahu posisi
persis Kabupaten Bangli ini. Tapi jika kamu pernah berkunjung ke Kintamani atau
Gunung Batur, di sinilah wilayah Kabupaten Bangli.
Untuk memasuki Desa Penglipuran
ini, pengunjung dipungut biaya Rp 7.500 untuk wisatawan lokal, sementara untuk
turis mancanegara yaitu Rp 10.000 .Biaya parkir per kendaraan hanya dipatok Rp
5.000 saja.
Untuk memasuki area Desa Adat
Penglipuran, wisatawan tidak diperbolehkan membawa kendaraan, baik motor maupun
mobil. Untuk itu, disediakan areal parkir yang sangat luas sebelum memasuki
gerbang Desa Adat Penglipuran. Suasana sejuk dan asri langsung terasa saat
menginjakkan kaki di sini. Desa Adat Penglipuran terletak di ketinggian 600-700
meter dari permukaan laut.
Desa Adat Penglipuran memiliki luas 112 hektar dengan
memuat 76 kavling, dan salah satu diantaranya diprediksi sudah berusia 270
tahun. Namun tidak semua lahan di desa digunakan untuk perumahan, kurang lebih
40% dimanfaatkan sebagai lahan bambu. Meski kelihatannya luas, wisatawan tidak
akan terlalu lelah mengitari desa adat ini. Berjalan kaki dengan suasana sejuk
sambil menikmati keindahan Desa Adat Penglipuran akan memberikan sensasi
berbeda saat wisatawan berkunjung ke Pulau Seribu Pura ini.
Para wisatawan tak hanya dibuat
kagum oleh penataan desa yang apik, akan tetapi juga dengan kebersihan yang
sangat terjaga. Meski banyak pepohonan di kawasan ini, wisatawan tidak akan
menemukan sampah sepanjang mengelilingi desa. Di setiap sudut desa disediakan
tempat sampah, supaya semua pengunjung bisa ikut sama-sama menjaga
kebersihannya.
Kalau anda berniat mengeksplorasi
keindahan Desa Adat Penglipuran, sebaiknya datang menjelang Hari Raya Galungan
yang diperingati setiap enam bulan sekali. Di hari raya ini, desa makin cantik
berkat kehadiran penjor di tiap-tiap rumah. Juga sejumlah gadis dengan pakaian
adat yang membawa banten menuju pura membuat adat Bali makin kental terasa.
Anda juga tak boleh melupakan minuman tradisional
yang sudah populer dari desa ini, namanya loloh cemceman. Rasanya kombinasi
asam pedas namun menyegarkan dan berwarna hijau karena terbuat dari daun
cemceman. Meminum loloh cemceman dingin setelah lelah berkeliling desa akan
mengembalikan stamina dan kesegaran anda.
- Desa Tenganan
Tenganan adalah
sebuah desa tradisional di pulau Bali.
Desa ini terletak di Kecamatan
Manggis, Kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Tenganan
bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi
Dasa dan letak kira-kira 10 kilometer dari sana.
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran.
Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup
yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang
diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan,
pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan
adat yang secara turun-temurun dipertahankan.
Menurut
sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata
"tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti
"bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan
dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah
pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur
(Bukit Kangin).
Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa
Peneges, Gianyar, yang dulu
disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah
kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda
tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan
sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk
mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda
tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong
bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah
asal mula dari daerah Desa Tenganan.
Perang Pandan
Keseharian
kehidupan di desa ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig. Hukum tersebut
ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842.Rumah adat Tenganan
dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya
terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan
ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya
hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat
menyatu dengan atap rumah.
Penduduk
desa ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah
satunya melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (perang buah pisang). Calon
prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil atau secara bertahap dan
tradisi adat tersebut merupakan semacam tes psikologis bagi calon pemimpin
desa. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut sistem penanggalan setempat
(sekitar Juli) akan digelar ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret
pandan (perang pandan). Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan
bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-duri pandan.
