Pemandu Wisata, Olahraga dan Hobi?
Perkenalkan nama saya Luthfi Maulana
Arrahim, saya adalah mahasiswa Program Studi D3 Usaha Jasa Pariwasata di
Universitas Negeri Jakarta, angkatan Tahun 2014.Awalnya saya ikut SBMPTN 2014
untuk kuliah di Universitas Udayana mengambil Industri Perjalanan Wisata
disana, namun memang rejeki saya ada disini saat saya ikut PENMABA UNJ. Saya lahir
pada tanggal 3 Agustus 1995 di kota Jakarta. Saya adalah anak ke-2 dari 2
bersaudara, saya sangat suka dengan olahraga, terutama Bulutangkis, tetapi
seiring perkembangan waktu ternyata ada sebuah olahraga baru yang masuk ke
Indonesia pada tahun 2009. Olahraga yang sedang diperjuangkan oleh pelatih,
kakak, teman dan adik saya di KOP (Klub Olahraga Prestasi) agar diakui oleh KONI (komite Olahraga
Nasional Indonesia).
gambar 1.1 Team Floorbal |
Olahraga tim dalam ruangan yang dikembangkan pada tahun
1970-an di Swedia ini hampir sama seperti permainan hockey
tetapi memiliki lapangan dan jenis bola yang berbeda serta stick yang berbeda
pula. Ya, itulah olahraga “Floorball” mungkin belum banyak yang tahu akan
olahraga ini, disinilah tugas saya dan teman atlet floorball untuk
mensosialisasikan olahraga yang sudah dipertandingkan di SEA GAMES 2015 lalu di
Singapore. IFF atau International Floorball Federation adalah federasi atau
lembaga yang menaungi floorball di dunia.
Menggabungkan olahraga
serta Pariwisata, inilah yang unik. Saat saya melakukan perjalanan ke Singapore
untuk melihat acara SEA GAMES 2015 membuat saya berfikir bahwa olahraga dan
pariwisata itu bisa bersatu padu, dimana pasti akan ada banyak turis datang ke
negara kita saat akan diadakan sebuah festival olahraga terbesar di Asia Tenggara,
Benua Asia atau bahkan dunia. Dan inilah menjadi sebuah kesempatan bagi negara
kita untuk mempromosikan tempat menarik dan unik disini.
gambar 1.2 Bali Floorball Open 2015 |
Dan indonesia pada tahun
2018 akan menjadi tuan rumah acara pesta olahraga terbesar di benua Asia yaitu
ASEAN GAMES yang dimana pasti akan datang banyak turis asing untuk menjadi
saksi pertandingan olahraga dan melihat bendera negara mereka berkibar di
negara orang. Dan pasti turis atau atlet itu sendiri tidak hanya ada di arena
pertandingan saja, tapi mereka akan jalan-jalan atau mencari tempat wisata yang
unik serta berkesan di negara tersebut. Inilah yang akan menjadi peluang
sebagai pemandu wisata/Pramuwisata.
Saat beberapa hari yang
lalu saat berlangsungnya Kejuaraan Nasional Floorball antar Provinsi ke-IV
tahun 2015, di GSG FIK UNJ. Teman kami dari Team Nasional Malaysia dan dia
tinggal di Singapore yang bernama Alina Suhaimi datang ke Indonesia untuk
menyupport team kami dan sekaligus temu kangen dengan beberapa timnas Floorball
Indonesia. Dan ada kejadian menarik saat Alina mengajak saya untuk makan siang
di Mcdonals, saat itu saya bilang “makan saja di Mekdi” lalu Alina bingung
karena dia tidak tahu apa itu Mekdi karena yang ia tahu adalah Mcdonalds. Hanya
2 hari Alina ada di Indonesia karena dia harus kembali melatih di beberapa klub
floorball yang ada di Singapore serta dia akan mengikuti Liga Floorball yang
ada disana. Sungguh beruntung saya bisa bertemu dan berkenalan dengan Alina
karena dia adalah salah satu pemain terbaik yang di miliki team nasional
Malaysia, banyak sekali ilmu yang dia berikan kepada kami khususnya team yang
saya bela yaitu “Sumatera Selatan”.
