Durian Runtuh di Baduy
Hallo, nama
saya Irvinna Utami Dewi dari kelas Usaha Jasa Pariwisata 2014 di Universitas
Negeri Jakarta. Nah, sekarang ini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman
pertama saya pergi ke Desa Baduy.
FYI nih…Orang
Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis
Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 12.000 orang,
dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Terdapat
61 desa (termasuk baduy luar dan baduy dalam) dan terdiri dari 64 RT. Selain
itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk
wilayah Baduy dalam. Nah pada pertengahan bulan Desember kemarin, saya dan
teman-teman 1 angkatan Usaha Jasa Pariwisata 2014 melakukan trip ke Desa Adat
Baduy sekaligus melakukan ujian guiding disana, guna memenuhi tugas mata kuliah
Pemanduan Wisata Budaya. Kami ber-60 orang berangkat ke Baduy menaiki kereta
yang menuju ke Rangkasbitung dengan jarak tempuh 2 jam, setelah sampai di
Stasiun Rangkasbitung kami pun dijemput dengan orang Baduy Luar yang sudah
sangat mengenal dosen kami, yaitu Kang Arji. Kang Arji ini baiiik banget
sampai-sampai rela menjemput kami di stasiun dan memesankan elf untuk kami.
Singkat cerita, setelah melakukan perjalanan ±2 jam menggunakan elf menuju
terminal Ciboleger, akhirnya kami sampai juga di desa Ciboleger.
Kang Arji dari Baduy Luar |
Setelah
makan dan beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Baduy Luar yang memakan
waktu kurang lebih 1,5 jam dengan berjalan kaki dan dipandu oleh Kang Arji dan
Mang Arja (yang merupakan orang Baduy Dalam) melewati jalanan yang berbukit
menanjak dan turunan yang penuh dengan bebatuan. Lalu, kami sampai di Kampung
Marengo tempat dimana Kang Arji tinggal. Disana kami dibagi menjadi 5 homestay.
Sesampainya di Desa Baduy Luar ternyata disana sedang panen durian. Durian
dimana-mana. Saya melihat beberapa anak kecil yang usianya mungkin sekitar 6
atau 7 tahun sudah bisa memanggul beberapa buah duren dari Baduy Dalam menuju
Baduy Luar.
Mang Arja orang Baduy Dalam |
Di desa tersebut benar-benar sangat banyak durian yang berserakan
karena sudah pada matang di pohonnya. Bahkan ada seorang teman saya yang sedang
ingin pergi ke sungai tetapi di perjalanan dia tertimpa buah duren, alhasil
kepalanya berdarah walaupun sedikit tetap saja, tertimpa buah duren yang
berduri rasanya amat sakit pasti. Di Baduy memang sedang banyak-banyaknya Buah
Durian. Saat saya pergi ke Baduy Dalam pun, hampir disetiap jalan saya
berpapsan dengan orang Baduy Dalam yang sedang membawa Buah Durian untuk
diberikan ke penjual. Buah duren tersebut dijual dengan kisaran harga 15 ribu
hingga 20 ribu. Teman-teman saya yang pecinta durian pun langsung pesta durian
disana dengan membeli durian yang harganya jika dibandingkan di Jakarta sangat
murah sekali. Yang manarik dari durian Baduy adalah aromanya tidak merebak
kuat, atau menyengat seperti durian Sumatra misalnya. Durian Baduy manisnya
lembut, dagingnya halus, dan ternyata tidak membuat kepala pusing meskipun
mengkonsumsi agak banyak. Biasanya mereka mengambil buah durian dan menjualnya
di pasar, langsung. Ada juga yang diserahkan ke pengumpul, untuk kemudian
dijual oleh mereka. Ketika memasuki kampung Baduy Luar, ada anak-anak kecil
yang membawa pikulan yang di kedua ujungnya ada kantung karung bertali plastik
yang membawa 20-an durian. Dan mereka berjalan naik turun bukit selama 30 menit
untuk menyerahkan durian kepada pengumpul hanya mendapatka upah Rp 5.000 saja. Kemungkinan
panen durian itu berlangsung sampai Februari 2016. Produk hasil pertanian
masyarakat Baduy itu dijual ke penampung untuk dipasok ke luar daerah.
Para Pemuda Baduy membawa Durian untuk dijual |
Saat ini,
kawasan Baduy merupakan sentra penghasil durian terbesar di Provinsi Banten.
