*Pengalaman Memandu ke Bandung
Nama saya
Shintia saya mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta program studi Pariwisata,
sejujurnya saya sangat sulit untuk menjelaskan sesuatu di depan umum apalagi
untuk memandu namun mau tidak mau saya harus karena ini tugas dari dosen saya
untuk pengambilan nilai, dan kebetulan saya dapet tugas memandu di dalam bis
bukan di tempat objek wisata. Bisa di bilang ini pertama kali saya memandu dari
seminggu sebelum hari H saya memandu saya sudah kepikiran dengan apa yang harus
saya lakukan nanti dan mencari-cari materi yang harus saya hafalkan dan hari H
pun tiba dari pagi-pagi sekali saya sudah sampai di Kampus dengan materi yang
saya tulis di kertas yang sudah saya haflakan semaleman dan masih saya baca-baca
terus selagi menunggu bis datang. Dan akhirnya perjalanan pun di mulai dari
Kampus saya yaitu Universitas Negeri Jakarta yang berada di Rawamangun muka
menuju Bandung tepatnya ke Gedung Konferensi
Asia Afrika bisa dibilang saya sangat merasa gugup dan saya tidak yakin
saya akan bisa berbicara di depan banyak orang untuk menjelaskan perjalanan
yang saya dan wisatawan saya lewati dengan rasa gugup selagi menunggu giliran
saya memandu saya masih memebaca-baca materi saya yang saya tulis dikertas,
setelah teman saya memandu tiba lah saat nya giliran saya, saat saya memegang
mic lalu mengenalkan diri saya entah mengapa materi yang saya sudah pelajari
hilang dari pikiran saya dan saya bingung apa yang harus saya katakana untuk
memandu wisatawan ini namun perlahan-perlahan saya menarik napas dan sedikit
demi sedikit saya mencoba mengingat-ingat materi itu namun hanya sedikit yang
teringat saya merasa bingung saat itu apa lagi yang harus saya katakana namun
akhirnya saya menyerah dan tak melanjutkan pemanduan nya dan saya duduk mungkin
dosen saya kecewa dengan apa yang saya tampilakan dan begitupun dengan saya
karena kekecewaan itu setelah saya kembali duduk saya menangis dan saya
bertekat untuk berubah dan itu pengalaman pertama saya.
Di atas adalah foto saya saat
memandu di Bis dengan masih menggenggam gulungan kertas yang tidak lain adalah
catatan saya yang sebenernya tidak terpakai juga bila saya bawa-bawa namun
setidaknya bisa menambah rasa percaya diri saya sedikit, karena sebenernya
setiap orang punya rasa tidak percaya diri dan punya cara yang berbeda-beda
untuk mengatasi rasa tidak percaya diri itu.
Planetarium dan Observatorium
Jakarta adalah salah satu objek wisata pendidikan yang terletak di JL.Cikini
Raya no.73 Jakarta Pusat. Disana pengunjung bisa mempelajari seputar astronomi,
di ruang pameran pengunjung dapat melihat replica planet-planet, bulan, bintang
dan lain-lain dengan penjelasan yang sudah ada di dekat semua replica itu dan
juga pemandu yang siap menjelaskan lebih jelasnya dan diatas juga ada ruang
teater bintang pengunjung akan dapat merasakan seperti berada di laut perbintangan
dan juga dapat melihat planet-planet seakan-akan nyata dan di pandu oleh
seorang narator yang berada di belakang tempat duduk pengunjung yang akan
menjelaskan secara terperinci tentang semua yang berada di ruangan teater itu.
Planetarium juga memiliki tempat untuk peneropongan benda langit/ observasi
yang di sebut sebagai observatorium, namun peneropongan hanya di lakukan di
hari-hari tertentu seperti saat gerhana bulan atau sejenisnya tidak bisa setiap
hari. Dan Planetarium buka dengan dua jalur setiap harinya ya itu untuk
rombongan dan umum. kalau rombongan buka pada jam 09:30 , 11:00 , 13:30 dan
umum pada jam 16:30 untuk hari senin hingga jum’at namun bila sabtu dan minggu
dari jam 10:00 hingga 14:30
Selama 3 bulan saya PKL di
Planetarium dan Observatorium Jakarta di Taman Ismail Marzuki, sejujurnya saya
tidak tahu menahu tentang Astronomi karena kebetulan saya juga mengambil
program IPS bwaktu saya sma dan semenjak di Planetarium lah saya baru belajar
sedikit demi sedikit kira-kira selama sebulan PKL disana saya belajar agar saya
dapat memandu dengan baik, setelah 1 bulan saya mendapat kesempatan untuk
memandu murid sekolah dasar untuk memperkenalkan tentang Planetarium dari
sejarah Planetarium itu sendiri sampai apa saja yang tersedia di sana, saya
memandu dimulai dari pintu depan yaitu dari
polusi cahaya sampai pintu keluar, saya menerangkan itu semua kepada murid TK,
SD,smp dan Umum.Untuk pertama kali saya akan memandu saya sangat gerogi namun
saya yakin bisa dan lagi saat awal memandu saya di teman oleh Kakah Vienna
pemandu asli di sana serta kak Fahmi.