Walaupun akan menimbulkan luka, mereka memiliki obat antiseptik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi pada semua luka
hingga mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi tersebut untuk
melanjutkan latihan perang rutin dan menciptakan warga dengan kondisi fisik
serta mental yang kuat. Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut Hindu aliran Dewa Indra, yang dipercaya
sebagai dewa perang.
Masyarakat
Tenganan mengajarkan dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep dalam
ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga
dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan
keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara
manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan
manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya).
·
Desa Terunyan
Terunyan adalah
sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terunyan terletak di dekat Danau Batur.
Masyarakat
Trunyan mempunyai tradisi pemakaman dimana jenazah dimakamkan di atas batu besar yang
memiliki cekungan 7 buah.
Adat Desa
Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada
tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga
jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang
warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya ditutupi kain putih,
diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi
bernama Sema Wayah. Namun,
apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh
diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur
bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan
diletakan di Sema Muda (Rumah
Miarta Yasa)
Penjelasan
mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menimbulkan bau padahal
secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini
disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan
mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti
harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan
yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul
nama desa tersebut.
·
Sendratari
Ramayana
Sendratari Ramayana merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang mengangkat cerita Ramayana. Sendratari Ramayana
menceritakan kisah tentang usaha Rama untuk menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Sendratari Ramayana merupakan
salah satu media dalam menyajikan wiracarita atau epos Ramayana, media lain seperti
seni sastra, seni rupa, dan bebagai seni pertunjukan. Sendratari mengutamakan gerak-gerak
penguat ekspresi sebagai pengganti dialog, sehingga dengan sendratari
diharapkan penyampaian wiracarita Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan
latar belakang budaya dan bahasa penonton yang berbeda. Penampilan cerita Ramayana dalam
bentuk seni pertunjukan tari terdapat di berbagai negara antara lain Kamboja, Srilanka, Thailand, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Indonesia, dan India.
Sendratari
Ramayana di Bali muncul pada tahun 1965 pada
perayaan ulang tahun ke-5 Kokar Bali (kini SMK Negeri Sukawati) dengan seni
pentas karya I Wayan Beratha.Semenjak itu siswa Kokar Bali dan mahasiswa ASTI
(sekarang ISI) Denpasar mulai
sering mementaskan Sendratari Ramayana yang juga diiringi karawitan dan kisahan dalang. Pesta Kesenian Bali yang mulai
diselenggarakan sejak 1979 memulai pertunjukan Sendratari
Ramayana dalam bentuk kolosal, pementasannya di panggung terbuka Ardha Candra
Taman Budaya.
Sebagai
orang asli Indonesia, kita patut bangga menjadi anak Indonesia dan bisa tinggal
di Negara yang sangat kaya dengan tempat wisata ini. Terlebih lagi Indonesia
memiliki Pulau Bali yang sudah sangat terkenal di mancanegara ini. Agar pulau
Bali terus terjaga kelestarian budaya dan keindahan alamnya, sudah seharusnya
kita lebih menghargai budaya dan alam kita. Lestarikan budaya kita mulai dari
hal kecil seperti mempelajari budaya tersebut. Indonesia ini sangat kaya kawan.
Yuk kita belajar kesenian dan budaya bali dengan mengunjungi tempat – tempat
wisata budaya dan sejarah di Bali.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Taman_Budaya_Garuda_Wisnu_Kencana
, diakses pada 2 Januari 2016, pukul 21.00 WIB
http://www.klikhotel.com/blog/9-tempat-wisata-bali-timur-pusat-budaya-dan-eksotisme-bali/
, diakses pada 2 Januari 2016, pukul 21.05 WIB
http://www.wisatabaliutara.com/2015/01/goa-gajah-wisata-bersejarah-di-bali.html?m=1
, diakses pada 2 Januari 2016 pukul 20.38 WIB
https://id.m.wikipedia.org/wiki/bali
,diakses pada 2 Januari 2016 pukul 23.03 WIB
No comments:
Post a Comment