Thursday, October 8, 2015

Tugas-1 Suka Duka Menjadi Pemandu Wisata



Menjadi Bagian Dari Pemandu di Anjungan DKI Jakarta
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Tak kenal maka tak sayang maka izinkanlah saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Rismawati Aisyah, saya berumur 19 tahun. Saat ini saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Usaha Jasa Pariwisata angkatan 2014 semester 3.
Sebelum saya menceritakan pengalaman saya sebagai pemandu wisata di Anjungan DKI Jakarta, saya akan menceritakan proses saya masuk ke jurusan Pariwisata ini. Awalnya saya adalah lulusan SMAN 4 Depok jurusan IPS. Saat mulai tes masuk perguruan tinggi saya ikut jalur PMDK (mendaftar ke perguruan tinggi menggunakan nilai rapot) dan saya mendaftar ke APP (Akademik Pimpinan Perusahaan) jurusan Manajemen, namun saya tidak lolos. Kemudian saya mengikuti jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) jurusan Pendidikan Tata Boga UNJ, namun tidak lolos lagi. Dan setelah itu saya ikut kembali jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dengan jurusan Pendidikan Tata Boga UNJ, Pendidikan Tata Boga UPI Bandung, dan Ekonomi Pembangunan UNPAD. Namun semuanya tidak lolos. Saya merasa sangat sedih dan putus asa. Tetapi saya mencoba untuk tetap berusaha dan mendaftar ke perguruan tinggi lainnya.
Kemudian saya mencoba mendaftar di UPN Veteran Jakarta (Universitas Pembangunan Nasional) di jurusan Manajemen dan Komunikasi, dan saya lolos di jurusan Manajemen. Tapi saya mencoba lagi mendaftar di PTN yaitu jalur Ujian Mandirinya UNJ jurusan Pendidikan Tata Boga dan Pariwisata. Ternyata saya lolos di jurusan Pariwisata. Dan karena keluarga saya lebih mengarahkan saya untuk mengambil UNJ saja maka saya mengambil jurusan Pariwisata UNJ ini. Saat awal mungkin pandangan saya masih belum mengerti akan dunia Pariwisata dan merasa ‘kecemplung’ tapi lama-kelamaan saat saya jalani saya menjadi lebih mengerti.
Pengalaman pertama saya memandu saat kegiatan kampus ke Museum Geologi dan Museum KAA Bandung. Pada tanggal 11 November 2014 dalam rangka melaksanakan Ujian Tengah semester untuk memandu. Awalnya kami menaiki bus yang dimana isinya dicampur ditambah dosen yang juga menilai. Pertama yang maju untuk memandu di dalam bus yaitu angkatan 2013, kemudian setelah sampai di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA) kami angkatan 2014 bergantian untuk memandu. Lokasi dari Museum Konferensi Asia Afrika ini berada di Jalan Asia-Afrika No.65, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Museum Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum yang berada di kota Bandung yang didirikan pada tanggal 24 April 1980. Museum ini memiliki hubungan yang erat dengan Gedung Merdeka. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki 2 bangunan utama, yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang berada disamping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai tempat peristiwa yang patut dikenang dari Konferensi Asia Afrika. Saya kebagian untuk memandu di Ruang Audio Visual dari Museum KAA. Dimana Ruang Audio Visual ini dibuat pada tahun 1985. Keberadaan ruangan ini juga diprakarsai oleh Abdullah Kamil. Di Ruang Audio Visual ini menayangkan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an. Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi pendahulu, konferensi selanjutnya, dan KTT Asia-Afrika tahun 2005. Selain itu ditayangkan pula pemutaran dan diskusi film tematik secara berkala mengenai kehidupan sosial, politik dan budaya  dari bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Pada saat memandu ini perasaan saya ssangat gugup dan takut karena banyak yang  memperhatikan saya. Selain teman-teman saya ada pula kaka-kaka senior angkatan 2013 dan juga dosen-dosen yang menilai saya seperti Pak Zainal dan Pak Dede. Namun setelah itu perasaan saya menjadi lebih lega kerena telah memandu.