Bila saya
memandu murid TK dan SD saya selalu membawa permen di saku rok saya untuk
memberikan nya kepada murid-murid yang saya anggap nurut dan mudah di atur
serta murid-murid yang sulit di atur agar mau mendengarkan saya. Bisa dibilang
menjelaskan kepada murid TK dan SD mudah karena materi yang disampaikan belum
terlalu banyak seperti anak smp dan umum namun kesulitan nya adalah murid-murid
TK dan SD terlalu aktiv dan kita sebagai
pemandu harus ekstra sabar dan pintar-pintar menghadapi mereka, selain aktiv
mereka juga sangat imajinatif sampai-sampai saat saya menjelaskan tentang batu
meteor yang pernah jatuh di rumah bapak sukinah ada salah satu anak yang
membantahnya dan bilang kalau itu adalah batu akik bukan batu meteor dan dia
ingin meminta batu itu di bawa pulang dan kelucuan itu lah yang bisa menjadi
hiburan untuk saya dalam memandu dan ada lain nya lagi adalah ketika ada
seorang anak laki-laki yang ingin membeli miniature roket yang ada disana dan
berkata “ kak aku mau beli ini berapa harganya? Aku bawa duit banyak” begitu polos dan lucu membuat saya ketawa
sendiri, berhubung saya sangat suka anak kecil jadi saya sangat gembira bila
memandu mereka.
Gambar 2 : kopi, saya,susu dan jahe
Salah satu
pengunjung dari SD Swasta di daerah Jakarta Selatan yang menurut saya sangat
friendly walau mereka sedikit ngeselin karena menjadikan saya bahan ejekan
mereka terutama oleh kopi, nama asli mereka sebenarnya bukan itu namun mereka
memperkenalkan diri dengan nama itu karena teman-teman mereka memanngil mereka
dengan sebutan itu. Saya dan mereka banyak membuat topic pembicaraan dari seputar
sekolah mereka, kakak dari si susu sampai-sampai ejekan-ejekan yang ditujukan
untuk saya oleh mereka, namun tidak sedikit pun saya marah kepada mereka dan
saya malah senang karena bisa menghibur mereka.
Gambar
3 : saya bersama TK Madinnah
Gambar
4 : saya bersama Ibrahim salah satu murid TK. Madinnah
TK. Madinnah adalah TK.Swasta
yang ada di daerah Jakarta, Murid – murid dari TK itu sangat menggemaskan dari
yang laki-laki hingga yang perempuan selayaknya anak kecil murid-murid dari TK
itu sangat aktiv dari lari-larian kesana kesini hingga bertanya-tanya tentang
semua hal yang membingungkan bagi mereka walau awal-awal mereka seperti
malu-malu terhadap saya tapi setelah saya memperkenalkan diri dan ajak mereka
berfoto dan bercanda akhirnya mereka berani dan jadi sangat aktiv
bertanya-tanya. Gambar 3 adalah kebersamaan saya, murid TK Madinnah dan
guru-gurunya. yang unik dari murid-murid ini adalah saat saya ingin foto dengan
mereka dan mereka bukan say “cheese” tapi mereka mengatakan “Madinnahhhh”
dengan keras. Gambar 4 adalah kebersamaan saya dengan salah satu murid
TK.Madinnah bernama Ibrahim dia sangat lucu dan tampan namun pemalu oleh karena
itu biar menambah ke akraban saya dengan dia saya mengajak dia foto selfie
dengan dia.
