Monday, October 5, 2015

Tugas-1 Suka Duka Menjadi Pemandu Wisata



PENGALAMAN YANG BERKESAN MENJADI SEORANG PEMANDU
            Dua bulan kuliah sudah berlalu pada semester 2,saya dan Ketiga teman saya Oca,Rara, Siska dan teman-teman lainya ditugaskan untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan waktu minimal 2 bulan. Saya dan ketiga teman saya mencoba untuk PKL di Museum nasional (Munas).
Waktu itu pertama kali sebelum kita diterima PKL di Museum nasional, saya dan ketiga teman saya berkunjung ke sana terlebih dahulu untuk menaruh CV dan surat PKL. Ketika saya sampai disana saya bertanya ke ruang informasi bahwa tujuan saya kesana untuk mendapat izin PKL selama 2 bulan kedepan dan ada seorang pemandu yang bernama Aep memberitahu bahwa kouta untuk PKL penuh, saya dan ketiga teman saya langsung pesimis tetapi tiba-tiba ada atasanya yang mengurusi anak PKL bernama Pak Asep  langsung mendatangi kita  dan berkata  ”adik-adik ingin PKL di Museum ini? Kalau begitu, kouta kosong sekitar awal bulan April tanggal 7,nanti akan kami hubungi jika ada kouta kosong “ . Lalu kami pun merasa tenang karena masih ada harapan PKL disana, selanjutnya Pak Asep memangil pemandu lainnya untuk mengajak kami berkeliling sekitar Museum. Pak Asep memanggil rekanya bernama Pak Daromi, sosok beliau sudah lumayan tua dan beliau mengatakan sekitar 80 tahuan mengabdi kepada Munas sebagai pemandu wisata honorer . Aku langsung membayangkan betapa lamanya beliau di hari-hari yang ia lalui,ia habiskan untuk memandu di Museum dan selalu mengetahui perkembangan di Museum nasional. Lalu beliau pertama kali menjelaskan bagaimana menjadi seorang pemandu yang sopan, ramah, penuh senyum sebelum memulai perjalanan lebih dalam mengenai Museum. Setelah itu Pak Daromi menjelaskan awal berdirinya Museum Nasional tetapi disitu saya malah berpikir “ apa saya bisa menjadi seorang pemandu yang menjelaskan sedetail mungkin tentang awal berdirinya Museum Nasional?” lalu setelah itu saya dan ketiga teman saya diajak masuk ke ruang yang penuh meriam pada zaman penjajahan dan ada tayangan di Tivi yang hitam putih pada zaman dahulu Museum nasional belum sebagus sekarang, pengunjungnya juga masih noni-noni Belanda, masuk ke Museum harus lepas sendal, kendaraan yang digunakan untuk ke Museum adalah andong-andong karena belum  ada transportasi seperti sekarang ini dan terkadang mereka berjalan kaki. Setelah saya melihat tayangan hitam putih itu saya berpikir banyaknya perubahan pada Museum nasional hingga besar namanya seperti sekarang ini di tengah-tengah Ibukota.