Pengalaman menjadi pemandu wisata saya berikutnya adalah saat saya PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Anjungan DKI Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). PKL ini saya lakukan mulai dari tanggal 1 Juni 2015 – 10 Juli 2015. Yang dimana PKL ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilakukan di prodi Pariwisata UNJ. Di Anjungan DKI saya ditempatkan di posisi yang fleksibel sebenarnya. Jadi saya bisa di Ruang Kantor, Ruang Perpustakaan, atau Ruang Pameran secara bergantian.
Lokasi dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sendiri berada di Jalan Raya Taman Mini, Jakarta Timur, Indonesia dan lokasi Anjungan DKI Jakarta berada di dalam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tepatnya didekat dengan Gedung Pusat Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah. Memiliki luas 6.800 meter persegi dan di resmikan oleh Bapak A.N Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 21 Agustus 1974.
Akses menuju Taman Mini Indonesia Indah jika ditempuh dengan jalur udara bisa dari bandar udara Soekarno Hatta lalu dilanjutkan menggunakan damri jurusan kampung rambutan turun diperempatan Garuda Taman Mini setelah itu naik KWK T15A TMII-Arundina turun di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sedangkan jika dari Bandar Udara Halim naik angkot biru muda trans halim ke perempatan cawang UKI terus dilanjutkan menaiki KWK T15A TMII-Arundina turun di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Jika ditempuh dengan jalur darat dari stasiun Jatinegara naik mikrolet 06A lalu mibta turun di pertigaan hek (pertigaan jalan raya bogor/pondok gede) lalu setelah itu naik KWK T02 turun di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), jika dari terminal kampung rambutan naik koasi K40 turun di Taman  Mini pintu 3 dan 1. Harga tiket masuk Taman Mini Indonesia Indah (TMII) perorang normal (3thn keatas) Rp 10.000 , kendaraan mobil Rp 10.000, kendaraan bus/truk Rp 30.000, kendaraan motor Rp 6.000, sepeda Rp 1.000 dan untuk memasukan Anjungan DKI Jakarta tidak dipungut biaya apapun (gratis).
Sesuai dengan visi dan misinya Anjungan DKI Jakarta ini merupakan sarana informasi perkembangan seni dan budaya Betawi, bentuk pemerintahan dalam tahapan pembangunan kota Jakarta yang dinilai sejak zaman Kerajaan Pajajaran hingga akhir abad 20. Anjungan DKI Jakarta memiliki beberapa bagian bangunan yang memiliki penataan lingkungan (Spaced Allotments) baik bangunan utama maupun bangunan pendukung lainnya dilengkapi dengan ornamen yang bernuansa budaya Betawi serta dipadukan dengan gaya arsitektur modern.
Blandongan merupakan bangunan pagelaran tempat diselenggarakannya kegiatan seni dan budaya tradisional khusus Betawi namun dapat juga digunakan sebagai sarana kegiatan bagi acara-acara formal dan kontemporer. Blandongan ini meiliki halaman yang luas dan di setiap weekend dan hari libur nasional pengunjung akan dihibur dengan aneka hiburan baik yang tradisional maupun kontemporer. Anuungan DKI Jakarta juga memiliki ruangan Perpustakaan dengan koleksi sekitar 560 judul buku yang dimana buku-buku ini dapat dibaca dan dipinjam oleh para pengunjung dengan ketentuan yang ada.
Rumah adat Betawi terdiri dari beberapa tipe diantaranya : tipe Kebaya dan Joglo. Sesuai dengan fungsinya Rumah Adat Betawi memiliki beberapa ruangan antara lain : Paseban, Ruang Tamu, Pangkeng, Ruang Rias, Ta’pang, dan lain-lainnya. Rumah adat masyarakat Betawi tipe Joglo memiliki bagian depan yang dilengkapi dengan ruang terbuka disebut Paseban. Dan mempunya peralatan yaitu seperangkat kursi yang sandarannya berbentuk separuh lingkaran lalu ada juga yang berbentuk segi emapat lengkap dengan meja marmer yang berbentuk segi enam, selain itu ada juga kursi goyang dan lampu gantung serta hiasan dinding kepala Kijang.
