Kesan Kesan Di Bidang
Pariwisata
Assalamualaikum kawan kawan
Perkenalkan nama saya Muhamad
Shafwan Iswara, saya adalah anak pertama dari dua bersaudara yang berasal dari
keluarga ternama di ibukota ini yaitu DKI Jakarta. Saya terlahir di kota ini
tepat nya pada tanggal 5 Maret 1995, tapi perlu kalian ketahui saya tidak asli
berasal dari Jakarta alias bukan orang asli Jakarta. Ayah saya adalah orang
campuran dari daerah Jawa Timur dan Belanda dan Ibu saya adalah orang asli dari
Nusa Tenggara Barat. Orang tua saya memberikan nama Muhamad Shafwan Iswara
diperoleh dari banyak cerita, yang pertama yaitu Muhamad nama ini di ambil dari
nama rasul kita yaitu Muhammad SAW, yang kedua Shafwan nama ini adalah murni
nama saya sendiri yang di karenakan saya adalah anak pertama (Shaf = barisan
& wan(one) = satu atau pertama), dan yang terakhir adalah Iswara, Iswara
ini sendiri adalah nama keluarga yang saya sebutkan tadi di atas, dan ini
adalah nama turun temurun dalam keluarga saya yang sudah bertahun tahun silam
lamanya, jika anda tanyakan dari kapan, saya tidak bisa menjawab nya karena
saya sendiri pun tidak mengetahui asal usul nya.
Dari sini mari kita mulai
pengalaman pertama saya di dalam bidang pariwisata ini, pada awal nya saya
tidak pernah terpikir pada diri saya untuk masuk ke dalam dunia pariwisata ini,
tetapi kehendak Tuhan berkata lain, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk
saya, karena saya percaya kalua rencana Tuhan pasti lebih indah dibandingkan
yang kita rencanakan, karena pada awalnya saya ini terjun kedalam dunia seni
tetapi sudah 2 tahun saya melakukan test di beberapa PTN di Indonesia dan hasil
nya nihil jadi lebih baik saya cukupkan saja perjuangan saya di bidang tersebut
dan melanjutkan perjalanan saya sebagai mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
jurusan Usaha jasa Pariwisata, mungkin saya kira cukup yaa perkenalan diri dari
saya nanti kalo kebanyakan saya bisa di marahi oleh dosen yang berkaitan dalam
mata kuliah ini hahaha.
Pertama saya ingin memberitahukan
pembaca sekalian bahwa saya adalah mahasiswa dan ini cerita tentang pengalaman
saya dalam meng-guide seseorang dalam seumur hidup saya, jadi jika ada kesamaan
nama, cerita, dan latar belakang mohon maaf karena ini adalah fiktif belaka,
dalam seumur hidup saya yaitu 20 tahun berjalan ke 21, saya hanya pernah
meng-guide seseorang atau wisatawan yaitu 2 kali (yakaliiii daah anak
pariwisata gini amat), tapi jangan berpikir seperti itu namanya juga baru
belajar, mungkin nanti bisa jadi lebih baik, doakan saja ya pembaca, pertama
saya meng-guide adalah acara studi wisata yang dilakukan di kota Bandung, dan
yang kedua yaitu pada saat melaksanakan PKL yaitu di Taman Impian Jaya Ancol.
Yang pertama yaitu di kota Bandung pada kesempatan
kali ini saya di tempatkan sebagai tour guide di dalam perjalanan yaitu tepat
nya di pondok gede - Rawamangun, karena ini adalah pertama kali nya dalam
seumur hidup saya meng-guide seseorang saya merasa gugup yang cukup parah, jadi
pada kesempatan kali ini saya banyak terbata-bata dalam menyampaikan materi,
padahal banyak seharusnya yang bisa saya bahas dalam perjalanan kali ini,
tetapi tidak hanya faktor internal dalam diri saya yang membuat saya sulit
untuk merangkai sebuah kata-kata, banyak juga factor eksternal yang berpengaruh
dalam pengalaman pertama saya ini, factor eksternal nya antara lain, pada saat
perjalanan tersebut saya berada di posisi yang cukup merugikan karena saya
meng-guide para wisatawan tersebut berada di dalam jalan TOL dan berada dalam
kondisi macet total, mungkin jika anda dalam posisi saya anda akan merasakan
hal yang sama yaitu bingung harus membahas apa di dalam jalan TOL yang macet
total, dan pada akhirnya terlintas dalam benak saya, setelah saya
memperkenalkan diri yaitu saya membahas sejarah da nasal usul pondok gede itu
sendiri, yang saya ceritakan pondok gede adalah pada
tahun 1775 seorang Belanda bernama Pendeta Johannes Hooyman membangun
sebuah gedung dengan selera campur aduk antar gaya Eropa dengan corak Jawa.
