Pahit Manis Pengalamanku saat Menjadi Pemandu
Nama saya Sheila Nurul Astari. Biasa dipanggil Sheila. Usia 18 tahun. Saat ini saya sedang mengenyam studi di Universitas Negeri Jakarta pada program studi Usaha Jasa Pariwisata.
Selalu ada yang pertama dalam semua hal, termasuk memandu. Jujur, minim
pengalaman saya untuk tampil di depan umum terlebih untuk memandu wisatawan.
Selain itu, saya baru mempelajari bidang studi ini di bangku kuliah. Maka,
gambaran awal mengenai seorang pemandu tentu banyak diselimuti oleh ketakutan.
Di bayangan saya, seorang pemandu dituntut untuk perfect dalam
segala hal, mulai dari penampilan, setting-an mimik wajah,
penguasaan informasi, tutur kata, pemberian pelayanan, hingga kemampuan kita
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘iseng’ wisatawan. Karena jika terdapat
sedikit saja ada kecacatan, nama baik perusahaanlah yang dipertaruhkan.
Sehingga bagi saya, memandu adalah sesuatu yang menyeramkan dan sulit untuk
dilakukan. Namun, karena tuntuan akademik, mau tak mau saya harus melakukannya.
Dan memang, pada saat eksekusinya tidaklah mudah, tapi ternyata banyak pula hal
bermanfaat yang saya dapatkan. Oleh karena itu, saya tergelitik untuk
menceritakan beberapa penggal kisah pahit manis saya saat harus terjun langsung
ke lapangan untuk menjadi pemandu wisata.
Pengalaman pertama berawal saat semester satu lalu. Saat itu kami semua
diwajibkan untuk mempraktikan hasil belajar pemanduan kami selama satu
semester. Praktik ini sekaligus untuk memenuhi penilaian mata kuliah komunikasi
publik dan juga Tour Guide. Kami dibagi menjadi dua kelompok,
meng-guide di bus atau di destinasi wisata. Kebetulan saya adalah salah
satu yang kurang beruntung karena kedapatan untuk meng-guide di
bus, yang bagi saya cukup sulit. Tujuan utama kami yaitu ke museum
Konferensi Asia-Afrika (KAA). Semua peserta sudah mendapat jatah memandunya
masing-masing. Saya pribadi mendapat jatah memandu dari Cipatat menuju
Padalarang.
Titik awal kami yaitu Kampus UNJ. Peserta bus terdiri dari sebagian mahasiswa/i
UJP 2013 dan 2014 serta dua orang dosen penilai. Selama menunggu giliran, saya
sangat gugup karena melihat peserta yang maju sebelum saya cukup bagus dan
menguasai materi dengan baik. Selain itu, rasa ngantuk pun menghampiri saya
yang kurang tidur karena di malam sebelumnya harus melahap semua materi dalam
waktu singkat.
Detik-detik menuju giliran, saya semakin kacau. Tangan mulai gemetar dan
keringat mulai bercucuran. Terlebih saya lupa membawa permen karet yang memang
cukup ampuh meredakan kegugupan saya. Tibalah giliran saya, saking
groginya saya sempat terdiam dulu karena blank dengan materi
yang saya hafalkan. Namun setelah menarik napas panjang akhirnya saya bisa
mengingat kembali dan mulai berbicara panjang lebar. Tapi tak lama kemudian,
materi yang saya berikan perlahan mulai habis padahal tujuan akhirnya masih
jauh. Disitulah saya kehabisan materi dan terpaksa harus improvisasi. Saya
melihat sekeliling yang bisa dilihat hanyalah hamparan sawah dan beberapa kedai
yang menjual peuyeum (tapai singkong). Seharusnya saya bisa berimprovisasi
dengan menceritakan peuyeum itu tapi saya lupa menggali informasi mengenai hal
itu. Rasa grogi menghampiri kembali. Ditambah kondisi jalan yang berkelok-kelok
membuat berdiri menjadi kurang seimbang. Saya pun kehilangan fokus dan akhirnya
malah banyak diam. Saya membayangkan kalau saya benar-benar menjadi pemandu
sungguhan mungkin saya sudah dipecat dan dikomplain habis-habisan. Disitulah
saya tersadar untuk harus lebih memperkaya diri dengan informasi mengenai
lokasi yang saya jajaki dan yang terpenting mampu memperkirakan estimasi waktu
yang akan ditempuh. Saya berusaha menghibur diri bahwa menjadi expert itu
tidak ada yang instan, semua butuh proses bahkan jatuh bangun berulang kali.
Yang terpenting adalah bagaimana saya mampu merefleksikan kesalahan saya dan
memulai untuk mencoba lagi. Penyesalan karena kehabisan materi bukanlah harga
mati maka pengalaman seperti ini tidaklah perlu disesali.
