Pengalaman Pertama Menjadi Seorang Pemandu Wisata
Nama saya Susan Adelni Tangkilisan. Saya lahir di Jakarta, pada tanggal 20 Mei 1996. Saat ini saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta program studi Usaha Jasa Pariwisata angkatan 2014. Awal saya mengambil program studi ini yang dibenak saya hanyalah sebuah perjala nan. Program studi Usaha Jasa Pariwisata ini ternyata bukanlah perjalanan yang hanya jalan-jalan semata melainkan memberikan banyak pembelajaran seperti perhotelan, manajemen tempat wisata, reservasi ticket dan terutama lebih terfokuskan kepada pemandu wisata. Tidak terpikirkan oleh saya bahwa di program studi ini lebih di tekankan kepada pemanduan wisata. Bingung, gugup, takut,itu yang pernah saya rasakan waktu pertama kali masuk kuliah di program studi ini. Saya termasuk orang yang kurang percaya diri, ke kurang percayaan diri itulah yang membuat saya sering demam panggung jika sedang berbicara di depan umum.
Dalam menjadi pemandu wisatawan bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali tahapan demi tahapan yang perlu dipelajari untuk menjadi pemandu wisatawan yang profesional. Sudah hampir 1 setengah tahun ini saya berada di progam studi Usaha Jasa Pariwisata. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dalam memandu wisatawan. Dimulai pada semester 1 saya sudah diberi kesempatan untuk menjadi seorang pemandu wisata. Ini merupakan pengalaman pertama saya dalam memandu. Pada waktu itu progam studi ini mengadakan city tour ke daerah Jawa Barat tepatnya Bandung. City tour ini dibagi menjadi 2 destinasi yaitu museum Konferensi Asia Afrika (KAA) dan museum Geologi. Bis 1 menuju museum Geologi dan bis 2 menuju museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Bis 1 dan bis 2 berisi seluruh mahasiswa UJP 2013 dan UJP 2014. Saya berada di Bis 2 yang bertujuan ke Museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Dalam perjalanan menuju dua destinasi tersebut semua mahasiswa diwajibkan untuk menjadi seorang pemandu. Saya mendapatkan bagian untuk memandu dari museum Konferensi Asia Afrika (KAA) hingga ke tol padalarang.
(Gambar 1. foto bersama beberapa teman di masjid Atta'awun) |
Kami melawati jalur puncak menuju ke dua destinasi tersebut. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami pun beristirahat di masjid Atta’awun. Masjid Atta’awun yang berlokasi di puncak bogor ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pemandangannya yang indah membuat wisatawan datang kesini hanya sekedar untuk berfoto atau melihat pemandangannya saja. Selain itu pun masjid Atta’awun juga dapat dijadikan sebagai wisata religi. Pemandangannya yang indah ini pun menarik perhatian kami semua untuk berfoto bersama.
Sehabis beristirahat di masjid Atta’awun kami memulai perjalanan menuju museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Di perjalanan tepatnya di daerah cipatat banyak sekali bukit-bukit karst atau marmer. Ada satu bukit yang menarik perhatian kami semua, yang dimana diatas bukit tersebut tertancap pedang raksasa. Menurut kabar pedang tersebut adalah pedang ajaib yang jatuh dari langit. Tetapi ada juga warga yang mengatakan bahwa pedang tersebut adalah pedang milik koppasus yang sengaja ditancapkan untuk menjadi ciri khas koppasus, dan bukit itupun merupakan milik tentara baret merah yg dulunya adalah milik orang tionghoa. Panjang pedang yang menancap di bukit tersebut sekitar 9 meter.
Perjalanan kami pun diteruskan hingga masuk ke tol pasteur. Dari tol pasteur sampai ke museum Konferensi Asia Afrika (KAA) kita sudah bisa melihat daerah bandung yang ramai akan pertokoan. Kota Bandung sangat terkenal dengan wisata kulinernya bahkan banyak wisatawan yang datang ke Bandung hanya untuk sekedar mencicipi makanan-makanan yang ada di Bandung.