gambar 1.3 Me with Alina |
Dan inilah modal dasar
menjadi Pemandu Wisata sebelum saya menceritakan pengalaman saya menjadi
pemandu, yaitu:
1. Kesehatan
dan Kebugaran Fisik
Pekerjaan pemandu wisata
menuntut jam kerja yang panjang dan stamina yang kuat, karena pemandu akan
sering melakukam presentasi, berjalan kaki ke kompleks candi, serta melakukan
perjalanan panjang dengan kendaraan. Karena itu, hal yang harus diperhatikan
untuk menjaga kesehatan adalah dengan menjaga pola makan, berolah raga, dan
mencari hiburan yang sehat untuk menyegarkan pikiran.
2.
Sikap Mental Positif
Yang dimaksud dengan
sikap mental positif antara lain; sifat selalu optimis, ulet, pantang menyerah,
terbuka, supel, senang bergaul, dan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap mental positif sangat dipengaruhi oleh
lingkungan seseorang tumbuh. Baik itu dari keluarga maupun masyarakatnya. Tapi
hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa sikap mental positif dapat ditumbuhkan
dalam diri setiap orang.
Caranya yang pertama
adalah meniatkan hati untuk melakukan pengembangan pribadi. Kemudian Anda dapat
menentukan langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh untuk mencapai niat dan
tujuan itu. Anda perlu membaca buku-buku psikologi yang mambahas kiat-kiat
pengembangan diri. Jangan lupa untuk membuat catatan-catatan untuk mengevaluasi
dan membuat perencanaan berikutnya.
Pekerjaan menjadi
pemandu wisata membutuhkan kesabaran yang besar. Memimpin rombongan yang
beranggotakan orang-orang asing dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda
bukan hal yang mudah. Maka dari itu dibutuhkan mental positif seperti yang disebut
di atas supaya Anda tidak tertekan dan cepat stress dengan pekerjaan ini.
Lagi pula sikap mental
tersebut tidak hanya akan berguna jika Anda menekuni pekerjaan ini. Hampir
setiap profesi, bahkan dalam kehidupan bermasyarakat, selalu dibutuhkan sikap-sikap
yang positif agar Anda dapat menyenangi dan mensyukuri hidup.
3.
Minat Dalam Bahasa Asing
Dalam memandu wisatawan
asing, sudah menjadi syarat mutlak bagi seorang pemandu wisata untuk menguasai
bahasa internasional. Dalam mempelajari bahasa asing, bagi mereka yang memiliki
minat dan bakat terhadap bahasa asing yang dipelajari akan memiliki semangat
tinggi sehingga mereka menikmati pembelajaran itu.
Dalam minat dan semangat
yang tinggi itu dapat dipastikan mereka dapat menguasai bahasa tersebut dalam
waktu yang relatif singkat. Semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang
asing, secara otomatis hal itu dapat menambah kemampuannya dalam berbicara
menggunakan bahasa tersebut.
Akan menjadi sebuah
nilai lebih jika Anda memiliki pengalaman tinggal di negara assing, terutama
negara asal wisatawan. Selain itu, seseorang yang ingin menjadi pemandu wisata
juga harus mempelajari adat istiadat, cara berpikir, gaya hidup dan kebudayaan
mereka. Pengenalan dan penguasaan ini membuat Anda tidak sepenuhnya merasa
asing terhadap mereka dan akan sangat membantu Anda untuk bergaul dan nyambung
dengan mereka.
4.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan yang dibutuhkan
untuk menjadi pemandu wisata profesional sebenarnya tidak ada yang baku.
Meskipun ada beberapa sekolah baik dari tingkat menengah maupun perguruan
tinggi yang memiliki fokus pariwisata, namun tidak semua alumninya akan menjadi
pemandu wisata yang handal. Sebenarnya pendidikan dari ilmu apapun bisa dipakai
untuk menjalani profesi ini. Kenyatannya, banyak pramuwisata profesional yang
berasal berbagai disiplin ilmu. Apapun latar belakang pendidikannya, selalu
terbuka kesempatan untuk menjadi seorang pemandu wisata yang handal.
Di beberapa daerah
terkadang diselenggarakan pendidikan dan latihan calon pemandu wisata. Lama
pendidikan pun bervariasi dari beberapa bulan sampai satu tahun. Materi
pendidikan meliputi teori dan praktik lapangan memandu wisata.