Anjungan DKI Jakarta memiliki Gedung Informasi dan Pameran yang terdiri dari 2 lantai ini diwujudkan dalam bentuk bangunan unik dengan mengangkat bentuk bagian dasar Tugu Monumen Nasional sebagai bangunan utamanya dan dilengkapi sepasang Ondel-Ondel berukuran 4 meter yang berada di Pintu Utama gedung ini. Di dalam gedung informasi dan pameran ini terdapat gambaran perkembangan seni, budaya, pemerintahan, dan pembangunan kota Jakarta dari masa kemasa melalui berbagai bentuk tampilan diorama.
Diorama ini sendiri berada pada dua lantai, yang dilantai dasar antara lain menampilkan foto para tokoh yang merupakan bagian dari sejarah kota Jakarta, bentuk interior Rumah Tradisional Betawi yang unik karena pengaruh budaya luar seperti gaya arsitektur Sunda, Jawa, Belanda, dan Cina bahkan pada bagian tertentu, detail ragam hias dari rumah tersebut bernuansa arsitektur/ budaya Timur Tengah/Arab. Selanjutnya Diorama Miniatur kapal-kapal yang pernah singgah di Sunda Kelapa, menggambarkan Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di sungai Ciliwung sekitar 5 abad silam. Busana encim yang merupakan hasil akulturasi kebudayaan China pada abad 16 seringkali digunakan oleh wanita-wanita China, dalam diorama yang ada di Anjungan DKI Jakarta ditampilkan bentuk yang lebih modis. Boneka unak bertema “Arak-Arakan Penganten Sunat” yang merupakan salah satu tradisi Betawi yang masih dilakukan sampai saat ini.
Lantai dua pada gedung informasi ini secara umum menampilkan  diorama tentang perjalanan sejarah dan perkembangan kota Jakarta, diantaranya diorama masa Pra sejarah. Jakarta berawal dari sebuah Kota pelabuhan atau Bandar Kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam dan informasi ini diketahui melalui penelitian dari berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan Bandar tersebut. Selama ber abad-abad kota Bandar ini berkembang menjadi Pusat Perdagangan Internasional.Namun,penjelasan tentang kota Jakrta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat terbatas. Para penulis Eropa menyebutkan bahwa sebuah kota bernama Sunda Kelapa merupakan Bandar Utama dari sebuah kerajaan Sunda dengan ibu kota Padjajaran yang letaknya di perkirakan skitar 40 km ke arah Selatan teluk Jakarta atau Sekarang di Kabupaten Bogor. Pada saat kedatangan bangsa portugis di sunda kelapa yang menggambarkan proses perjanjian dengan kerajaan pajajaran bahwa portugis diperbolehkan mendirikan benteng di sunda kelapa dan sebagai tanda kesepakatan didirikan sebuah tugu yang pada akhirnya merupakan awal dari adanya “Kampung Tugu” di Jakarta Utara. Kemudian ada diorama Fatahillah yang menggambarkan Jayakarta dan diorama perjalanan sejarah kota jakarta di masa pendudukan Belanda, masa pendudukan Jepang sampai masa kemerdekaan 17 agustus 1945. Berbagai diorama lainnya tentang keberadaan museum di Jakarta ditampilkan secara unik dan menarik, diantara nya Museum Kebangkitan Nasional, Museum Keramik, Museum Tekstil, Museum Bahari, Museum Sejarah dan diakhiri dengan diaroma Jakarta milik semua. Ada juga miniatur transportasi Batavia di tahun 1930an, miniatur, penari topeng dalam bentuk seni keramik, dan juga boneka kecil berpakaian tradisional Betawi seperti Busana Pengatin, Busana Sadariah, Busana Abang dan None, Busana Encim, Busana Demang, serta Busana Haji.
(Gambar 1 : Foto bersama saat mahasiswa Pariwisata UNJ lainnya mengunjungi Anjungan DKI Jakarta)   

