Menjadi Bagian Dari Pemandu di
Anjungan DKI Jakarta
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Tak kenal maka tak sayang maka izinkanlah saya
memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Rismawati Aisyah, saya berumur
19 tahun. Saat ini saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu
Sosial, Program Studi Usaha Jasa Pariwisata angkatan 2014 semester 3.
Sebelum saya menceritakan pengalaman saya sebagai
pemandu wisata di Anjungan DKI Jakarta, saya akan menceritakan proses saya
masuk ke jurusan Pariwisata ini. Awalnya saya adalah lulusan SMAN 4 Depok
jurusan IPS. Saat mulai tes masuk perguruan tinggi saya ikut jalur PMDK
(mendaftar ke perguruan tinggi menggunakan nilai rapot) dan saya mendaftar ke
APP (Akademik Pimpinan Perusahaan) jurusan Manajemen, namun saya tidak lolos.
Kemudian saya mengikuti jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri) jurusan Pendidikan Tata Boga UNJ, namun tidak lolos lagi. Dan setelah
itu saya ikut kembali jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri) dengan jurusan Pendidikan Tata Boga UNJ, Pendidikan Tata Boga UPI
Bandung, dan Ekonomi Pembangunan UNPAD. Namun semuanya tidak lolos. Saya merasa
sangat sedih dan putus asa. Tetapi saya mencoba untuk tetap berusaha dan
mendaftar ke perguruan tinggi lainnya.
Kemudian saya mencoba mendaftar di UPN Veteran Jakarta
(Universitas Pembangunan Nasional) di jurusan Manajemen dan Komunikasi, dan
saya lolos di jurusan Manajemen. Tapi saya mencoba lagi mendaftar di PTN yaitu
jalur Ujian Mandirinya UNJ jurusan Pendidikan Tata Boga dan Pariwisata.
Ternyata saya lolos di jurusan Pariwisata. Dan karena keluarga saya lebih
mengarahkan saya untuk mengambil UNJ saja maka saya mengambil jurusan
Pariwisata UNJ ini. Saat awal mungkin pandangan saya masih belum mengerti akan
dunia Pariwisata dan merasa ‘kecemplung’ tapi lama-kelamaan saat saya jalani
saya menjadi lebih mengerti.
Pengalaman pertama saya memandu saat kegiatan kampus ke
Museum Geologi dan Museum KAA Bandung. Pada tanggal 11 November 2014 dalam
rangka melaksanakan Ujian Tengah semester untuk memandu. Awalnya kami menaiki
bus yang dimana isinya dicampur ditambah dosen yang juga menilai. Pertama yang
maju untuk memandu di dalam bus yaitu angkatan 2013, kemudian setelah sampai di
Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) kami angkatan 2014 bergantian untuk
memandu. Lokasi dari Museum Konferensi Asia Afrika ini berada di Jalan
Asia-Afrika No.65, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Museum Konferensi Asia
Afrika merupakan salah satu museum yang berada di kota Bandung yang didirikan
pada tanggal 24 April 1980. Museum ini memiliki hubungan yang erat dengan
Gedung Merdeka. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki 2 bangunan utama,
yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang
berada disamping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai
tempat peristiwa yang patut dikenang dari Konferensi Asia Afrika. Saya kebagian
untuk memandu di Ruang Audio Visual dari Museum KAA. Dimana Ruang Audio Visual
ini dibuat pada tahun 1985. Keberadaan ruangan ini juga diprakarsai oleh
Abdullah Kamil. Di Ruang Audio Visual ini menayangkan film-film dokumenter
mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an. Konferensi Asia-Afrika,
konferensi-konferensi pendahulu, konferensi selanjutnya, dan KTT Asia-Afrika
tahun 2005. Selain itu ditayangkan pula pemutaran dan diskusi film tematik
secara berkala mengenai kehidupan sosial, politik dan budaya dari bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Pada saat memandu ini perasaan saya ssangat gugup dan
takut karena banyak yang memperhatikan
saya. Selain teman-teman saya ada pula kaka-kaka senior angkatan 2013 dan juga
dosen-dosen yang menilai saya seperti Pak Zainal dan Pak Dede. Namun setelah
itu perasaan saya menjadi lebih lega kerena telah memandu.
