BADUY
Dialog dengan Jaro
Sami di Cibeo
Assalamualaikum,
Perkenalkan saya Ardianny
Nurkemalsari Arimbi. Saya adalah mahasiswi Program Studi Usaha Jasa Pariwisata
di Universitas Negeri Jakarta. Pada bulan Desember 2015 tepatnya tanggal 23
sampai 24, saya dan teman – teman seangkatan saya ada kesempatan untuk
berkunjung atau bisa dibilang study tour ke Baduy dengan di damping tiga dosen.
Dan pada kesempatan kali ini, saya akan membahas sedikit tentang suku Baduy dan
dialog dengan Jaro Sami di Cibeo, Baduy dalam.
Suku Baduy atau yang sering
disebut Urang Kanekes adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di
wilayah Lebak, Banten. Suku Baduy merupakan salah satu suku yang menerapkan
isolasi dari dunia luar terutama Suku Baduy dalam. Untuk menuju ke Suku Baduy,
dari Jakarta bisa menggunakan transportasi kereta api jurusan Rangkasbitung
dengan perjalanan sekitar 2 jam. Sesampainya di Rangkasbitung masih perlu
melakukan perjalanan menggunakan mobil ke Ciboleger kurang lebih 2 jam
perjalanan. Setelah sampai di Ciboleger, untuk menuju Baduy luar masih harus
berjalan sekitar 1,5 jam sampai 2 jam.
Jalanan yang harus dilewati untuk
menuju ke Baduy luar cukup melelahkan karena harus melewati beberapa jalan
menanjak dan jalan menurun yang cukup curam. Luas wilayah Suku Baduy kurang
lebih seluas lima ribu hektar yang digunakan untuk pemukiman dan ladang. Baduy
juga dilewati oleh sungai. Sungai ini digunakan oleh masyarakat Baduy untuk
membersihkan diri (Mandi) namun di Baduy dalam ada peraturan bahwa ketika mandi
atau melakukan aktivitas di sungai tidak boleh menggunakan bahan kimia seperti
sabun, detergen, shampoo dan yang lainnya.
Kang Arja, orang
Baduy Dalam
Masyarakat Baduy luar sudah bisa
menerima peradaban seperti beberapa rumah sudah dialiri listrik walau hanya
untuk penerangan, suku Baduy luar diperbolehkan berpergian menggunakan alat
transportasi seperti mobil, menggunakan alas kaki. Laki-laki Baduy luar
menggunakan ikat kepala berwarna biru, mereka juga dipeerbolehkan menggunakan
alat telekomunikasi seperti handphone. Sedangkan masyarakat Baduy dalam masih
memegang teguh peraturan adat seperti tidak menggunakan alas kaki, tidak
menggunakan alat transportasi, tidak menggunakan alat komunikasi, dan laki-laki
Baduy dalam menggunakan ikat kepala berwarna putih.
Bentuk rumah Suku Baduy luar dan
Baduy dalam hampir sama, yang membedakan adalah di Baduy dalam, rumahnya hanya
memiliki 1 pintu dan tidak boleh menggunakan paku. Sedangkan di Baduy luar,
boleh memiliki lebih dari satu pintu dan menggunakkan paku, dibeberapa rumah di
baduy luar juga tersedia toilet untuk mandi, cuci,kakus (MCK).
Suku Baduy mengenal dua sistem
pemerintahan, yaitu pemerintahan nasional yang mengikuti aturan Negara
Indonesia dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat.
Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi benturan. Secara nasional, suku Baduy dipimpin oleh kepala desa
yang disebut Jaro Pamarentah, yang ada dibawah camat, sedangkan secara adat
tunduk pada pimpinan adat tertinggi Suku Baduy, yaitu Pu’un.pu’un memiliki
perwakilan yang biasanya dijadikan narasumber oleh wisatawan atau orang luar
yang disebut Jaro.
Suku Baduy dalam memiliki tiga
desa utama yaitu Cikeusik, Cikertawarna dan Cibeo. Untuk mencapai ketiga desa
tersebut, dari Baduy luar, harus berjalan kaki cukup jauh. Desa yang terjauh
adalah desa Cikeusik sedangkan Desa terdekat dari Baduy luar adalah Desa Cibeo.
Untuk menuju Desa Cibeo saja, dari Baduy luar memerlukan waktu tempuh sekitar 3
jam. Dengan menempuh perjalanan yang cukup sulit, melewati perkampungan,
ladang, lumbung padi (leuit), beberapa jembatan dan melewati beberapa bukit
dengan jalanan yang curam menanjak. Barulah sampai di Desa Cibeo.