(Gambar 1.1 Foto bersama angkatan 2014 di museum KAA) |
Pengalaman memandu berikutnya dilakukan saat saya sedang Praktik
Kerja Lapangan (PKL) di Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII). Sebenarnya, ini
tidak bisa dikatakan sebagai pemanduan secara utuh, tapi ini cukup menambah
pengalaman saya dalam memandu anak sekolah. Pada suatu kesempatan, saya beserta
keempat teman saya yang sama- sama PKL di TMII, yaitu Rieka, Ribka, Aulia, dan
Gianni, ditugaskan untuk memandu di event “Pameran
Bersama Museum Se-Indonesia 2015”. Event ini diselenggarakan
dalam rangka menyambut HUT Taman Mini “Indonesia Indah” yang ke 40. Pameran ini
mengusung tema “Jelajah Budaya Maritim Indonesia” yang mana sektor maritim di
Indonesia saat ini sedang disorot karena sedang dalam tahap mengemban misi
sebagai poros maritim dunia. Event ini diselenggarakan oleh
Asosiasi Museum Indonesia. Oleh karena itu terdapat banyak sekali pameran dari
46 museum di Indonesia, misalnya museum geologi Bandung, museum Fatahillah,
museum Olahraga nasional, dsb. Selain itu, juga terdapat Festival Kuliner
Nusantara yang menjual makanan khas dari berbagai daerah di Nusantara. Pameran
& Bursa Flora Fauna pun turut disajikan, hewan-hewan lucu seperti ular,
landak mini, kelinci, akan menyambut anda. Disana pameran itu pula kita bisa
memperoleh informasi jika ingin bergabung dalam suatu komunitas pecinta hewan,
salah satu yang saya temui yaitu komunitas pecinta burung Kakatua. Dan yang
terakhir terdapat Expo Produk Unggulan Nusantara yang menjual produk khas
seperti batu akik. Semua dikemas dalam bentuk stand-stand unik
dan menarik.
(Gambar 1.2 Tenda Pameran Tampak Depan) |
Mengambil lokasi di sebelah Istana Anak-Anak sehingga dapat dengan
mudah diakses melalui pintu masuk IV (pintu timur) TMII. Pameran terletak dalam
tenda besar dan memanjang. Di dalamnya juga terdapat sejumlah air
cooler sehingga pengunjung tidak akan merasa kepanasan. Event ini
digelar selama 3 hari. Hari pertama pembukaan dihadiri oleh Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman, yaitu Bapak Dr. Rizal Ramli beserta rekan-rekannya. Selain
itu, event ini juga mengundang pelajar SD, SLB, SMP, dan
SMA/SMK di sekitar TMII, tujuannya tentu untuk mengedukasi sekaligus
mengenalkan para pelajar untuk lebih membiasakan diri berkunjung ke museum.
(Gambar 1.3 Foto Bersama Sebelum Memandu) |
(Gambar 1.4 Suasana Sebelum Memasuki Ruang Pameran) |
Di hari pertama inilah, kami berlima ditugaskan untuk menjadi
pemandu rombongan siswa-siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Rieka mendapat jatah
memandu anak SD, Ribka SMP, sedangkan saya dan Aulia SMK. Awalnya, kami agak
shock karena rombongannya banyak sekali. Namun saya bisa bernafas lega karena
mendapat bagian untuk memandu rombongan siswa SMK Pelayaran yang notabene mudah
diatur.
Kami harus menunggu kedatangan Pak Menteri baru setelah itu
diperbolehkan masuk ke ruang pameran. Sembari menunggu saya berkenalan dengan
anak-anak SD yang lucu dan menonton mereka yang sedang asyik membuat anyaman.
Saat itu saya sangat senang karena merasa muda kembali.
Karena melihat kami yang lelah menunggu, panitia konsumsi kasihan
kepada kami, akhirnya mereka membagi-bagikan snack. Snack berisi jajanan khas
nusantara dan tak lupa diselipkan air mineral sebagai penghilang dahaga. Karena
lelah dan kelaparan, snack langsung habis dalam sekejap.
Tak lama kemudian, Bapak Menteri pun datang. Ia turun dari
mobilnya bersama rekannya dan langsung disambut dengan jepretan-jepretan kamera
dari wartawan lokal. Untaian karpet merah mengiringi perjalanan Pak Menteri
dari mobilnya hingga ke tenda pameran. Pak menteri tersenyum ramah kepada
pelajar-pelajar yang berebut menyalaminya. Selang beberapa menit setelah
Pak Menteri masuk ke tenda pameran, akhirnya kami semua baru diperbolehkan
masuk. Saya dan Aulia memberi komando kepada rombongan kami untuk bersiap-siap
memasuki area pameran. Mereka langsung membentuk barisan dua banjar yang rapi
tanpa perlu banyak diatur. Rombongan SMK adalah rombongan terakhir yang masuk,
yang mana didahului oleh rombongan SD dan SMP terlebih dahulu. Kami
memperkenalkan diri serta menjelaskan informasi secara garis besar mengenai event ini
dan apa saja yang akan mereka temui di dalam. Selain itu, saya dan Aulia juga
memberikan pengarahan tentang titik lokasi berkumpul jika sudah selesai dan
letak toilet. Setelah itu, barulah kami mengajak mereka masuk ke tenda pameran.