Pengalaman menjadi pemandu wisata saya berikutnya
adalah saat saya PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Anjungan DKI Jakarta, Taman
Mini Indonesia Indah (TMII). PKL ini saya lakukan mulai dari tanggal 1 Juni
2015 – 10 Juli 2015. Yang dimana PKL ini merupakan kegiatan rutin yang telah
dilakukan di prodi Pariwisata UNJ. Di Anjungan DKI saya ditempatkan di posisi
yang fleksibel sebenarnya. Jadi saya bisa di Ruang Kantor, Ruang Perpustakaan,
atau Ruang Pameran secara bergantian.
Lokasi dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sendiri
berada di Jalan Raya Taman Mini, Jakarta Timur, Indonesia dan lokasi Anjungan
DKI Jakarta berada di dalam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tepatnya didekat
dengan Gedung Pusat Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah. Memiliki luas 6.800
meter persegi dan di resmikan oleh Bapak A.N Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada
tanggal 21 Agustus 1974.
Akses menuju Taman Mini Indonesia Indah jika ditempuh
dengan jalur udara bisa dari bandar udara Soekarno Hatta lalu dilanjutkan
menggunakan damri jurusan kampung rambutan turun diperempatan Garuda Taman Mini
setelah itu naik KWK T15A TMII-Arundina turun di Taman Mini Indonesia Indah
(TMII). Sedangkan jika dari Bandar Udara Halim naik angkot biru muda trans
halim ke perempatan cawang UKI terus dilanjutkan menaiki KWK T15A TMII-Arundina
turun di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Jika ditempuh dengan jalur darat
dari stasiun Jatinegara naik mikrolet 06A lalu mibta turun di pertigaan hek (pertigaan
jalan raya bogor/pondok gede) lalu setelah itu naik KWK T02 turun di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), jika dari terminal kampung rambutan naik koasi K40
turun di Taman Mini pintu 3 dan 1. Harga
tiket masuk Taman Mini Indonesia Indah (TMII) perorang normal (3thn keatas) Rp
10.000 , kendaraan mobil Rp 10.000, kendaraan bus/truk Rp 30.000, kendaraan
motor Rp 6.000, sepeda Rp 1.000 dan untuk memasukan Anjungan DKI Jakarta tidak
dipungut biaya apapun (gratis).
Sesuai dengan visi dan misinya Anjungan DKI Jakarta ini
merupakan sarana informasi perkembangan seni dan budaya Betawi, bentuk
pemerintahan dalam tahapan pembangunan kota Jakarta yang dinilai sejak zaman
Kerajaan Pajajaran hingga akhir abad 20. Anjungan DKI Jakarta memiliki beberapa
bagian bangunan yang memiliki penataan lingkungan (Spaced Allotments) baik
bangunan utama maupun bangunan pendukung lainnya dilengkapi dengan ornamen yang
bernuansa budaya Betawi serta dipadukan dengan gaya arsitektur modern.
Blandongan merupakan bangunan pagelaran tempat
diselenggarakannya kegiatan seni dan budaya tradisional khusus Betawi namun
dapat juga digunakan sebagai sarana kegiatan bagi acara-acara formal dan
kontemporer. Blandongan ini meiliki halaman yang luas dan di setiap weekend dan
hari libur nasional pengunjung akan dihibur dengan aneka hiburan baik yang
tradisional maupun kontemporer. Anuungan DKI Jakarta juga memiliki ruangan
Perpustakaan dengan koleksi sekitar 560 judul buku yang dimana buku-buku ini
dapat dibaca dan dipinjam oleh para pengunjung dengan ketentuan yang ada.
