Pengalaman Menyenangkan Menjadi
Pemandu Wisata
Jika Anda mendengar kata kunci: Pemandu Wisata, maka Anda akan mendapati
hal-hal seperti tanggung jawab, disiplin, ketepatan waktu, keramah-tamahan,
kesediaan melayani, kesungguhan, dan banyak hal lain yang tentu saja tentang
memandu dengan informasi yang benar dalam menjalaninya sebagai profesi. Lalu
bagaimana suka dan duka dalam profesi ini?
Nama saya Ribka Hotma Gabe (18),
mahasiswi semester 3 (tiga) angkatan 2014 Program Studi Usaha Jasa Pariwisata, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta (yang dulu disebut IKIP). Pengalaman
saya dalam hal pemanduan pertama kali dilakukan di Museum Konferensi
Asia-Afrika (KAA) Bandung dalam mata kuliah Pengantar Pemanduan. Sekilas saya
ingin menjelaskan Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung adalah salah satu
museum yang berada di kota Bandung, terletak di Jl.Asia Afrika No.65.
Museum ini merupakan memorabilia Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Museum ini memiliki hubungan
yang sangat erat dengan Gedung Merdeka. Dibangun oleh karena keinginan
dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya
tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung. Yaitu Konferensi
yang kemudian melahirkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman
bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan
yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian
dan kerja sama dunia.
(Gambar 1 Saat Berkumpul di Museum KAA) |
Lalu dalam mengguiding materi pemanduan saya dan
mahasiswa lainnya ditentukan, baik itu kami mahasiswa baru maupun senior. Mulai
dari perjalanan berangkat dari lokasi Kampus A UNJ di Rawamangun, sampai tiba
di destinasi tujuan kami Bandung. Rombongan dibagi menjadi dua grup karena
destinasi terakhir dibagi menjadi dua,
yaitu menuju Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan menuju Museum Geologi. Saya merupakan bagian dari rombongan menuju Museum
Konferensi Asia Afrika, dengan materi yang saya bawakan saat itu mengenai
“Urutan Perang Dingin”. Satu per satu anak yang mendapat bagian memandu di
destinasi mengambil peran memandu, bergilir berpindah menggelilingi museum
Konferensi Asia Afrika (KAA). Saya dan teman lainnya juga menyadari bahwa
selain kami terdapat pengunjung lain yang merupakan wisatawan asing. Museum KAA
juga memfasilitasi pemandu wisata untuk wisatawan dalam bahasa asing seperti
Inggris dan Perancis dengan melakukan reservasi terlebih dahulu. Museum KAA
memang tidak lepas dari sejarah bangsa Indonesia bersama dengan banyak negara-negara
lain selain negara-negara Asia dan Afrika, juga dilihat dari fungsinya Gedung
KAA juga memiliki kaitan dengan Eropa. Sehingga tidak heran, jika menemukan
wisatawan asing yang memiliki keingintahuan tentang gedung tersebut. Saya
menyadari, bahwa guna Pemandu sangat penting dalam hubungan pelayanan dalam hal
pariwisata dan sejarah ataupun budaya di
bidang penyampaian informasi.
Dalam giliran saya, tentu duka
pertama yang dirasakan saat itu adalah rasa gugup dan stress untuk bicara di
depan umum. Atau hal-hal tentang cara membangun suasana yang menyenangkan
sebagai bagian dari penyampaian informasi mengenai tempat yang sedang
dikunjungi. Walaupun begitu, pengalaman
pertama tersebut telah menjadi contoh dan bayangan mengenai hal-hal yang kurang
untuk menjadi seorang pemandu wisata yang benar. Dari hal itu saya menyadari bahwa selain
pendalaman materi mengenai informasi yang akan dibahas, rasa percaya diri juga merupakan
kata kunci untuk menjadi pemandu wisata. Dari rasa percaya diri itu, seorang
individu dapat berkembang seperti menemukan ide untuk menjadi pusat perhatian
wisatawan melalui games, tebak-tebakan,
sulap, atau sekedar obrolan ringan. Tak lepas dari itu, dalam mempunyai rasa
percaya diri juga dibangun dari penguasaan materi yang ingin disampaikan.