            Pada awal bulan April 2015, ketika saya sampai dan memasuki pintu gerbang Museum Nasional yang beralamat di Jalan Merdeka barat No.12 dengan puluhan pilar putih yang menjulang tinggi dan warna dinding yang bernuasa  putih saya merasa asing dengan keberadaan disana karena tugas saya adalah untuk PKL bukan untuk berkunjung ke Museum Nasional. Hari pertama saya berada disana, saya dan ketiga teman saya di ajak ke ruangan kantor Munas oleh pihak museum, saya di bawa ke ruang demi ruang untuk di kenalkan kepada pihak museum seperti ke ruang dokumentasi, ke ruang tata usaha, ke ruang bagian promosi dan masih banyak lagi dengan tujuan kenal satu sama lain bukan hanya para pemandu wisata di Munas tapi kita kenal dengan orang bagian kantornya, penanggung jawab anak PKL adalah Pak Asep dan Pak Oting beliau adalah sosok atasan yang  baik hati, tidak pernah memarahi, perhatian dan benar-benar bersahabat seperti layaknya hubungan bapak dan anak. Setelah di bawa untuk proses perkenalan saya dan ketiga teman saya di bawa ke ruang staff only bersama bapak Oting untuk mendengarkan beliau mempresentasikan tentang Museum Nasional. Yang pertama, saya di beritahu sekilas tentang gambaran yang terdapat di Museum Nasional  yang didirikan pada tahun 1778 dan terdapat  141.000 jenis koleksi yang terdiri 7 bagian ruang berbeda dari Prasejarah, Arkeologi, Sejarah dan geografi, Keramik, Etnografi, Numismatik dan heraldik dan terdapat  2 gedung yaitu gedung A (lama) disebut gedung gajah yang dibuka untuk umum pada tahun 1868, dan gedung B (baru) disebut gedung arca dan di bagi lagi menjadi 4 lantai yaitu lantai pertama tentang manusia dan lingkungannya, lantai 2 tentang ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi, lantai 3 tentang organisasi sosial dan pola pemukiman, lantai 4 tentang khasanah emas dan keramik yang di resmikan pada tanggal 20 juni 2007 oleh Drs.Susilo bambang Yudhoyono mantan presiden Republik Indonesia. Setelah dijelaskan sedikit mengenai kondisi Munas, saya berkeliling melihat aktifitas yang ada di Munas ada beberapa pemandu wisata yang sedang membawa rombongan anak TK, SD, SMP, SMA, Kuliahan, turis asing dan pengunjung lainya dari berbagai daerah. Terlintas dipikiran saya “ mana bisa saya menjadi pemandu yang menceritakan objek-objek yang ada disetiap ruangan,apalagi mengatur lebih dari 20an anak dengan tangan saya sendiri yang sebelumnya saya tidak pernah dihadapkan dengan kondisi seperti itu”. Saya pun ragu dan saya adalah orang yang jarang sekali percaya diri untuk bisa seperti pemandu yang ada di museum nasional karena para pemandu di museum dan para PKL lainya dari SMA Sahid Jakarta dan Universitas sahid Jakarta lebih jago menjelaskan cerita benda-benda yang terdapat dimuseum nasional. Setelah itu karena baru hari pertama PKL jadi baru perkenalan dan kami pun diperbolehkan pulang. Dan hari  selanjutnya  saya dan ketiga teman saya datang pukul 08.00, untuk anak PKL disuruh datang jam 09.00 di ruang informasi saya bertemu dengan Pak Asep dan beliau  mengatakan setiap hari harus ada informasi yang di dapat mengenai benda yang ada di Museum, beliau pun akan mengevaluasi sewaktu-waktu dan harus bisa menjelaskanya. Saya pun tambah panik dan terus berpikiran “ apa saya bisa?”. Setelah saya menaruh tas di ruang staff only saya bergegas untuk mengikuti rombongan yang berkunjung ke Munas dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pemandu wisata di Munas, lalu mencatat ceita yang dijelaskan. Hari demi hari yang saya lakukan di sana selama 2 minggu melihat anak-anak PKL dan pemandu wisata yang sedang menjelaskan sambil membawa rombongan dan saya selalu mebawa buku catatan, seperti itu cara belajar nya supaya bisa cepat membawa rombongan seperti mereka tetapi terkadang saya merasa terkucilkan  karena saya berpikiran tidak akan bisa menjadi pemandu wisata yang baik, saya pun hanya bisa pesimis melihat anak PKL yang sudah jago seperti layaknya pemandu profesional yang ada di Munas .
