PENGALAMAN SAAT MENJADI SEORANG PEMANDU
Assalamualaikum!
Pak Ronal kepalanya peyang, tak kenal maka tak sayang, begitulah kalau kata
orang-orang, untuk itu saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu
sebelum saya akan mulai menuturkan cerita tentang pengalaman saya dalam menjadi
pemandu wisata. Perkenalkan nama saya Garin Girindra D.S. singkat saja karena
takut terlalu panjang, saya adalah seorang pemuda yang lahir di Jakarta 19
tahun yang lalu pada tanggal 9 Mei, untuk saat ini saya adalah seorang
mahasiswa Pariwisata, saya tinggal di Jl. Harapan Mulya 1, Kemayoran, Jakarta
Pusat. Secara fisik, saya memiliki tinggi badan sekitar 160-165cm tidak terlalu
tinggi juga tidak terlalu pendek lah untuk ukuran seorang pria, kulit saya
sedikit coklat tapi lebih ke arah putih atau coklat muda bisa dibilang, saya
orang yang memiliki pembawaan yang santai dan riang dan tidak terlalu
kaku/serius. Nah cukup sampai disitu dulu perkenalan tentang seorang Garin
Girindra, kalau mau lebih kenal bisa langsung saja berbincang-bincang hehe.
“Pemandu
Wisata”, apa sih sebenarnya “Pemandu Wisata” itu? Berdasarkan apa yang saya
ketahui sedikit, “Pemandu Wisata” adalah seseorang yang bertanggung jawab,
seorang informan, seseorang yang memandu, dan tentu saja merupakan salah satu
bagian penting di dalam sebuah perjalanan wisata. Kembali lagi tentang saya,
saya merupakan mahasiswa Pariwisata yang tentunya tidak terlepas dari predikat “Pemandu
Wisata” tersebut, pada awalnya saya secara tidak sengaja masuk ke dalam dunia
Pariwisata, mengapa saya mengatakan tidak sengaja? Berawal dari kelulusan SMA
tentunya setiap orang kebanyakan ingin melanjutkan studi nya ke jenjang yang
lebih tinggi, salah satu nya masuk ke Universitas, saya pun termasuk ke dalam
salah satu dari kebanyakan orang tersebut. Pada awalnya saya melakukan tes yang
disebut SBMPTN untuk bisa masuk ke Universitas Negeri, dan pada tes tersebut
saya memilih jurusan sastra inggris dan administrasi negara, dua buah jurusan
yang mungkin tidak berhubungan sama sekali, dan saya juga memilih Universitas
Negeri di luar Jakarta kala itu, namun apa daya saya tidak lolos dalam tes
tersebut. Waktu pun berlalu dengan cepat seiring kegagalan saya lolos dalam tes
tersebut, saya mulai bingung dan mulai terdesak oleh keinginan orang tua yang
ingin melihat saya masuk ke Universitas Negeri, saya pun mulai mencari tes
mandiri yang diadakan oleh Universitas Negeri, pertama masih Universitas Negeri
di luar Jakarta, saya kembali tidak lolos di tes tersebut dan kembali bingung
dan terdesak, kemudian saya mengikuti tes yang bisa dibilang tes masuk mandiri
yang terakhir yaitu tes mandiri Universitas Negeri Jakarta, ada dua pilihan
jurusan yang bisa di ambil, pertama tentunya saya memilih sastra inggris
sebagai passion tersendiri bagi saya, dan pilihan kedua merupakan Pariwisata, alasan
saya memilih Pariwisata karena dalam pikiran saya adalah Pariwisata mungkin
membutuhkan keahlian berbahasa asing khususnya bahasa inggris yang cukup baik,
dan saya memiliki keahlian tersebut. Setelah tes selesai saya pun menunggu
pengumuman, dan pada akhirnya saya di terima di Universitas Negeri (di) Jakarta
di jurusan Pariwisata, tentu saya sangat bersyukur pada saat itu karena dapat
di terima di Universitas Negeri meskipun di jurusan yang sama sekali saya tidak
pernah dalami, namun saya akan berusaha semaksimal mungkin di dalam jurusan
tersebut.