Selain memandu wisatawan ke destinasi wisata, anda juga harus dapat memahami
lebih dulu tempat yang akan dikunjungi. Karena itu, menjadi pemandu wisata juga
memiliki suka untuk seorang yang menyenangi pengetahuan yang luas. Dan tentu
saja Pemandu akan banyak melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jelas
menarik, yang oleh karena itu tempat tersebut
banyak dikunjungi. Maka dari itu pemandu wisata akan banyak pengalaman tentang
berpergian ke destinasi wisata, dan hal itu sangat cocok untuk orang yang
menyenangi kegiatan perjalanan.
Selain menyadari hal-hal
tersebut, saya juga mendapatkan pengalaman kedua dalam hal pemanduan. Bulan
April sampai dengan Mei kemarin saya dengan beberapa teman lainnya (Sheila N
Astari, Rieka Okti, Aulia Paramita, dan Gianni R Putri melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) adalah satu destinasi wisata di Indonesia.
Destinasi ini dibangun sebagai miniatur Indonesia dengan tujuan mengenalkan
kekayaan dan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Di dalamnya, wisatawan
dapat melihat langsung macam-macam Rumah Tradisional (Anjungan) tiap daerah
juga macam-macam museum, dan taman-taman baik flora maupun fauna khas
Indonesia. Tak lepas dari itu, sama seperti Destinasi Wisata atau Industri
Pariwisata lainnya, Taman Mini Indonesia (TMII) juga memiliki unit kerja dan
usaha yang ikut berperan aktif dalam menjalankan kegiatannya sebagai bagian
Pariwisata: Budaya dan Wisata.
Tepat setelah kami diterima untuk
berorientasi langsung dengan dunia kerja disana, Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) pada saat itu sedang dalam proses akhir dari persiapan HUT-nya yang akan
dilaksanakan selama beberapa hari (bulan April) dengan acara puncak di hari
terakhir acara. Saya dan teman lainnya (sesama mahasiswi program studi Usaha
Jasa Pariwisata UNJ) ditempatkan dan diminta untuk turut andil di divisi
Koordinasi Anjungan Daerah dan Museum (KADM). Dalam HUT TMII kemarin, divisi
KADM mengadakan sebuah Pameran dengan tema: Jelajah Budaya Maritim Indonesia yang bekerja
sama dengan Museum se-Indonesia. Dengan turut berpatisipasi juga dengan Pameran
Produk Unggulan dan Flora Fauna Indonesia.
Selain dibuka untuk untuk wisatawan umum, dalam acara dan pameran yang
diadakan oleh divisi KADM, belasan sekolah di sekitar Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) juga diundang khusus sebagai tamu.
Saya dan anak-anak PKL lain
diminta turut aktif dalam kesibukan tersebut mulai dari persiapan akhir sampai
pada acara hari-H. Seperti rapat (bersama pemimpin TMII, tiap kepala sekolah
dari sekolah yang diundang sebagai tamu, sampai bagian pintu gerbang masuk),
persiapan tempat dan pengisi pameran, distribusi konsumsi, dan menjadi pemandu
bagi rombongan tamu yang diundang.
Bagi saya terdapat kesan baru
saat pengalaman di acara HUT TMII tersebut, terutama pada bagian memandu
kegiatan rombongan murid yang diundang tersebut. Sekolah-sekolah yang
khusus diundang pada acara yang dibuat
divisi KADM tersebut adalah rentangan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran, hingga Sekolah Luar
Biasa (SLB). Sangat tidak mudah memandu tamu yang masih dalam latar belakang pelajar
(terutama sekolah dasar), tapi antusias dan rasa ingin tahu tersebut membentuk
saya sebagai Pemandu untuk berperan lebih aktif, lebih berempati, lebih ramah,
dan lebih tegas lagi (dalam cara dan aturan yang sopan) terutama saat rasa
ingin tahu mereka tersebut melupakan batas untuk tidak memegang langsung
benda-benda pameran. Pada waktu yang sama, bukan hanya melatih kedisiplinan
diri, saya juga bekerja ekstra untuk mendisiplinkan tamu (yang masih anak-anak)
tersebut.