Rumah adat Betawi terdiri dari beberapa tipe
diantaranya : tipe Kebaya dan Joglo. Sesuai dengan fungsinya Rumah Adat Betawi
memiliki beberapa ruangan antara lain : Paseban, Ruang Tamu, Pangkeng, Ruang
Rias, Ta’pang, dan lain-lainnya. Rumah adat masyarakat Betawi tipe Joglo
memiliki bagian depan yang dilengkapi dengan ruang terbuka disebut Paseban. Dan
mempunya peralatan yaitu seperangkat kursi yang sandarannya berbentuk separuh
lingkaran lalu ada juga yang berbentuk segi emapat lengkap dengan meja marmer
yang berbentuk segi enam, selain itu ada juga kursi goyang dan lampu gantung
serta hiasan dinding kepala Kijang.
Anjungan DKI Jakarta memiliki Gedung Informasi dan
Pameran yang terdiri dari 2 lantai ini diwujudkan dalam bentuk bangunan unik
dengan mengangkat bentuk bagian dasar Tugu Monumen Nasional sebagai bangunan
utamanya dan dilengkapi sepasang Ondel-Ondel berukuran 4 meter yang berada di
Pintu Utama gedung ini. Di dalam gedung informasi dan pameran ini terdapat
gambaran perkembangan seni, budaya, pemerintahan, dan pembangunan kota Jakarta
dari masa kemasa melalui berbagai bentuk tampilan diorama.
Diorama ini sendiri berada pada dua lantai, yang
dilantai dasar antara lain menampilkan foto para tokoh yang merupakan bagian
dari sejarah kota Jakarta, bentuk interior Rumah Tradisional Betawi yang unik
karena pengaruh budaya luar seperti gaya arsitektur Sunda, Jawa, Belanda, dan
Cina bahkan pada bagian tertentu, detail ragam hias dari rumah tersebut
bernuansa arsitektur/ budaya Timur Tengah/Arab. Selanjutnya Diorama Miniatur
kapal-kapal yang pernah singgah di Sunda Kelapa, menggambarkan Jakarta bermula
dari sebuah bandar kecil di sungai Ciliwung sekitar 5 abad silam. Busana encim
yang merupakan hasil akulturasi kebudayaan China pada abad 16 seringkali
digunakan oleh wanita-wanita China, dalam diorama yang ada di Anjungan DKI
Jakarta ditampilkan bentuk yang lebih modis. Boneka unak bertema “Arak-Arakan
Penganten Sunat” yang merupakan salah satu tradisi Betawi yang masih dilakukan
sampai saat ini.
Lantai dua pada gedung informasi ini secara umum
menampilkan diorama tentang perjalanan
sejarah dan perkembangan kota Jakarta, diantaranya diorama masa Pra sejarah.
Jakarta berawal dari sebuah Kota pelabuhan atau Bandar Kecil di muara Sungai
Ciliwung sekitar 500 tahun silam dan informasi ini diketahui melalui penelitian
dari berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan Bandar tersebut. Selama ber
abad-abad kota Bandar ini berkembang menjadi Pusat Perdagangan
Internasional.Namun,penjelasan tentang kota Jakrta sampai dengan awal
kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat terbatas. Para penulis
Eropa menyebutkan bahwa sebuah kota bernama Sunda Kelapa merupakan Bandar Utama
dari sebuah kerajaan Sunda dengan ibu kota Padjajaran yang letaknya di
perkirakan skitar 40 km ke arah Selatan teluk Jakarta atau Sekarang di
Kabupaten Bogor. Pada saat kedatangan bangsa portugis di sunda kelapa yang
menggambarkan proses perjanjian dengan kerajaan pajajaran bahwa portugis
diperbolehkan mendirikan benteng di sunda kelapa dan sebagai tanda kesepakatan
didirikan sebuah tugu yang pada akhirnya merupakan awal dari adanya “Kampung
Tugu” di Jakarta Utara. Kemudian ada diorama Fatahillah yang menggambarkan
Jayakarta dan diorama perjalanan sejarah kota jakarta di masa pendudukan
Belanda, masa pendudukan Jepang sampai masa kemerdekaan 17 agustus 1945. Berbagai
diorama lainnya tentang keberadaan museum di Jakarta ditampilkan secara unik
dan menarik, diantara nya Museum Kebangkitan Nasional, Museum Keramik, Museum Tekstil,
Museum Bahari, Museum Sejarah dan diakhiri dengan diaroma Jakarta milik semua. Ada
juga miniatur transportasi Batavia di tahun 1930an, miniatur, penari topeng
dalam bentuk seni keramik, dan juga boneka kecil berpakaian tradisional Betawi
seperti Busana Pengatin, Busana Sadariah, Busana Abang dan None, Busana Encim, Busana
Demang, serta Busana Haji.