Sesampainya di Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), kami diperkenalkan dengan pengurus museum tersebut dan diberi penjelasan sekilas mengenai museum Konferensi Asia Afrika (KAA). Museum Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum di kota Bandung yang terletak di Jalan Asia Afrika No. 65. Museum ini sangat berhubungan erat dengan Gedung Merdeka yang berada disebelahnya dimana Gedung Merdeka merupakan tempat sidang utama dan Museum Konferensi Asia Afrika ini sebagai tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika. Museum ini memiliki sejarah tersendiri dalam kegiatan Konferensi Asia Afrika yang diadakan pada tahun 1955. Di tempat inilah kemitraaan Asia Afrika ditegakkan demi masa depan yang lebih baik. Museum ini mulai diresmikan oleh Presiden Indonesia kedua yaitu Soeharto pada peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke 25 tahun. Museum ini pun direnovasi kembali pada peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke 50 tahun dan perubahan ini akna selalu berlangsung sampai dilengkapinya perpustakaan modern Asia-Afrika.
Di perpustakaan ini mengoleksi buku-buku sejarah, politik dan kebudayaan dari negara-negara Asia-Afrika. Terdapat juga dokumen-dokumen terdahulu pada saat konferensi Asia-Afrika dan tersedia braille corner untuk para turnanetra. Di museum ini juga menyajikan ruang pameran tetap yang dimana terdapat koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa yang melatarbelakangi Konperensi Asia-Afrika, Pertemuan Tugu, Konperensi Kolombo, Konperensi Bogor, Konperensi Asia-Afrika 1955, dan dampak Konperensi Asia-Afrika bagi dunia internasional. Serta terdapat juga profil dari negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang dimuat dalam sarana multimedia.
(Gambar 2. foto bersama di Museum KAA) |
Salah satu bagian terpenting dari Museum Konferensi Asia Afrika ini pun terdapat pada ruang utama gedung merdeka. Tempat ini merupakan tempat yang pada jaman dahulu dipenuhi oleh para delegasi penting dari beberapa negara Asia-Afrika. Gedung merdeka ini juga menjadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun macanegara.
Setelah berkeliling mengitari museum Konferensi Asia Afrika dan ada beberapa dari mahasiswa yang telah menjadi pemandu di dalam museum Konferensi Asia Afrika, kami beranjak dari museum dan kembali ke dalam bis. Sebelum menaiki bis kami berfoto terlebih dahulu di depan museum Konferensi Asia Afrika untuk mengabadikannya. Perjalanan menuju pulanglah merupakan kesempatan saya menjadi pemandu. Memandu dari mulai Museum Konferensi Asia Afrika hingga Padalarang bukanlah hal yang mudah bagi pemula seperti saya. Banyak sekali kendala yang saya lalui dalam memandu seperti jalan yang sudah saya perkirakan sebelumnya berbeda dengan jalur yang dilewati. Namun disitulah poin menjadi seorang pemandu, bagaimana kita harus lebih mempersiapkan diri dengan baik supaya dilihat oleh wisatawan bahwa kita tidak sedang dalam masalah yang besar. Akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan sejarah singkat mengenai Jalan Asia Afrika. Jalan Asia Afrika ini merupakan Jalan yang paling tua dan sangat bersejarah bagi Kota Bandung. Jalan ini bermula pada saat rencana pembuatan Jalan Anyer-Panarukan atas perintah Louis Napoleon kepada Marschall Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu. Tujuan dari pembuatan jalan ini adalah memperkuat pertahanan Belanda dari serangan tentara Inggris. Sekarang, jalan ini tetap menjadi salah satu jalan utama yang menghubungkan kawasan Bandung Timur dengan Bandung Barat.
Di Jalan Asia Afrika ini juga terdapat masjid yang banyak dikunjungi wisatawan dengan panoramanya yang sangat indah. Masjid ini bernama Masjid Raya Bandung atau yang dulu dikenal sebagai Masjid Agung Bandung. Masjid ini juga bisa dijadikan sebagai wisata religi. Disekitar masjid ini dijadikan sebagai alun-alun kota Bandung. Di Masjid Agung ini terdapat dua menara yang tinggi yaitu menara utara dan selatan. Wisatawan dapat naik ke atas salah satu menara tersebut. Bisa menara utara saja yang dibuka atau menara selatan saja. Wisatawan bisa menaiki menara tersebut dengan menggunakan lift sampai ke puncak menara yang tepatnya berada di lantai 19. Dari atas menara wisatawan dapat melihat pemandangan kota Bandung hingga 360 derajat.
Perjalanan arah pulang juga melewati museum kereta api Bandung, dan masuk tol pasteur kembali. Selama perjalanan pulang arah tol, jalanan itu pun sangat macet. Lalu saya mencoba membuat games-games dengan melontarkan pertanyaan unik kepada para wisatawan yang berada di dalam bis. Menurut saya games merupakan salah satu pemecahan masalah yang baik ketika seorang pemandu wisata sedang mengalami kebingungan saat dalam sebuah kemacetan. Membuat games juga tidak mudah, saat saya membuat games juga masih dalam bantuan senior-senior yang berada di sekitar saya.