Tiba
saatnya masuk kuliah, saya datang dengan penuh semangat dan penuh harapan agar
bisa bertahan di Pariwisata ini, semester pertama saya berusaha sepenuh hati
dan semaksimal mungkin dan hasilnya lumayan memuaskan. Nah! Di semester pertama
inilah saya mulai masuk ke dalam predikat “Pemandu Wisata”, jurusan saya
mengadakan acara “City Tour” yang notabene nya adalah pengambilan nilai untuk
mata kuliah Pengantar Pemanduan dan juga Komunikasi Publik. Tibalah hari dimana
acara City Tour ini dilaksanakan, sebelumnya rute dari City Tour ini sudah di
berikan kepada mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat 3, saya melihat nama Garin
Girindra berada di urutan tengah, dan memang mahasiswa tingkat 3 berada di atas
dan harus terlebih dahulu memandu, mungkin untuk menjadi contoh bagi kami para
mahasiswa baru, dan para mahasiswa senior ini dipilih secara acak oleh dosen
sementara kami mahasiswa baru sudah di
urutkan berdasarkan nama masing-masing. Setelah daftar rute dibagikan saya
langsung mencari bahan apa saja yang bisa saya baca dan akan saya berikan
kepada para wisatawan (teman-teman saya dan mahasiswa senior juga dosen yang
ada di Bus), saya kebetulan mendapatkan rute dari daerah cikalong. Perjalanan
City Tour pun dimulai dari kampus Universitas Negeri Jakarta, yang pertama
memandu adalah mahasiswa senior saya, saya pun mulai memperhatikan tata cara
memandu yang baik seperti apa, perjalanan dilanjutkan masuk ke gerbang tol
Rawamangun dan pemandu pun menjelaskan tentang sejarah dari jalan tol tersebut.
Perjalanan terus berlanjut, pemandu nya pun secara bergiliran berganti-ganti,
bermacam-macam teknik memandu pun terlihat dan saya mempelajarinya satu
persatu, ada yang memandu dengan pembukaan yang menggunakan bahasa asing, ada
yang menceritakan tentang kebudayaan daerah setempat, ada yang menceritakan
tentang bisnis daerah setempat yang bisa dibilang menjanjikan, hingga ada yang
menunjukan kemampuan nya bernyanyi. Perjalanan pun dihentikan sementara waktu
untuk beristirahat sebentar, Bus pun diparkirkan di pinggir jalan di dekat
masjid At-tawuun, Puncak, Bogor, disana kami beristirahat sejenak, kemudian
kami semua berfoto bersama, mulai dari mahasiswa baru, mahasiswa senior, dan
juga para dosen yang mengikuti acara. Setelah selesai beristirahat kami pun
melanjutkan perjalanan City Tour kami, semakin lama giliran saya untuk memandu
pun semakin dekat dan saya pun mulai semakin gugup dan mulai berkeringat, perut
saya mulai terasa mulas dan mual. Saya semakin mulas dan mual saja ketika
giliran sebelum saya sedang memandu, saya panik dan tidak tau apa yang harus
saya lakukan, untungnya Bus kembali berhenti untuk mampir ke restoran untuk
mengambil makan siang untuk rombongan nanti saat tiba di tujuan, tempat yang
akan kami tuju adalah Museum Geologi di Bandung. Giliran saya pun tiba untuk
memandu, saat maju ke depan saya mulai memperkenalkan diri, saat berada di
depan saya sangat gugup sehingga semua materi yang telah saya pelajari seketika
hilang dari pikiran, saya pun tidak tau apa yang harus saya katakan karena rasa
gugup yang melanda diri saya, saya pun hanya berbicara seadanya tentang daerah
tersebut yang saya ketahui, setelah tidak ada lagi informasi yang bisa saya
berikan, saya hanya menjelaskan tentang keadaan sekitar yang dilewati oleh Bus
kami, beberapa menit kemudian giliran saya memandu pun selesai dan saya pun
menutup pembicaraan saya. Saat-saat itu merupakan saat yang paling mendebarkan
karena saat itu adalah saat pertama kali nya saya memandu, saya melihat
teman-teman saya pun banyak yang mengalami hal serupa namun ada beberapa yang
memang terlihat bagus saat memandu. Akhirnya kami pun sampai di Museum Geologi
Bandung, sesampainya disana kami makan siang terlebih dahulu, setelah makan
acara pun di lanjutkan dengan pemanduan di dalam Museum Geologi Bandung. Di
dalam museum, teman-teman saya kembali mulai memandu dan hasilnya sepertinya lumayan
bagus, walaupun masih ada beberapa yang masih gugup dan grogi. Beberapa jam
setelah memandu, kami pun di ajak menonton sebuah film tentang Geologi di
Dunia, salah satunya adalah tentang bagaiman terbentuknya pegunungan Himalaya
di Tibet. Setelah selesai menonton kami pun keluar dari gedung Museum Geologi
dan bersiap-siap untuk perjalanan pulang kembali ke Universitas Negeri Jakarta,
saat perjalanan pulang para mahasiswa kembali harus memandu hingga sampai ke
Universitas Negeri Jakarta, kami pun sampai pada malam hari karena perjalanan
yang cukup panjang dan macet. Kira-kira seperti itulah pengalaman pertama
memandu saya, memang cukup sulit tapi saya akan terus belajar dan belajar
hingga dapat menguasai teknik memandu yang baik.