2 minggu berlalu, saya melihat anak PKL yang sedang memandu sepertinya seru dan menyenangkan karena bisa berbagi tawa, canda, cerita dengan rombongan pengunjung. Terlintas di benak saya ingin rasanya bisa membawa rombongan lebih dari 20 orang, berada di antara barisan mereka, menjadi pemandu yang bisa memimpin rombongan, dan menjadi seorang yang berani. Dengan pikiran yang seperti itu saya jadi bersemangat untuk belajar mengenai cerita-cerita di Munas karena saya tidak ingin sia-sia selama PKL dan ingin menambah pengalaman baru yang tidak akan saya dapati di tempat lain. Waktu itu, ada banyak rombongan anak SD yang datang ke Museum Nasional saat itu kurangnya pemandu untuk membawa rombongan dan jantung saya berdebar karena ada perasaan yang tidak enak ternyata benar saya dan ketiga teman saya di suruh menjadi pemandu karena kurangnya pemandu tetapi waktu itu karena saya dan teman lainya belum memberanikan diri untuk membawa rombongan sendiri, kami pun ditugaskan untuk membawa rombongan berdua, saya pun berpasangan dengan Rara membawa rombongan, mengatur barisan, mengatur agar tidak terjadinya penumpukan pengunjung di beberapa ruangan, menceritakan benda-benda bersejarah  secara bergantian yang seolah-olah saya sudah berpengalaman bercerita di depan umum. Setelah selesai memandu menurut saya sangat menyenangkan, ingin untuk bisa memandu lagi dan belajar memandu sendiri. Keesokan harinya, aktifitas yang saya lakukan di Museum Nasional sama seperti hari sebelumnya berkeliling menambah materi dari benda-benda yang bersejarah, mempelajarinya, memahaminya sehingga saat saya di suruh membawa rombongan saya tidak takut lagi karena saya sudah siap. Disaat rombongan berkunjung ke Museum nasional, dengan penuh harapan saya ingin bisa memandu rombongan tersebut, saya selalu berdiri di depan agar saya disuruh memandu  rombongan ketika sedang berkumpul di aula gedung Museum naional. Dan tiba-tiba nama saya dipanggil oleh Kang Aep “ kak Cut “ saya di percayai untuk memandu pertama kalinya rombongan anak SD, waktu itu saya bawa 1 bus isinya sekitar 20 an lebih, anak-anak yang saya bawa berkeliling pun antusias dengan saya. Pertama yang saya lakukan membariskan mereka terlebih dahulu agar tertib, kemudian memperkenalkan diri saya kira-kira seperti ini “ hallo adik-adik sekalian selamat datang di Museum Nasional saya Kak Cut Shella Desma, adik-adik bisa memanggil saya kak Cut, atau Kak Shella,saya akan membawa kalian berkeliling sebenernya ada apa sih di dalam Museum Nasional ini? Dan jika ada tidak kalian mengerti silahkan tanyakan”.  Lalu saya membawa  rombongan yang pertama ke gedung lama dan saya berhenti di depan patung ganesha dan menceritakan sedikit menggunakan bahasa saya sendiri yang saya dapatkan infonya dari pemandu wisata di Museum nasional “ adik-adik ada yang tahu gak ini patung apa? Ini adalah patung ganesha, kakak akan menjelaskan sedikit tentang patung ganesha ya, jadi patung ganehsa ini adalah anak dari Dewi Parwati dan Dewa Siwa. Dewa yang terkenal dalam agama hindu yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan, dewa pelindung, dan dewa bijaksana. Ia digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan mempunyai perut yang buncit. Dewa Ganesha diciptakan dari kotoran Dewi parwati saat mandi, lalu Dewi Parwati menyuruh ganesha menjaga rumah, kemudian Dewa Siwa bertemu dengan Ganesha, ia langsung marah karena tidak tahu Ganesha anak siapa dan langsung memenggal kepalanya. Dewi Parwati pun menangis mendapati anaknya sudah tidak berdaya lagi. Dan meminta kepada Dewa Siwa untuk mengembalikan ganesha. Dewa Siwa tidak sanggup menghidupkan kembali akhirnya meminta bantuan kepada Dewa Brahmana  dan syaratnya sesuatu yang pertama kali lewat di depan rumahnya dari arah utara akan dijadikan kepala Ganesha lalu yang lewat pertama kali adalah seekor gajah, dipenggal lah seekor gajah itu untuk dijadikan bagian dari kepala Ganesha. Kira –kira seperti itu gambaran mengenai cerita Ganesha, sekarang kita lanjut lagi ke benda selanjutnya.” Tidak jauh berjalan