Pengalaman Memandu di Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)
Pemandu
wisata adalah seseorang yang mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang tempat
wisata yang ia pahami secara luas. Ia bertugas untuk memandu para wisatawan –
wisatawan local maupun asing untuk mengetahui tentang sejarah dan budaya dari
tempat wisata tersebut. Kerap kali kita sering melihat banyak orang yang
merendahkan dan meremehkan pekerjaan seperti menjadi pemandu wisata atau yang
kita sebut sebagai tour guide. Tour guide ini juga sering dipandang dengan
sebelah mata, padahal, pekerjaan ini yang membuat negara kita ini menarik minat
banyak wisatawan – wisatawan local dan juga asing. Mereka yang membuat negara
tercinta kita ini memberikan banyak masukkan visa dari negara asing dan juga
sedikit demi sedikit membuat negara kita ini bebas dari maraknya pencemaran
limbah yang membuat alam Indonesia ini rusak. Tour guide ini sendiri mempunyai
banyak peranan yang mungkin orang lain tidak bisa lakukan, contohnya seperti
menjaga lingkungan kita agar tetap bersih, menjaga tiap – tiap spesies dari
flora dan fauna agar tidak punah. Tetapi, bukan hanya tour guide yang wajib
melakukan itu, kita semua sebagai warga dari Indonesia harus menjaga lingkungan
di setiap wilayah agar lestari dan mengurangi dari punahnya spesies flora dan
fauna khas Indonesia. Seperti yang kita ketahui baru – baru ini, seperti kasus
yang ada di Riau, kebakaran hutan yang akhir – akhir ini merenggut nyawa orang –
orang yang menghirup asap yang tidak sehat ini. Bukan hanya Indonesia yang
terkena dampak ini, negara tetangga kita, seperti singapura pun terkena
dampaknya. Untuk itu, kita harus menjaga lingkungan kita dari oknum – oknum
yang tidak bertanggung jawab atas keserakahan dan ketamakan mereka.
Nah,
itu gambaran sedikit tentang pemandu wisata dan negara kita, Indonesia. Disini
saya ingin menceritakan pengalaman kecil saya yang menurut saya pengalaman yang
bahagia dan tak terlupakan. Sebelum saya menceritakan suka dan duka saat
menjadi pemandu wisata, perkenalkan, nama saya Afrizal Ditya Putera Pradyka,
saya sering dipanggil rizal atau lebih akrabnya sering dipanggil ijal. Saya
saat ini mengenyam perguruan tinggi di Universitas Negeri Jakarta atau lebih
singkatnya lagi UNJ. Saya pertama – tama mengucapkan segala puji bagi Kehadirat
Allah swt. yang selalu membuat kita sehat walafiat, yang membuat kita selalu dipermudah
urusannya dan dipanjangkan umurnya. Kepada Bapak Shobirien Nur Rasyid selaku
dosen mata kuliah pemandu wisata, saya berterima kasih telah diberi tugas yang
menjadi kesempatan saya untuk memberi tahu bahwa senang dan bahagianya kita
bila bekerja di bidang Pariwisata, khususnya menjadi tour guide. Sebenarnya, saya
tidak minat dalam jurusan Pariwisata, Sastra Inggris adalah pilihan pertama
saya, karena saya suka sastra. Tetapi, setelah berjalan dengan lancar, saya
sangat beruntung berada dalam bagian pariwisata dan sangat menyukainya.
Saya yang sebelumnya pemalu, bahkan
sangat pemalu, akhirnya saya bisa mengatasi rasa malu tersebut sedikit demi
sedikit, dan membuat saya selalu percaya diri. Sekarang saya semester 3,
sebelumnya saya diberi tugas yang disebut pkl atau praktek kerja lapangan.