Tak terasa berlalu sudah semester
pertama, dan kini saya masuk ke semester kedua. Di semester kedua ini saya
mengalami pemadatan perkuliahan, sehingga saya hanya berkuliah selama dua
bulan, dan sisanya saya diwajibkan untuk menjalani PKL (Praktek Kerja Lapangan)
di sebuah destinasi wisata. Saya memilih destinasi wisata pendidikan yaitu
Planetarium dan Observatorium Jakarta bersama 8 orang teman saya, lalu kami pun
mendatangi Planetarium dan Observatorium Jakarta bersama-sama untuk memberikan
surat permohonan untuk praktek kerja lapangan selama kurang lebih sekitar dua
bulan. Beberapa hari kemudian kami pun di hubungi oleh Planetarium dan
Observatorium Jakarta untuk diberitahu bahwa kami ber-9 di terima untuk
melaksanakan praktek kerja lapangan di sana. Di Planetarium dan Observatorium
Jakarta saya bertugas untuk memandu para pengunjung untuk melihat-lihat ruang
pameran yang berisi berbagai macam diorama dan replika benda-benda langit, di
ruang pameran ini lah saya memandu para wisatawan dan menjelaskan tentang
keadaan di luar angkasa seperti susunan tata surya, satelit-satelit luar
angkasa, di ruang pameran saya juga menjelaskan gambar-gambar tentang proses
terbentuknya sebuah bintang, proses tentang teori pembentukan tata surya
seperti teori big bang contohnya, kemudian juga menjelaskan gambar-gambar rasi
bintang, keadaan bumi pada malam hari termasuk lokasi-lokasi polusi cahaya yang
ada di bumi, di ruang pameran ini saya juga memberitahu bahwa terdapat sebuah
batuan meteor yang pernah jatuh di Indonesia tepatnya di halaman rumah Bapak
Supinah, di daerah Jawa Timur, batu tersebut ukurannya hanya sekitar sebesar
buah kelapa, dan bobotnya hanya sekitar 10 kilogram saja, namun saat benda
tersebut jatuh beratnya mencapai 600 ton karena kecepatannya yang luar biasa,
kecepatan sebuah meteor bisa mencapai 60km/detik jadi kalau kita bayangkan naik
meteor dari Planetarium menuju ke Bogor, kita hanya memerlukan waktu 1 detik
saja untuk sampai. Setelah menjelaskan semua yang ada di ruang pameran, saya
memandu para wisatawan untuk menuju ke ruang pertunjukan yang berada di lantai
dua, di ruang pertunjukan akan ada sebuah pertunjukan tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar angkasa, pertunjukan tersebut di pandu
oleh seorang narator yang ada di bagian belakang ruang pertunjukan atau di
belakang para pengunjung.
Foto 1 : Ruang Pertunjukan
Planetarium
Setelah satu
bulan melaksanakan PKL, saya dan teman-teman saya di beritahu bahwa pada 2
minggu terakhir masa PKL, kami diwajibkan untuk menjadi narator di ruang
pertunjukan, saya pun merasa kaget karena seorang narator harus berbicara
memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa luar angkasa kepada pengunjung
selama kurang lebih 45 menit-1 jam, dan
materi yang harus di sampaikan juga saya kurang paham, namun saya pun menyanggupkan
dan tetap tenang dalam menjalankan hal tersebut. Satu bulan terakhir saya dan
teman-teman melaksanakan PKL pun kami gunakan sebaik-baiknya di minggu pertama
dan kedua, kami mendengarkan secara seksama bagaimana seorang narator
memberikan informasinya kepada para pengunjung, karena tidak semua pengunjung
sama cara penyampaian informasinya, seperti misalnya saat saya memandu atau
menyampaikan info ke pengunjung yang masih berada di TK, saya harus berbicara
secara lembut dan harus membuat suasana menjadi riang, dan informasi yang
diberikan pun tidak terlalu berat, lalu pada saat saya memandu atau
menyampaikan info kepada pengunjung yang berada di bangku SD atau SMP, saya
harus memberi informasi yang lebih detail sedikit daripada informasi yang
diberikan kepada pengunjung yang masih TK, dan pada saat memandu pengunjung
yang duduk di bangku SMA, informasi yang saya berikan harus benar-benar detail.
Begitulah kira-kira teknik yang digunakan dalam memandu di Planetarium dan
Observatorium Jakarta, dan tibalah waktunya
saya menjadi seorang narator di ruang pertunjukan.
Foto 2 :
Narator Ruang Pertunjukan
Saya memulai pertunjukan dengan lampu ruangan yang
dipadamkan dan seketika ruangan menjadi sangat gelap, dan saya mulai masuk ke
dalam topik yaitu mengibaratkan ruangan yang gelap tersebut adalah langit di
kota Jakarta saat ini, ada beberapa bintang yang muncul namun masih bisa
terhitung jumlahnya, lalu saya menjelaskan bahwa langit yang gelap di kota
Jakarta ini di sebabkan oleh polusi, entah polusi udara maupun polusi cahaya.