tepat di belakang patung Ganesha  terdapat patung yang sangat tinggi yang katanya tertinggi di Indonesia adalah arca Bhairawa. Saya menjelaskan “ adik-adik sekarang kita berdiri di hadapan Arca Bhairawa patung yang paling tertinggi dengan tinggi 440 cm, luas lapiknya 160x160 yang ditemukan di daerah Sumatra barat sekarang menjadi jambi, Arca Bhairawa perwujudan dari Dewa Siwa yang sedang marah digambarkan mukanya dengan mata yang melotot, memegang belati ditangan kanan dan mangkuk tengkorak ditangan kiri serta menginjak seseorang. Arca bhairawa ini penggabungan dari 2 agama hindu dan budha yang disebut sebagai Tantrayana,pengikut tantrayana percaya bahwa jika seseorang dapat mencapai lebih dari manusia biasa berarti sudah mendekati kesempurnaan (Moksa), ceritanya seperti itu adik-adik.” Selanjutnya, karena keadaan di gedung lama terlalu padat, akhirnya saya membawa rombongan ke ruang dari Sabang sampai Merauke dengan keberagaman budaya masing-masing setiap daerah, saya menjelaskan secara singkat mengenai cerita benda-benda seperti patung si Gale-Gale dari Batak Toba, lalu lanjut ke daerah Lampung ada upacara menghitamkan gigi, ke daerah Jawa ada Patung kuda Nogowarno yang dinaiki oleh Nyi Roro Kidul, ada tempat tidur nya Dewi Sri atau Dewi Padi, lalu di Kalimantan ada patung hampatong, berbagai tradisi khas kalimantan, ke daerah Bali ada patung Barong dan Rangda, terakhir di Papua ada patung Mbis, dan perahu pinisi yang sangat panjang. Karena waktu sudah hampir habis hanya di beri waktu sekitar 45 menit setiap memandu akhirnya saya mengakhiri perjalanan mengelilingi Museum Nasional.

foto diatas adalah salah satu dokumen ketika saya dipercayai untuk menjadi juri ketika lomba SD antar SD mengawasi permainan congklak di salah satu ruang Kids Corner, itu adalah ruangan khusus anak kecil seperti TK, SD yang bisa mengeksplorasi hobi mereka seperti bermain alat musik seperti cangklung, bermain congklak, mewarnai, melukis kendi, dan sebagainya.
Selama PKL di Museum Nasional saya sudah membawa rombongan untuk memandu sekitar 10 kali selama 2 bulan, saya mulai PKL pada tanggal 7 April dan berakhir tanggal 7 Juni 2015 tepat 2 bulan saya menyelesaikan PKL, hari terakhir saya PKL di Munas saya merasa waktu berlalu begitu cepat tanpa saya sadari, saya merasa nyaman, senang, bahagia selama PKL di Munas. Awalnya saya merasa asing, saya berpikir tidak bisa apa-apa, tidak percaya diri, selalu pesimis dengan keberadaan saya di Museum Nasional tetapi setelah saya mencoba untuk semangat dan tidak mau PKL yang saya lakukan sia-sia, akhirnya saya mendapatkan pengalaman baru yang berkesan, ternyata sekali di lawan rasa seperti itu akan hilang dan menimbulkan energi positif. Banyak yang saya bisa ambil positifnya di Museum Nasional seperti, saya mendapatkan teman-teman PKL, teman-teman pemandu yang baik hati selalu mengajarkan satu sama lain tanpa menjatuhkan, saya berani untuk berbicara di depan orang umum, mendapatkan pengetahuan baru setiap harinya, belajar bertanggung jawab selama membawa rombongan yang saya pimpin sendiri, dan masih banyak lagi. Inilah gambaran dan cerita singkat selama saya PKL di Museum Nasional, mungkin kalau di jabarkan satu persatu tidak akan ada habisnya karena bagitu banyak kenangan yang saya lalui setiap detiknya di Museum Nasional, hari- hari yang saya lewati di Museum Nasional membuat hidup saya semakin berarti dan menimbulkan rasa yang luar biasa bahagia karena setiap hari gerbang Museum Nasional yang saya masuki penuh harapan untuk membuat berguna bagi orang lain dan membagi ilmu pengetahuan yang belum tentu kita dapati di tempat lain.
Saya sangat berterima kasih kepada pihak Museum nasional yang menerima dan mempercayai saya untuk menjadi pemandu di Museum, yang mau mengajari tiada hentinya memberikan ilmu pengetahuan tentang cerita bersejarah dan  memberikan saya pengalaman yang berkesan.


Nama : Cut Shella Desma / 4423143929
Usaha Jasa Pariwisata A UNJ 2014
Email : selladesma@ymail.com
Instagram :cutshelladesma


No comments:

Post a Comment