Pengalaman lainnya adalah saat saya
memandu anak-anak SMP dari luar kota dengan jumlah yang sangat banyak sampai
membuat ruang pameran full dan saat saya menjelaskan tidak ada yang mau
mendengarkan dan juga saking banyak nya dan mereka dari luar kota aroma di
ruang pameran jadi tak sedap, panas dan juga mereka sangat sulit di beritahu
dan asik sendiri dengan berfoto-foto terkadang itulah yang membuat kesabaran
saya hilang dan karena saya emosi akhirnya saya keluar dari ruangan dan saat
keluar mungkin salah satu guru mengkritik kalau rombongan mereka tidak dipandu
dan akhirnya saya di panggil kembali dan hanya mengikuti mereka tanpa menjelaskan
apapun. Sebagai pemandu menerima pujian bahkan keritik adalah hal yang sangat
biasa. saya pernah di kritik oleh seorang ibu-ibu yang berkata Planetarium
sekarang tak menarik lagi seperti dulu dan saya hanya bisa tersenyum dan
berterima kasih atas keritikan nya. mungkin dari pihak saya pribadi saya
sedikit kurang suka dengan bahasa ibu tadi yang seolah-olah dia kecewa namun
perkataan nya memang benar dan tak ada yang bisa disalahkan atas semua ini
karena pengelola Planetarium pun sudah semaksimal mungkin memberikan yang
terbaik hanya saja kendala di dana yang tidak memungkinkan untuk memperbaikinya
menjadi sangat memuaskan dan kita sebagai pemandu tidak perlu menjelaskan itu
panjang lebar cukup mendengarkan,tersenyum dan mengusahakan dan merubah semua
itu menjadi lebih baik agar bisa memuaskan pengunjung.
Selain wisatawan domestik
Planetarium juga sering kedatangan wisatwan asing yang merupakan murid
pertukaran pelajar, tidak ada bedanya memandu mereka dengan memandu wisatawan
domestic yang membedakan hanya lah bahasa. Kebetulan bahasa Inggris saya yang
tidak terlalu fasih membuat saya tidak berani memandu mereka dan saya hanya
bisa membantu sedikit apa yang mereka butuhkan seperti bebrapa waktu lalu saat
saya masih PKL disana ada murid asing yang ingin ketoilet namun dia tidak bisa
menggunakan toilet jongkok dia ingin toilet duduk dan satu-satu nya toilet
duduk hanya ada di dalam kantor dan kantor hanya untuk pengelola bukan untuk
umum tak terkecuali siapa pun, dengan sangat berat hati saya harus bisa menjelaskan
itu semua kepada gurunya walau mungkin pihak mereka sedikit kecewa saya
mengerti namun kebijakan tetaplah kebijakan. Berbicara tentang kebijakan atau
peraturan banyak sekali pengunjung yang sulit untuk mematuhinya bahkan sudah
sampai di tegor mereka masih saja tak acuh seperti membawa makanan atau minuman
ke ruang pameran karena dapat mengotori ruang pameran belom lagi tangan-tangan
iseng yang membuang sampahnya disekitar pameran bahkan kedalam pameran itu
sendiri, sekali duakali saya akan mungkin saya akan berbicara baik-baik namun
bila masih tak di sengar saya biasanya akan menyuruh nya keluar dengan cara
halus dan pernah lagi saat pagi-pagi baru dateng sebelom pengunjung dateng saya
melihat sekantong plastic sampah serta lalapan yang bercececeran di dekat salah
satu pameran disitu saya sangan kesal bagaimana suatu fasilitas umum akan
terlihat baik bila dari pengunjung nya saja tidak ikut menjaganya dan bila
fasilitas umum terlihat buruk pengunjung lah yang mengkritiknya, terutama
pengunjung domestik yang seperti itu. Selain soal sampah dan makanan pengunjung
juga suka iseng mainkan replika yang membuat replika rusak “kalau saja setiap
pengunjung iseng seperti itu apakah tidak rusak semua pameran yang ada disana?”
pemandu dan pengelola kan hanya sedikit ayolah jadi pengunjung yang cerdas yang
mempelajari dan mengambil ilmu yang ada di objek wisata tanpa merusak.
Menjadi pemandu memang sangat sulit
tidak ada yang bilang mudah selain kalian harus sangat menguasai materi yang
akan kalian sampaikan kalian juga harus kreativ agar tidak membuat wisatawan
merasa bosan serta membantu pengelola untuk menjaga apa yang ada di objek
wisata tersebut. Tapi di balik kesulitan itu kalian akan tahu betapa gembira
nya ketika kalian memandu dan dengar banyak orang seakan-akan kamu lah yang
paling pintar di antara banyak orang disana belom lagi saat kalian bisa
menghibur anak dari wisatawan untuk betah di objek wisata saat wisatawan kita
sedang menikmati fasilitas yang ada di objek wisata tersebut lelah yang kalian
rasakan pasti kan hilang dan berubah jadi kegembiraan dan belom lagi bila
kalian mendapat pujian-pujian bukan dari wisatawan domestic saja bahakan dari
wisatawan asing, begitu banyak orang yang akan kalian temua bila menjadi
pemandu dengan berbagai suku, ras dan sifat yang berbeda-beda jadi usahakan lah
kita bisa mengerti mereka dan bisa mengendalikan emosi.
Sekian tentang Pengalaman saya menjadi pemandu, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf bila banyak yang kurang dan Terimakasih
superrr sekali shintia
ReplyDelete