Di dalam sana, pertama kali kita akan disambut dengan belasan stand museum
atau anjungan nusantara. Para siswa terlihat antusias dan selalu aktif bertanya
kepada penjaga stand. Penjaga stand pun dengan senang hati menjawab
pertanyaan-pertanyaan para pelajar yang haus ilmu itu sekaligus memberikan
brosur-brosur. Disana mereka juga bisa mencoba games-games seru,
salah satunya games sains yang berada di stand museum
PP IPTEK TMII. Tak hanya itu, beberapa stand kerap
membagi-bagikan goodie bag yang menjadi rebutan siswa-siswa
yang berkunjung. Banyak sekali stand yang memberikan merchandise unik,
seperti gantungan gendang mini, pulpen bertuliskan nama museum, pin batik,
dompet, bahkan ada beberapa stand yang sangat royal memberikan
buku hard cover kualitas baik, yang isinya mengenai informasi
museum atau anjungan terkait. Dan yang terpenting, semua itu gratis!
Di blok selanjutnya (bagian kiri), saya mengajak mereka untuk
melihat-lihat pameran flora dan fauna, dimana beragam jenis tanaman dan hewan
seperti ular, landak mini burung, kelinci, kucing dapat ditemukan disini.
Jangan khawatir, ular-ular disini tidak ganas sehingga kita dibebaskan untuk
berinteraksi dan berfoto-foto dengannya. Semua flora dan fauna disini juga
dijual loh. Kita bisa bertransaksi langsung atau mendatangi sentra penjual
aslinya yang alamatnya tertera di kartu nama pemilik usahanya. Saya juga
mempersilahkan tamu-tamu untuk mencicipi kuliner dan minuman khas di pameran
kuliner (bagian kanan), seperti kerak telor atau es dawet yang manis dan
menyegarkan, dan yang tidak boleh dilewatkan yaitu berbelanja produk buatan
lokal seperti kering kentang, keripik pedas, dsb. Karena tergiur dan sekaligus
untuk oleh-oleh akhirnya saya juga ikutan berbelanja. Setelah puas
berkeliling pameran dan memandu mereka kurang lebih setengah jam, akhirnya saya
menginstruksikan mereka untuk berkumpul dan bersiap-siap untuk pulang. Tanpa
menunggu lama, semua sudah berkumpul dan berbaris rapi di lokasi yang telah
ditentukan. Hingga akhirnya, saat itulah kami harus berpisah. Saya akui,
pengalaman memandu pelajar SMK masih berada di zona nyaman saya. Karena umur
mereka terbilang dewasa sehingga tidak sulit untuk diarahkan.
Pengalaman yang cukup menantang terjadi di hari kedua, yaitu saat
saya ditugaskan untuk memandu anak SD. Aktivitas yang dilakukan tidak jauh
berbeda dengan hari sebelumnya, namun yang berbeda hanyalah cara
memperlakukannya. Ketika rombongan SD yang saya pandu sudah sampai, saya
menginstruksikan mereka untuk berkumpul dan membentuk dua barisan. Namun karena
terlalu bersemangat, beberapa diantara mereka malah asik kejar-kejaran sehingga
saya harus ikut berlari mengejar mereka agar tidak terpisah dari rombongan.
Akhirnya setelah berhasil mengumpulkan mereka, seperti biasa saya
memperkenalkan diri dan menjelaskan sedikit mengenai pameran ini. Setelah itu,
saya menyuruh mereka untuk masuk dengan tertib. Tapi apa daya, mereka terlalu
bersemangat sehingga langsung menghambur masuk ke dalam.
Saat saya masuk, saya bingung karena saya melihat anak-anak
berkerubung di suatu stand bak semut mengerubungi gula, hingga
menutupi jalan. Saya penasaran dan mencari tahu. Dan ternyata, anak-anak itu
berebut pulpen gratis yang dibagikan museum transportasi. Saking brutalnya
berebut pulpen, salah seorang anak tak sengaja merubuhkan pot tanaman dan
banner yang di pajang di depan stand, sehingga kami harus
meminta maaf kepada penjaga stand tersebut. Namun, saya
dibuat kagum ketika mengajak mereka semua ke pameran hewan. Banyak dari mereka
yang berani menyentuh dan berfoto dengan ular. Bahkan beberapa dari mereka
mengatakan kalau ingin membawa pulang ular tersebut.
Pada akhirnya, di saat itulah saya belajar banyak tentang menjadi
seorang pemandu. Semua ini membuka mata saya untuk lebih mengapresiasi profesi
seorang pemandu, tak mudah memang, tapi pengalaman yang didapatkan akan selalu
manis untuk dikenang.
Walau menjadi seorang pemandu terasa sangat menyeramkan tapi
pengalaman ini akan selalu dirindukan. Memang pengalaman itu tidak bisa
disamakan dengan membeli barang, barang itu tak abadi tapi kenangan bisa terus
tersimpan dalam hati.
Usaha Jasa Pariwisata (A)
Sheila Nurul Astari
4423143964
Nsheilaastari@yahoo.com
No comments:
Post a Comment