Kemudian saya menjelaskan bahwa jika kondisi langit Jakarta tidak di pengaruhi
oleh polusi udara dan polusi cahaya maka bintang-bintang akan terlihat lebih
banyak lagi, bahkan akan memenuhi langit di Jakarta, lalu mulailah ruangan di
penuhi bintang-bintang yang membuat ruangan menjadi agak terang oleh cahaya
bintang-bintang tersebut. Setelah itu saya mulai menjelaskan tentang rasi-rasi
bintang yang ada di langit, rasi bintang dibagi menjadi 88 wilayah berdasarkan
ilmu astrologi, namun ada 13 di antaranya yang kita kenal sebagai rasi bintang
zodiak, rasi bintang zodiak merupakan rasi bintang yang berada di wilayah langit
yang memotong lingkaran ekliptika. Setelah menjelaskan tentang rasi bintang
saya kemudian menjelaskan tentang planet-planet keluarga dari tata surya, saya
memulainya dari penjelasan tentang Matahari yang merupakan pusat dari tata
surya, lalu saya menjelaskan tentang planet-planet yang mengitari Matahari
mulai dari Merkurius sampai dengan Neptunus, kemudian saya tambahkan dengan
penjelasan mantan planet yaitu Pluto yang kini predikatnya sebagai planet
kerdil atau dwarf planet, kemudian
saya menjelaskan bahwa ada 3 jenis planet yaitu Planet, Planet kerdil atau dwarf planet, dan terakhir ada Planet
kecil atau biasa disebut dengan Asteroid. Kemudian saya memberitahukan bahwa
kita telah sampai di penghujung pertunjukan, lalu menutup pertunjukan dengan
kata-kata “Salam Planetarium Jakarta!”.
Dan begitulah akhir dari peran saya menjadi narator/pemandu di ruang
pertunjukan di Planetarium dan Observatorium Jakarta, dan di pengalaman saya
yang kedua sebagai seorang “Pemandu Wisata” ini saya kira saya sudah mulai
terbiasa, mungkin memang benar kata-kata “Practice
makes Perfect”, jika kita berlatih terus menerus mungkin kita akan menjadi
seorang yang ahli dalam suatu hal, termasuk menjadi seorang “Pemandu Wisata”.
Berbicara
tentang predikat “Pemandu Wisata” yang melekat pada saya, saya berpikir bahwa
ada suka dan duka ketika kita menjadi seorang pemandu. Ya, sukanya kira-kira
adalah kita bisa memberikan informasi yang berguna kepada para wisatawan yang
menggunakan jasa kita, kita juga bisa menghibur mereka pada saat memberikan
informasi atau pada saat memandu mereka, kita pun juga bisa berkeliling
Indonesia negeri yang indah ini secara cuma-cuma pada saat kita menjadi seorang
“Pemandu Wisata”. Untuk duka nya, mungkin kita harus lebih tau/lebih
berpengalaman daripada para wisatawan, dan juga kita adalah orang yang paling
bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama kegiatan
wisata, tapi saya tidak menyikapi masalah tanggung jawab ini sebagai sebuah “duka”
dalam menjadi seorang pemandu, tetapi lebih kepada pembelajaran diri kita untuk
lebih disiplin lagi dan lebih bertanggung jawab lagi terhadap apa yang kita
lakukan atau bahkan yang orang lain lakukan karena kita sebagai seorang pemandu
dari para wisatawan, kita lah yang harus mengontrol perilaku para wisatawan
agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Ya kira-kira seperti itulah suka
dan duka ketika predikat “Pemandu Wisata” melekat dalam diri kita, saya sebagai
orang yang pada awalnya “kecemplung” di bidang Pariwisata ini merasa bahwa
memang inilah jalan saya karena memang saya sendiri lah yang memilih jalan ini.
Demikianlah sedikit-banyak pengalaman yang bisa saya bagikan kepada para
pembaca sekalian, semoga ada manfaat nya bagi para pembaca sekalian. Saya mengutip sebuah pepatah yang berbunyi “Ingatlah!
Apapun yang kamu hadapi saat ini semua akan berlalu. Semoga menjadi berkah dan
rahmat bagi yang lain. Jadilah orang yang: tetap sejuk di tempat panas, tetap
manis di tempat yang begitu pahit, tetap merasa kecil walaupun sudah menjadi
besar, dan tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.” Sekian dari
saya, kurang lebih nya saya mohon maaf, Wassalam!
GARIN GIRINDRA DWI SAPUTRA
USAHA
JASA PARIWISATA 2014
UNIVERSITAS
NEGRI JAKARTA
NIM
:4423143943
EMAIL : garin.girindra@gmail.com
No comments:
Post a Comment