Dituturkan oleh penulis Belanda bahwa interiornya dibuat dengan selera tinggi,
kusen pintu dan jendela diberi ukiran indah serta langit-langit dan dindingnya
diperelok dengan figura artifisial. Karena rumah ini besar, sekalipun
pemiliknya merendah dengan menyebut Pondok, tetapi masyarakat setempat
memanggil langoed tersebut sebagai Pondok Gede. Keberadaan Hooyman tidak banyak
diceritakan dalam sejarah Pondok Gede. Seperempat abad kemudian
kepemilikan langoed Pondok Gede ini jatuh ke tangan Lendeert Miero. Dan
ini orang yang aneh alias kontroversial.
Tuan tanah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel adalah orang Yahudi asal Polandia yang ikut mencari nafkah di Betawi. Ia datang ke Betawi dalam keadaan lontang-lantung. Diceritakan, Miero pertama kali datang ke Indonesia tahun 1775 sebagai seorang yang miskin karena hanya menjadi prajurit kecil untuk kerajaan Hindia Belanda.
Saat itu, Miero menyembunyikan identitasnya sebagai bangsa Yahudi. Pasalnya Belanda yang kala itu dinakhodai oleh dua perusahaan eksplotasi terbesarnya, the Dutch East India Company (VOC) dan the Dutch West Indian Company (WIC), melarang adanya bangsa Yahudi untuk bekerja.
Kondisi tersebut disembunyikan oleh Miero selama puluhan tahun hingga pada akhirnya, di tahun 1728, Miero membongkar identitasnya tepat setelah Belanda mengijinkan orang Yahudi berkongsi dalam perekonomian dan pemerintahan mereka. Sejak saat itu, nasib Miero mulai berubah drastis. Ia mulai membangun kerajaan bisnisnya dengan menjadi seorang juragan emas sekaligus rentenir di Batavia. Ia memiliki toko di Molenvliet West (sekarang menjadi Jl.Gajah Mada) Jakarta Pusat dan satu rumah mewah (kini menjadi gedung arsip nasional).
Layaknya seorang rentenir, sikap dan perilaku Miero yang cenderung judes dan kejam tidak disukai warga Batavia. Menurut catatan di buku tersebut, istilah kata 'judes' sendiri sebenarnya disebabkan oleh kebencian warga terhadap Miero. Kata judes disebut berasal dari kata 'Judas' yang memang identik dengan orang Yahudi.
Meski begitu, kerajaan bisnis Miero terus berkembang. Dari hasil berdagang, ia berhasil membeli sebidang tanah luas di Pondok Gede lengkap dengan rumah besar yang dibangun oleh pemilik pertamanya, Johannes Hooyman. Konon nama wilayah Pondok Gede itu sendiri berasal dari rumah tersebut.
Setelah hidup
sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Salah satu
kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang
tahunnya melainkan hari kepedihannya.
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susah, ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia sedang apes, kedapatan tidur nyenyak waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan di pantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.
Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah.
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susah, ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia sedang apes, kedapatan tidur nyenyak waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan di pantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.
Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah.
Sebenarnya, Pondok
Gede hendak dipugar oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Survei arkeologi
pernah dilaksanakan pada Januari 1988. Dari survei itu diketahui bahwa luas
tanah mencapai 325 hektar, semula merupakan perkebunan sereh. Setelah berpindah
tangan ke CV Handel, beralih menjadi perkebunan karet. Pada 1946 berpindah
tangan lagi ke NV Pago Rado dan pada 1962 dibeli oleh TNI AU (Inkopau). Menurut
laporan survei tersebut, Pondok Gede banyak dikunjungi wisatawan mancanegara
terutama dari Australia dan Belanda.
Pada 1987 Inkopau pernah menulis surat kepada Gubernur DKI Jakarta. Isinya tentang rencana pembangunan pusat rekreasi dan perbelanjaan di areal Pondok Gede. Disebutkan, bangunan kuno itu akan dilestarikan bahkan akan merupakan sentra dari taman rekreasi. Nyatanya, uang mengubah segalanya, bangunan kuno bernilai historis itu lenyap pada 1992 dirobohkan untuk dijadikan Mal, yang sekarang kita kenal dengan Mal Pondok Gede. Banyak pihak yang menyayangkan pembongkaran tersebut, tetapi siapa perduli dengan sejarah. Hanya namanya saja yang tetap abadi, sebagai nama jalan penghubung wilayah Jakarta dengan Jawa Barat.