(Gambar 1 : Foto bersama saat mahasiswa Pariwisata UNJ lainnya mengunjungi Anjungan DKI Jakarta) |
Saat sedang berada di Ruang Kantor saya biasanya
membantu pegawai kantor dari Anjungan Dki Jakarta untuk mendata peserta tari
yang ikut acara di Anjungan DKI yang diadakan setiap weekend (akhir pekan) dan ketika
berada di Kantor saya membantu untuk mengerjakan beberapa tugas untuk membuat surat yang diperlukan.
Bila di Ruang Perpustakaan biasanya saya melayani ketika ada tamu yang datang
dan bila butuh informasi yang diperlukan. Dan juga membaca buku-buku yang
terdapat di perpustakaan ini sebagai tambahan ilmu yang saya miliki seputar
kebudayaan terutama kebudayaan Dki Jakarta. Di ruang pameran saya menjadi
Receptionist, dimana bila ada pengujung yang datang dan sudah puas berkeliling,maka
saya akan menginformasi kan kepada mereka untuk segera mengisi buku tamu dan
memberikan mereka buah tangan (souvenir) serta mempersilahkan mereka untuk
menggunakan fasilitas photobooth.
Pengalaman pertama saya ketika menjadi seorang pemandu
di Anjungan DKI Jakarta yaitu di mulai dengan datang nya pengunjung yang
ternyata seorang siswa dan siswi sekolah dasar. Ketika mulai memandu mereka nampak antusias dan bersemangat akan
informasi yang saya berikan. Bahkan, mereka mulai mencatat informasi yang saya
berikan dan beberapa di antara nya ada yang memberani kan diri untuk bertanya. Ketika
selesai memberikan Informasi mereka saya persilahkan untuk menerima souvenir
yang di sediakan oleh Anjungan DKI Jakarta dan mereka bersorak gembira. Pengunjung
berikutnya yaitu datang dari kalangan orang tua, kali ini saya tidak terlalu
merasa repot untuk memandu mereka karena suasana yang tenang dari mereka saat
mendengarkan saya dalam menyampaikan informasi, lalu mereka juga dapat dengan
sendiri nya melihat lihat berbagai ke unik kan yang dimiliki Anjungan DKI
Jakarta. Mereka hanya ingin untuk melakukan beberapa sesi foto bersama sebagai
kenang-kenangan pernah berkunjung ke Anjungan DKI Jakarta. Pengunjung ketiga
datang dari kalangan turis mancanegara, kali ini saya merasa lebih memiliki
tantangan tersendiri karena saya harus dapat memberikan kesan yang baik
mengenai back ground bangsa Indonesia terutama Anjungan DKI jakarta yang mereka
datangi. Memang perlu extra kesabarangan dalam menjawab berbagai pertanyaan
yang mereka lontarkan. Namun, itu menjadi semangat tersendiri bagi saya untuk
lebih memajukan nama bangsa di mata turis mancanegara dan saat itu ada
kejadiaan yang tidak biasa yaitu ketika mereka sudah selesai mengitari Anjungan
DKI Jakarta dan puas berkeliling, mereka mencoba untuk menutup pintu Gedung
Informasi yang mereka masuki padahal pintu itu memang sengaja selalu di buka
untuk para pengunjung dan kami mencoba memberikan mereka pemahaman tentang hal
tersebut,dan akhirnya wajah mereka nampak merah merona karna malu. Itulah
berbagai macam pengalaman saya. Saya memiliki rasa kebanggan tersendiri telah
menjadi bagian dari Anjungan DKI Jakarta yang merupakan pengalaman menarik yang
sulit saya lupakan.
Sumber :
- www.museumindonesia.com
- Buku Anjungan DKI Jakarta
Rismawati Aisyah
4423143935
rismaaisyah11@gmail.com
No comments:
Post a Comment