Saya sebagai Pemandu menjadi
memiliki tambahan wawasan melalui peran menyampaikan dan penerimaan informasi
dari beragam-ragam museum se-Indonesia, taman flora-fauna, dan mengenai produk
unggulan tiap daerah di Indonesia, serta mengenai memandu dan membimbing
wisatawan/tamu, membantu melakukan persiapan dan koordinasi dengan pengisi
pameran maupun sesama divisi KADM juga tiap perwakilan tamu (sekolah yang
diundang) .
Dari hal-hal seperti itu, saya juga
menyadari bahwa sebagai Pemandu, cara mengahadapi tamu/ wisatawan tentu
berbeda-beda tergantung klasifikasi (usia, latar belakang seperti pendidikan,
maupun karakter) mana yang kita temui. Dan kesamaan dari semuanya tentu berada
pada point dilayanani, diperhatikan,
dan dihargai. Karena itu, bukan hanya dalam penyampaian informasi dan membimbing,
tetapi kesungguhan, sikap ramah, dan empati juga diperlukan.
Seusai dari acara-acara yang
dibuat oleh masing-masing divisi pada HUT Taman Mini Indonesia Indah (TMII),
saya dan teman lainnya dipindah tugaskan untuk melakukan obsevasi di semua Anjungan
Rumah Adat yang dimiliki TMII, mulai dari Provinsi Sumatera hingga Papua.
Selesai dari observasipun kami ditempatkan di BC (business center) atau pusat informasi. Kantor ini (information center) berperan sebagai
tempat dimana wisatawan (baik asing maupun domestik) membutuhkan informasi
mengenai Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kebutuhan brosur, sampai pada
masalah seperti kelihangan benda/ barang pribadi (dompet, kunci kendaraan,
ponsel, tas) atau kebutuhan layanan komunikasi seperti jika terpencar dari anggota keluarga/ rombongan tour, juga sarana untuk mengumpulkan
peserta tour yang berpencar di
seluruh destinasi TMII. Kantor tersebut juga dapat berperan sebagai Bussiness Center (BC) yaitu media antara
tamu atau pihak yang ingin melakukan reservasi kegiatan/acara di TMII dengan
pihak Pengelola, baik melalui layanan media telepon maupun langsung. Di kantor
ini, saya dan teman lainnya menjalani masa habis berlaku menjalani Praktek
Kerja Lapangan (PKL) (April sampai dengan Mei 2015).
Saya belajar lagi menjadi pemandu
di pengalaman kedua saya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), selain itu ikut
belajar berkoordinasi dengan karyawan divisi disana, seperti ; Koordinasi
Anjungan Daerah dan Museum (KADM), Bussiness
Center (BC)/Information Center,
Anjungan Daerah di TMII, dan Kantor Pengelola TMII, juga dengan teman-teman
lainnya (baik mahasiswi program studi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri
Jakarta, maupun mahasiswa/i universitas
lain). Terlepas dari itu semua, melalui kelebihan dan kekurangan pengalaman
diri, destinasi, maupun pihak lain yang
saya temui, saya jadi terbangun untuk memiliki tujuan jangka panjang mengenai
perbaikan dan memajukan kegiatan Pariwisata Indonesia, bersamaan dengan
pelestarian budaya dan pendidikan yang ada di dalam bangsa kita. Bukan hanya tentang menjadi Pemandu, tetapi
tahap per tahap melalui pendidikan program studi Usaha Jasa Pariwisata yang
sedang saya tempuh saat ini.
Ribka Hotma Gabe
4423143932
4423143932
Program Studi Usaha Jasa
Pariwisata – Angkatan 2014
Universitas Negeri Jakarta
ribkagabe@rocketmail.com
No comments:
Post a Comment