Bersama sahabat saya, Kivlan (sekarang kuliah di STPN, Jogja) dan saya mencari
dan melamar tempat wisata yang bagus dan sekiranya kami akan bisa diterima di
tempat tersebut, tetapi hasilnya nihil. Sahabat saya satu lagi yg bernama Tb,
ia melamar di TSB (Trans Studio Bandung), tetapi tidak diterima, yang akhirnya
kami bertiga memutuskan untuk melamar di Museum Sejarah Jakarta atau orang –
orang yang biasa sebut Museum Fatahillah atas saran dari senior kami yang
bernama Wisnu. Pada hari pertama kami melamar disana, kami disuruh untuk
kembali pada besok hari, karena kami datang bukan pada waktu kerja. Keesokan
harinya, kami kembali lagi kesana dan kami diterima dengan mudahnya, bahkan
kami disuruh untuk pkl pada hari itu juga. Tetapi, kami menolaknya, karena kami
belum terlalu siap untuk pkl disana, lalu kami bertiga tertawa – tertawa kecil
sembari melihat satu sama lain dan berkata “akhirnya, keterima juga ya disini,
udah gitu orang – orangnya baik – baik
lagi”. Kami bertiga diajak masuk dan diperkenalkan dengan Kak Eka yang
menjadi pengarah kita untuk memperkenalkan kepada orang – orang yang bekerja di
dalam museum. Ternyata, bukan kami bertiga saja yang pkl disana, ada 3 orang
lagi, dan kami pun diperkenalkan oleh Kak Eka dengan menyebut nama dari kami
bertiga satu – persatu kepada 3 orang tersebut. Mereka masih sekolah kelas 2
yang bersekolah di SMK Sahid Jakarta. Setelah itu kami pun pulang, dikarenakan
besok kami akan memulai hari yang akan mengisi pengalaman hidup baru berharga
kami. Pada hari pertama masuk pkl, ada 1 orang yang sedang duduk melamun dengan
santainya mengeluarkan asap dari mulutnya yang berasal dari benda yang
dipegangnya yang disebut rokok. Dia pun mengeluarkan kata – kata dari mulutnya,
kira kira begini; “bang, dari mana? Pkl juga?”. Kami pun berkata iya, setelah
ada guide senior yang masuk ke ruangan staf, ia memperkenalkan kami dengan
orang yang duduk dengan santai tersebut. namanya Fauzan, tetapi dia sering
dipanggil ojan. Ojan juga masih duduk di kelas 2 SMK dan guide senior yang
bernama Pak Usman meminta bantuan kepada Ojan untuk membawa kita mengelilingi
museum yang bertujuan agar mengetahui objek apa saja yang harus diceritakan
kepada wisatawan. Ojan pun menerimanya dengan senang hati dan membawa kita
mengelilingi museum. Sembari menceritakan sejarah tentang objek yang ada di
dalam museum, kami menanyakan hal yang menyimpang dari sejarah tentang objek
tersebut, seperti ada berapa banyak orang yang pkl di museum ini, sejak kapan
pkl di museum ini, dan sebagainya. Setelah selesai, kami pun ke tempat
pemberian sandal. Saat ini, Museum Fatahillah meminjamkan sandal kepada
wisatawan yang ingin mengelilingi museum dengan biaya yang tidak dipungut sama
sekali, sandal tersebut gratis untuk dipinjamkan, mari saya luruskan, apa
tujuan dipinjamkan sandal tersebut kepada wisatawan? Itu bertujuan untuk mengurangi
rapuhnya keramik yang sudah ada sejak 300 tahun yang lalu dan juga karena
Museum Fatahillah pernah mengalami kejadian yang buruk, yaitu kebakaran yang
menyebabkan rusaknya objek – objek di museum, seperti jendela, pintu, dan yang
lain- lain,dan itu bertujuan untuk mengurangi kerusakan akibat kebakaran pada
waktu lalu. Kembali pada cerita, kami pun bertemu dengan orang yang pkl di
museum ini yang ternyata bukan hanya 3, tetapi lebih. Ojan bersama 2 temannya
yang bernama Fakky (puki) dan Dzikri (arab), sementara SMK Sahid ada 6 orang
yg pkl disana, yaitu Fika, Kezia, Alvin,
Agus, Siti, Syifa.
Setelah
berjalan beberapa hari, Kivlan dan Tb membawa rombongan SD saat Museum
Fatahillah akan tutup. Pada esok hari, untuk pertama kali saya pun membawa
rombongan SMP kelas 3, dan itu sangat sulit untuk berbicara, karena banyak yang
bertanya dan banyak pula yang memotong suara saya saat saya menjelaskan. Saya
kebingungan yang sempat senyum – senyum dan tertawa, bisa mengatasi hal
tersebut. Karena baru pertama kali, saya ditemani oleh kezia dan kivlan yang
ikut membantu saya. Setelah mengelilingi museum dan memberi penjelasan tentang
objek yang ada di dalamnya, para guru berterima kasih kepada saya dan pamit
undur diri, saya pun melempar senyum dan berterima kasih kembali kepada para
guru – guru dan murid –murid.
Setelah
5 hari, ada lagi yang melamar pkl di
Museum Fatahillah, yaitu SMK 27 yang terdiri dari Nanda, Amel, Oliv, dan Selfi.
Indri, Tyas, Nur, dan Selvi pun melamar di museum dengan meminta bantuan saya,
dan mereka semua diterima dengan mudah seperti kami bertiga. Indri, Tyas, Nur,
dan Selvi adalah teman saya di kampus yang sebelumnya tidak terlalu dekat,
bahkan kenal. Setelah berjalan bebeprapa hari, bahkan bulan, kami pun sangat
dekat seperti keluarga. Kami pernah pergi berlibur ke tempat wisata yang ada di
bogor, yaitu Kebun Raya Bogor, dan kemudian kami semua bersenang – senang
sampai tidak memperdulikan awan yang menjatuhi butir – butir air dan membasahi
seluruh badan kami. Pada hari selasa, saya membawa rombongan dari SD Charitas,
Jakarta Timur. Mereka sangat pintar dan lucu – lucu. Lalu, saya ajak mereka
mengelilingi museum untuk mengetahui sedikit tentang sejarah dari Indonesia,
khususnya Batavia atau Jakarta. Banyak dari mereka yang menanyai saya tentang
objek yang saya ceritakan, semua yang melontarkan pertanyaan kepada saya adalah perempuan. Saya sangat senang
bisa menemani mereka mengelilingi museum untuk menambah pengetahuan mereka.