Saat sedang berada di Ruang Kantor saya biasanya membantu pegawai kantor dari Anjungan Dki Jakarta untuk mendata peserta tari yang ikut acara di Anjungan DKI yang diadakan setiap weekend (akhir pekan) dan ketika berada di Kantor saya membantu untuk mengerjakan beberapa  tugas untuk membuat surat yang diperlukan. Bila di Ruang Perpustakaan biasanya saya melayani ketika ada tamu yang datang dan bila butuh informasi yang diperlukan. Dan juga membaca buku-buku yang terdapat di perpustakaan ini sebagai tambahan ilmu yang saya miliki seputar kebudayaan terutama kebudayaan Dki Jakarta. Di ruang pameran saya menjadi Receptionist, dimana bila ada pengujung yang datang dan sudah puas berkeliling,maka saya akan menginformasi kan kepada mereka untuk segera mengisi buku tamu dan memberikan mereka buah tangan (souvenir) serta mempersilahkan mereka untuk menggunakan fasilitas photobooth.

Pengalaman pertama saya ketika menjadi seorang pemandu di Anjungan DKI Jakarta yaitu di mulai dengan datang nya pengunjung yang ternyata seorang siswa dan siswi sekolah dasar. Ketika  mulai memandu mereka  nampak antusias dan bersemangat akan informasi yang saya berikan. Bahkan, mereka mulai mencatat informasi yang saya berikan dan beberapa di antara nya ada yang memberani kan diri untuk bertanya. Ketika selesai memberikan Informasi mereka saya persilahkan untuk menerima souvenir yang di sediakan oleh Anjungan DKI Jakarta dan mereka bersorak gembira. Pengunjung berikutnya yaitu datang dari kalangan orang tua, kali ini saya tidak terlalu merasa repot untuk memandu mereka karena suasana yang tenang dari mereka saat mendengarkan saya dalam menyampaikan informasi, lalu mereka juga dapat dengan sendiri nya melihat lihat berbagai ke unik kan yang dimiliki Anjungan DKI Jakarta. Mereka hanya ingin untuk melakukan beberapa sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan pernah berkunjung ke Anjungan DKI Jakarta. Pengunjung ketiga datang dari kalangan turis mancanegara, kali ini saya merasa lebih memiliki tantangan tersendiri karena saya harus dapat memberikan kesan yang baik mengenai back ground bangsa Indonesia terutama Anjungan DKI jakarta yang mereka datangi. Memang perlu extra kesabarangan dalam menjawab berbagai pertanyaan yang mereka lontarkan. Namun, itu menjadi semangat tersendiri bagi saya untuk lebih memajukan nama bangsa di mata turis mancanegara dan saat itu ada kejadiaan yang tidak biasa yaitu ketika mereka sudah selesai mengitari Anjungan DKI Jakarta dan puas berkeliling, mereka mencoba untuk menutup pintu Gedung Informasi yang mereka masuki padahal pintu itu memang sengaja selalu di buka untuk para pengunjung dan kami mencoba memberikan mereka pemahaman tentang hal tersebut,dan akhirnya wajah mereka nampak merah merona karna malu. Itulah berbagai macam pengalaman saya. Saya memiliki rasa kebanggan tersendiri telah menjadi bagian dari Anjungan DKI Jakarta yang merupakan pengalaman menarik yang sulit saya lupakan.

Sumber :
  • www.museumindonesia.com
  • Buku Anjungan DKI Jakarta
Rismawati Aisyah
4423143935
rismaaisyah11@gmail.com

No comments:

Post a Comment