Kurang lebih seperti
itulah yang saya jelaskan dalam pemanduan saya yang pertama dalam menghadapi
kemacetan di TOL yang tidak berujung, mungkin menurut pembaca materi yang saya
sampaikan membosankan untuk di dengarkan tetapi perlu anda ketahui hilangkan
pandangan anda yang seperti itu pada saya karena dalam menyampaikan materi
tersebut saya tidak lepas dari joke-joke yang simple yang membuat anda tidak
berhenti untuk mendengarkan materi yang saya sampaikan tentang pondok gede
tadi, saya juga menyiapkan beberapa hadiah yang membuat anda berlomba untuk
menjawab pertanyaan yang saya berikan dari materi yang saya bahas karena saya
juga seorang remaja yang mengerti bagaimana kondisi disaat materi seperti
sejarah di sampaikan pada para pendengar, saya tahu pasti anda akan merasa
sangat mengantuk disaat mendengarkan materi materi seperti tersebut, benar ?,
dan pada saat saya menutup pemanduan saya tersebut saya mengucapkan kata kata
yang membuat para pendengar semua menoleh pada saya, anda tahu apa yang saya
ucapkan ?, saya mengudcapkan seperti ini “sekarang bisa anda lihat sekeliling
anda, apa yang anda lihat ? semuanya hanyalah mobil yang berhenti menunggu bisa
melanjutkan perjalanan, dan anda bisa lihat ke bagian atas jendela anda hari
sudah mulai gelap, saya tahu anda pun lelah dan saya pun juga lelah berbicara
terus dari tadi di depan, dan pada kesempatan kali ini lebih baik kita tidur
semua dari pada anda lelah mendengarkan saya berbicara yang aneh aneh, terima
kasih wassalamualaikum wr wb”.
Berikut nya adalah
pengalaman kedua saya dalam memandu wisatawan di dalam melanjutakan kehidupan
saya sebagai mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yaitu bertepatan pada saat
saya melakukan PKL tepatnya di Taman Impian Jaya Ancol, pada saat PKL saya di
tempatkan sebagai marketing design PT. TIRTA yaitu adalah PT yang terdapat di
dalam Taman Impian Jaya Ancol sendiri yang berurusan dengan yaitu air, dan
tempat yang di dominasi oleh PT tersebut adalah Ocean Dream Samudra, Atlantis
Water Adventure, dan Sea World Ancol yang baru saja di buka kembali bertepatan
pada saat saya sedang menjalani aktifitas PKL saya di Taman Impian Jaya Ancol
dan hal tersebut membuat saya jadi memiliki banyak pekerjaan yang harus di
selesaikan, karena hal hal seperti baliho, banner, dan flyer itu semua adalah
tanggung jawab orang orang marketing design PT. TIRTA tersebut, tetapi selepas
nya saya dari pekerjaan pekerjaan tersebut saya di tunjuk oleh atasan saya
yaitu Bpk. AH (nama disamarkan) untuk memandu wisatawan yang datang berkujung
untuk berwisata di salah satu tempat wisata yang kami jalankan yaitu tepat nya
di Sea World Ancol, karena tempat ini baru buka kembali setelah ditutup, jadi
tempat inilah yang banyak jadi incaran para wisatawan wisatawan yang ingin
melihat lagi keindahan dunia bawah laut yang ada di planet bumi ini.
Pada saat saya
memandu wisatawan yang datang untuk berkunjung ke Sea World Ancol, saya banyak
memandu dari berbagai macam kalangan dari yang anak-anak hingga dewasa tetapi
lebih banyak anak-anak yang datang kesini bersama orang tua nya, untuk di
kalangan anak anak saya hanya berperan sebagai pemandu yang menjelaskan bahwa
ini ikan ini dan ikan itu dengan begitu mereka pun sudah cukup senang dengan
cara pemanduan saya yang cukup bersahabat dengan mereka, karena saya tahu untuk
kalangan anak anak jika saya menjelaskan lebih detail tentang ikan-ikan yang
berada di dalam aquarium yang dituju itu hanya jadi hal hal yang membosankan
bagi mereka, lain ceritanya dengan jika saya memandu kalangan remaja hingga
dewasa yang rasa ingin tahu nya lebih dari sekedar nama nama ikan yang ada di
aquarium tersebut, untuk kalangan ini saya mejelaskan lebih detail untuk apa
sih isi aquarium itu, berasal dari mana, ukuran nya berapa, dan bagaimana dia
bisa hidup di dalam aquarium tidak di alam bebas seperti air laut ataupun air
tawar yang ada di perairan bumi ini, dan yang paling di nanti nanti oleh
wisatawan adalah feeding show yang di lakukan di beberapa aquarium tertentu
karena pertunjukan ini menarik para wisatawan untuk datang melihat aquarium
tersebut apalagi saat pemberian makan di main tank yaitu aquarium utama di Sea
World Ancol yang menerapkan sistem hukum alam atau seperti rantai makanan yang
ada di habitat asalnya.
Mungkin cukup sekian
saya menuliskan pengalaman pengalaman yang saya di bidang pariwisata yang
selama ini saya alami semenjak nama saya tercatat sebagai mahasiswa jurusan
Usaha Jasa Pariwisata di Universitas Negeri Jakarta, jika ada kesamaan nama,
cerita, dan latar belakang maafkan saya karena manusia tidak luput dari apa
yang namanya kesalahan kesalahan, terima kasih, wassalamualaikum wr wb.
Muhamad Shafwan Iswara
Fakultas Ilmu Sosial
Usaha Jasa Pariwisata "A" 2014
4423143934
shafwan.iswara@gmail.com
No comments:
Post a Comment