Setelah selesai menemani mereka, saya pamit untuk masuk ke dalam museum lagi
untuk berjaga – jaga. Saya tersenyum kepada mereka dan mereka membalas senyum juga
seraya berkata; “dadah kakak, sampai ketemu lagi, ya”. Kemudian, saya masuk
kembali dan berjaga – jaga untuk memberikan sandal kepada pengunjung. Setelah
seminggu tidak membawa rombongan, akhirnya saya membawa anak SD lagi. Kali ini
saya membawa anak – anak yang nakal dan tidak bisa diatur. Saya hampir saja
bosan untuk mengajak anak – anak itu mengelilingi museum. Kemudian, saya selalu
memberikan arahan – arahan untuk bersikap seperti ini dan itu. Lama – kelamaan,
mereka mulai patuh dengan saya dan banyak menanya ketimbang mengobrol satu
dengan yang lainnya. Itu hal yang lumrah menurut saya, jika anak SD kurang
tertarik untuk mendengarkan hal yang berkaitan dengan mengingat dan lebih
memilih untuk bermain. Tetapi, untungnya mereka langsung berminat untuk
mengetahui tentang apa yang ada di museum dengan banyak menanya. Sehingga, tak
terasa sudah berakhir waktu saya untuk memberi sedikit pengetahuan kepada
mereka. Saya senang bisa dekat dengan mereka walaupun dengan waktu yang
terbilang sangat singkat. Untungnya, saya meminta sedikit kenangan dengan
mereka, yaitu berfoto. Setelah selesai berfoto, mereka mengucapkan terima kasih
dan saya juga mengucapkan terima kasih, serta; “hati – hati ya, dek”.
(gambar 2: foto
dengan anak – anak SD dari Bogor)
Selang 3
hari, saya membawa rombongan SMA dari Bogor. Kalau sudah seusia SMA, mereka
biasanya hanya diam untuk memperhatikan penjelasan orang. Seperti rombongan SMA
yang saya bawa, mereka hanya diam dan senyum jika saya ajak bercanda. Lalu,
saya ajak mengelilingi museum dengan suasana yang sangat sepi. Tetapi, ada juga
yang menanya tentang objek di museum. Itu yang membuat saya semangat untuk
mengajak mereka mengelilingi museum. Sayangnya, waktunya sudah habis dan saya
izin pamit untuk ke dalam museum. Saya bilang; “terima kasih, ya”, tetapi
mereka jawab sembari jalan tanpa menengok kearah saya. Saya hanya bisa sabar
dan senyum kepada mereka, walaupun mereka tidak terlalu menanggapi saya.
Setelah 2 minggu, Museum Sejarah Jakarta menerima wajib kunjung, yaitu sekolah
– sekolah di sekitar Jakarta wajib mengunjungi Museum Sejarah Jakarta. Wajib
kunjung ini dibiayai 100% oleh Gubernur dan Pemerintah DKI Jakarta. Saya dan
teman – teman saya yang lain diminta untuk membawa para rombongan SMP ini. Saat
saya membawa SMP 95 Jakarta Utara, saya selalu diledeki dan dibercandai, karena
saya terlalu banyak mengucapkan; “jadi”. Jika saya mengucapkan kata tersebut,
mereka tertawa dan mengulangi kata tersebut yang menurut mereka lucu. Tetapi,
mereka sangat antusias untuk mengetahui objek dan sejarah yang ada di museum.
Itu
adalah sedikit dari pengalaman saya menjadi tour guide di Museum Sejarah
Jakarta. Suka dan duka menjadi tour guide sangat banyak, tetapi lebih banyak
suka dibanding duka. Sukanya menjadi tour guide adalah kita bisa memperluas
pengetahuan kita tentang wisata – wisata yang ada di Indonesia dan kita bisa
menambah teman yang banyak dengan mudah. Kita juga bisa mengajak wisatawan
untuk melestarikan dan menjaga alam kita agar terlihat lebih indah dan kita
bisa mengunjungi wisata tersebut dengan nyaman. Bila duka menjadi tour guide,
bila kita tidak memberikan materi dan informasi dengan jelas dan atraktif, kita
bisa menjadi terbawa suasana bosan yang dibawa oleh wisatawan akibat kita
memberikan informasi yang kurang menarik bagi mereka. Menurut saya, bila kita
semakin nyaman menjadi tour guide, maka kita akan selalu suka, bahkan hampir
tidak ada dukanya sama sekali. Karna, menjadi tour guide sangat keren dan
bahagia. Kita bisa mengunjungi wisata – wisata yang indah dengan gratis, bahkan
kita dibayar atas jasa kita member informasi yang sangat berharga. Tour guide
adalah seseorang yang mempunyai banyak peranan, khususnya menjaga keindahan
Indonesia. Mari kita jaga alam kita dengan baik agar kita mendapatkan dampak
alam yang baik pula terhadap kita.
Afrizal Ditya Putera Pradyka
4423143931
Usaha Jasa Pariwisata (B) UNJ 2014
pradykaafrizal@gmail.com
No comments:
Post a Comment