(Gambar 3. foto bersama UJP 2013 dan UJP 2014 di KM 97) |
Setelah melewati kemacetan, bis kami memasuki tol arah padalarang. Namun berhenti sejenak di Rest Area KM 97. Rest Area KM 97 ini merupakan rest area pertama yang terdekat setelah memasuki tol. Rest Area ini juga merupakan rest area terbesar yang berada disana. Yang menarik di rest area ini adalah masjidnya. Masjid di rest area ini sangatlah bagus dan cocok dijadikan sebagai wisata religi. Disini juga terdapat tempat oleh-oleh khas dari Jawa Barat dan tempat-tempat makan. Kami semua beristirahat sebentar di rest area ini untuk sekedar makan atau berfoto.
Istirahat pun berakhir, mahasiswa semua kembali ke dalam bis dan saya pun kembali menjadi pemandu wisata sampai ke padalarang. Sepanjang saya bercerita di jalan, tidak terasa ternyata sudah sampai titik yang mengharuskan saya mengakhiri pemanduan. Saya pun kembali duduk dan dilanjutkan oleh mahasiswa lain. Di tempat duduk, saya merasa lega sekali karena telah melakukan pemanduan pertama saya. Pemanduan pertama itu bukanlah pemanduan yang terakhir bagi saya, karena saya masih ingin menjadi pemandu di lain kesempatan.
Pengalaman lain saya dalam menjadi seorang mahasiswa di program studi Usaha Jasa Pariwisata terdapat di semester 2. Pengalaman kedua saya sebagai mahasiswa di program studi Usaha Jasa Pariwisata ini adalah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan(PKL) di sebuah tempat wisata theme park JungleLand yang berada di Sentul City, Bogor. Tetapi disana saya tidak ditempatkan dalam menjadi pemandu melainkan menjadi admin sales yang mempersiapkan dokumen-dokumen group yang akan datang ke JungleLand. Saya sering membantu sales-sales Jungleland dalam memberikan group order ke ticketing group untuk selanjutnya di proses ke ticket masuk group. Saya juga pernah mengatifkan ticket masuk group pada saat sedang banyak group yang dateng. Waktu saya PKL pernah datang group sebanyak kurang lebih 104 group. Sedikit informasi, JungleLand terdapat 32 wahana yang menarik yang bisa wisatawan kunjungi. JungleLand juga merupakan theme park terbesar, terluas dan terpanjang se-asia. 32 wahana terbagi dalam 4 zona yaitu zona tropikalia, mysteria, explora dan carnivalia. Terdapat juga wahana edukasi seperti science centre yang berada di dunia dino. Di theme park JungleLand ini juga memberikan saya banyak pembelajaran mengenai bagaimana mengelolah sebuat tempat wisata dalam bentuk theme park. Disini Saya tidak melaksanakan praktek kerja lapangan sendiri melainkan bersama 7 teman lainnya.
(Gambar 4. foto bersama teman-teman PKL di JungleLand) |
Banyak sekali pengalaman menarik saya yang lain, yang saya dapatkan selama saya menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta khususnya di program studi Usaha Jasa Pariwisata. Terutama di bidang pemandu wisata. Perasaan bingung, gugup, takut, yang pernah saya rasakan waktu pertama kali masuk kuliah di program studi ini sedikit-sedikit mulai memudar dengan keterbiasaan dalam berlatih menjadi seorang pemandu. Walaupun masih banyak dari wisatawan yang masih kurang suka dengan pemanduan saya. Sikap itu terlihat jelas saat mereka memperlihatkan rawut wajah yang kurang suka terhadap pemanduan saya. Mungkin itu semua berasal dari pemanduan saya yang kurang menarik, gamesnya membosankan dan lain sebagainya. Tetapi disitulah yang membuat saya tertarik untuk maju dan terus mempelajari bagaimana menjadi seorang pemandu wisata yang baik dan profesional.
Sekian pengalaman pertama dan suka duka saya sebagai pemandu wisata. Semoga pengalaman saya ini bisa bermanfaat untuk teman-teman yang ingin menjadi pemandu wisata dan ingin masuk di universitas negeri jakarta program studi usaha jasa pariwisata Ingat! pemandu wisata itu tidak membosankan melainkan menyenangkan. Terima kasih J
Susan Adelni Tangkilisan / 4423143945
Usaha Jasa Pariwisata A 2014
susanadelnit@gmail.com
No comments:
Post a Comment