Sebab, prinsip masyarakat Baduy melarang pepohonan ditebang. Sehingga populasi
tanaman durian dilestarikan. Selama ini, masyarakat Baduy sebagai penghasil
durian karena tanamanya dilestarikan itu. Sedangkan, di daerah lain di
Kabupaten Lebak tanaman durian nyaris langka. Karena dilakukan penebangan
secara besar-besaran oleh masyarakat. Mereka menebang pohon durian untuk
dijadikan material bangunan rumah maupun produksi rumah tangga.
Selain itu
Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara
rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan
mengantarkan hasil bumi termasuk buah-buah durian dan lainnya kepada penguasa
setempat yaitu Gubernur Banten. Dari hal tersebut terciptanya interaksi yang
erat antara masyarakat Baduy dan penduduk luar. Ketika pekerjaan mereka
diladang tidak mencukupi, orang Baduy biasanya berkelana ke kota besar sekitar
wilayah mereka dengan berjalan kaki, umumnya mereka berangkat dengan jumlah
yang kecil antara 3 sampai 5 orang untuk mejual madu dan kerajinan tangan
mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Perdagangan yang semula hanya
dilakukan dengan barter kini sudah menggunakan mata uang rupiah. Orang baduy
menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga
membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi
orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung,
dan Ciboleger.
DAFTAR PUSTAKA
Sepertinya asyik makan duren yg baru jatuh dari pohonnya. Tulisan yg menarik.jadi pengen ke baduy.tapi ga tau caranya.
ReplyDeleteWaah terima kasih banyak.. untuk trip ke Baduy sangat mudah, anda bisa naik kereta ke Rangkasbitung bila anda tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya, lalu meneruskan dgn naik elf sampai terminal ciboleger. Atau anda bisa membeli paket tour kami untuk trip ke Baduy.
Delete-Irvinna
Wihhh keren nih boleh dicoba
ReplyDeletemurah banget durennya. kalo udah di pinggir jalan banten dijualnya 40ribuan tuh
ReplyDeleteKeren nih pengen coba ke baduy deh,tulisannya menarik sehingga kita jd ingin mencoba untuk ke sana nih....
ReplyDeleteMenarik nih tulisannya. kalau aku mau ke baduy yang guide kakak? 😁
ReplyDeletemantap wawasan baru ini wkwk
ReplyDeleteWah leh uga kapan2 ajak aku kesana, borong duren nanti asoyy
ReplyDeleteWew bisa jadi rekomen buat liburan nih, btw akses jalan kesana nya gimana ya sist?
ReplyDeleteAnjayy kerenn jg nih. Kapan2 liburan kesana dah biar mabok duren wkwk
ReplyDeleteWahh jadi mau duren, apalagi yg udah dibelah durennya kayaknya enak
ReplyDeleteWahh jadi mau duren, apalagi yg udah dibelah durennya kayaknya enak
ReplyDeletePotret primordial masyarakat Baduy. Seru juga melihat kesederhanaan masyarakat sana. Seolah bagai paradoks, di saat banyak daerah-daerah lain sebetulnya mulai menjauhi tradisi dan budaya kedaerahan. Asik tulisannya. Salam durian, deh!
ReplyDeletemantaap niiih, banyak dureennya lagi
ReplyDeleteI love duriaannn. Seperti nya menarik untuk pergi ke baduy makan durian sekalian belajar tentang suku baduy
ReplyDeleteBisa kali ajak ajak ke baduy makan durian 😝
ReplyDeleteEnak juga kayanya disana. Bisalah kesana sambil makan durian yuhu
ReplyDeleteKeren banget!jd tertarik mau coba durian nya
ReplyDeleteSelain bisa menambah wawasan budaya adat baduy sekalian juga bisa menikmati durian runtuh apalagi suasana alamnya masih asri
ReplyDeletentabhh dah, kane kayanya kalo nyoba duren baduy, nice info
ReplyDeleteTerimakasih informasi yg diberikan sangat bermanfaat
ReplyDeletejadi pengen lebih banyak tentang suku baduy makasih informasinya
ReplyDeleteDurian bikin ngiler cuuy jadi pengen kesana
ReplyDeleteKurang mantep apaan lagi coba makan duren langsung pas baru jatoh2nya dari pohon
ReplyDeletewah jadi pengen makan duren di sana
ReplyDeleteEnak tuh durennnn, kalo udah dijakarta mah mahal-_- caranya kesana gimana sih min? Baik2 ya orang2 suki baduy? btw sakit bgt tuh pasti kejatohan duren....
ReplyDeleteBaca tulisannya jd berasa di baduy beneran min, keren!
ReplyDeleteTulisannya menarik, enak dibaca dan penyampaiannya cukup bagus. Nambah informasi banget dan menjadi semakin menarik dengan adanya foto2 yang disertakan dalam tulisan, nice post! :)
ReplyDelete