Sesampainya di Cibeo, saya dan
teman- teman yang di damping oleh seorang dosen, berdiskusi dengan seorang Jaro
di Cibeo, Jaro sami. Disana kami memperbincangkan banyak al, nmaun karena Jaro
Sami menggunakkan bahasa Sunda, jadi sulit dimengerti. Ketika bertanya pun
harus menggunakan bahasa sunda agar Jaro Sami mengerti. Yang kami bahas waktu
itu adalah pernikahan, peraturan yang berlaku, bentuk rumah, jumlah rumah di
desa cibeo, dan lain sebagainya.
Petanyaan nya sebagai berikut:
- Bagaimana
adat dalam pernikahan di Suku Baduy?
- Bolehkah
orang Baduy dalam menikah dengan orang diluar Baduy?
- Mengapa
rumah masyarakat di Cibeo disangga dengan kayu dan kayunya tidak
ditancapkan ke tanah tapi ada batunya?
- Sudah
berapa kali desa Cibeo berpindah tempat?mengapa?
- Ada
berapa rumah yang terdapat di desa Cibeo?
- Ketika
ada acara adat seperti syukuran masa panen, apakah seluruh desa di Baduy
dalam berkumpul ?
- Mengapa
suku Baduy dalam tidak di izinkan menggunakan alat transportasi?
- Apabila
ada wisatawan yang melanggar adat di Baduy dalam, adakah sanksinya?
- Apabila
ada masyarakat yang melanggar apa sanksinya?
- Bagaimana
jika ada seorang ibu yang ingin melahirkan?
Jawaban dari Jaro Sami
- Pernikahan
Suku Baduy hampir serupa dengan
suku lainnya. Namun, pasangan yang akan menikah selalu dijodohkan. Orang
tua laki-laki akan bersilaturahmi ke orang tua perempuan dan
memperkenalkan anaknya masing-masing. Setelah disetujui, ada 3 tahapan
yang harus dilakukan sebelum menika, yang pertama adalah orang tua
laki-laki harus melapor ke Jaro dengan membawa seserahan seperti daun
sirih, buah pinang dan gambir secukupnya. Tahap kedua lamaran ini selain
membawa sirih pinang, ditambahkan dengan cincin dari baja putih sebagai
mas kawinnya. Dan tahap yang terakhir adalah membawakan alat-alat rumah
tangga, baju dan seserahan lainnya untuk penganin perempuan.
- Boleh
saja pihak laki-laki menikahi perempuan diluar Baduy tetapi, nantinya
tidak diperbolehkan tinggal di Baduy dalam.
- Hal itu
karena Suku Baduy tidak boleh merubah apapun di kampungnya walau hanya
melubangi tanah dengan menancapkan kayu dan batu tersebut sebagai pondasi
rumah.
- Desa
Cibeo sudah 3 kali berpindah tempat, karena mencari tempat yang lebih
luas, tetapi masih di lingkungan Baduy dalam.
- Saat
ini ada 95 rumah di Desa Cibeo
- Tidak,
saat masa panen setiap desa merayakan masing-masing
- Karena
itu sudah menjadi peraturan dari leluhur yang tidak boleh dilanggar
- Jika
ketahuan langsung, mungkin hanya di peringatkan dan setelah itu tidak
diijinkan untuk memasuki Baduy dalam lagi.
- Kalau
masyarakat yang melanggar, akan diasingkan di Baduy luar dan tidak diijinkan
masuk ke Baduy dalam selama 40 hari.
- Ada mantri atau dukun beranak yang akan
datang kerumah, jadi melahirkannya dirumah saja.
Sekian informasi yang dapat saya
sampaikan tentang Baduy dan apa saja dialog dengan narasumber Jaro Sami di
Cibeo, Baduy dalam. Saya harap selain dapat memenuhi nilai saya, informasi ini
juga dapat bermanfaat untuk teman-teman pembaca. Dan tidak lupa saya
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya, terutama dosen
pembimbing mata kuliah Pemanduan Wisata Pendidikan dan sumber yang telah saya
cantumkan.
Daftar Pustaka
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes,
diakses pada 2 Januari 2016 pukul 16.00 WIB
Ih seru kayanya. Mau kesanaaaaa
ReplyDeleteMenarik :)
ReplyDeleteCeritanya menarik banget
ReplyDeleteAsik nih ......
ReplyDeleteWihh keren, seru bangettt!!
ReplyDeleteWihh keren, seru bangettt!!
ReplyDeleteWah jd mau kesana bgt;( seru banget pasti!!
ReplyDeleteWah seru nih, next time ajak2 yaaa hehe
ReplyDeleteCeritanya bagus dan menarik dan kalau boleh hasil wawancara tidak perlu di tulis tapi diceritakan lagi. Dan secara keseluruhan bagus, menarik dan mantap ceritanya.
ReplyDeleteWah bagus jugaa,jadi pengen ke baduy hihi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWah asik, jadi pengen kesana :D
ReplyDeleteCiamik sekali! Mantaapp
ReplyDeleteMenarik, patut dicoba untuk kesana nanti :)
ReplyDeleteMenarik, patut dicoba untuk kesana nanti :)
ReplyDelete