Teori yang diajarkan
meliputi pendalaman bahasa Inggris, ticketing, sejarah Indonesia terutama yang
bersangkutan dengan tempat-tempat wisata, arkeologi, kesenian Indonesia
terutama kesenian lokal daerah pariwisata, manajemen biro wisata, perhotelan,
kerajinan, teknik memandu wisatawan, dll.
5.
Modal Finansial
Untuk melakukan
pengembangan diri dengan berbagai pendidikan dan pelatihan tentu saja ada
anggaran dana yang perlu disiapkan. Jumlah biaya ini tidak bisa dirinci secara
pasti karena setiap kota memiliki tarif yang berbeda-beda. Pada intinya
pokok-pokok pendidikan yang perlu dibuatkan anggaran meliputi pendidikan formal
paling tidak sampai jenjang diploma atau strata satu, kursus bahasa asing,
pendidikan dan pelatihan pramuwisata, pengenalan medan, membeli buku, membeli
peralatan, dsb.
6.
Minat Terhadap Sosial-Budaya
Minat terhadap masalah
sosial budaya dan kebudayaan, perlu di dalami untuk menambah pengetahuan
tentang Indonesia terutama pada beberpa daerah yang sering dijadikan sebagai
tujuan wisata seperti Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok.
Apalagi jika seorang pemandu wisata juga memiliki pengetahuan masalah sosial
budaya yang berasal dari daerah wisatawan. Hal itu akan sangat membantu Anda
untuk membuat topic pembicaraan, sehingga Anda lebih ‘nyambung’ ketika
berinteraksi dengan wisatawan.
Sebenarnya tak pernah
terbayang dibenak saya untuk menjadi seorang pemandu wisata, yang menurut saya tugasnya menjelaskan dan harus memahami sebuah
objek di suatu tempat. Tetapi ternyata menjadi Pemandu Wisata itu lebih
kompleks dari apa yang saya bayangkan. Saat awal belajar di semester pertama
kuliah saya mendapat tugas untuk guide dari Cikarang – Bekasi saat jalan pulang
dari City Tour bersama keluarga UJP UNJ. Disitu saya sangat bingung apa yang
harus saya ucapkan dan materi apa yang akan saya berikan kepada dosen, teman
dan senior saya. Dan akhirnya saya memberikan sebuah cerita asal mula nama Bekasi,
dan juga fakta-fakta unik yang ada di Bekasi. Grogi ya itu wajar karena itulah
pengalaman pertama saya menjadi guide. Tapi saya bisa melewati itu semua walau
kondisi badan sudah lelah karena hari juga sudah malam. Tapi dari situlah saya
mendapat banyak pelajaran agar bisa berbicara dengan baik dan benar di depan
banyak orang. Dan menjadi seorang Pemandu Wisata itu sangat tidak mudah, karena
banyak materi yang harus dikuasai dan bisa kita jelaskan kembali agar tamu-tamu
atau wisatawan mengerti akan hal itu.
gambar 1.4 City Tour |
Sebenarnya ada beberapa
teknik dalam memandu wisata, yaitu:
1.
Mengawali Pemanduan
Pilihlah suatu tempat yang
strategis, aman, menarik dan mudah dikenali untuk memulai memperkenalkan diri,
dan bila dilakukan di bus gretinglah sebelum bus berjalan. Yang harus dilakukan
adalah:
a. Mengucapkan
salam/greeting.
b. Perkenalkan
diri dengan unik agar bisa dingat oleh para turis atau tamu wisatawan.
c. Jelaskan
secara singkat dan benar tentang ittenary yang akan dilaksanakan pada hari itu
aar tidak terjadi miss comunication.
d. Beri
kesempatan untuk bertanya.
2.
Melaksanakan Pemanduan
a. Kenalilah
budaya mereka.
b. Deskripsikan
tempat yang ingin dijelaskan semenarik mungkin.
c. Tanggap
akan kondisi wisatawan bila jenuh, gantilah topik atau membuat games yang seru
agar wisatawan tidak mudah bosan.
d. Ajaklah
wisatawan untuk bersama-sama menyepakati waktu agar tidak terjadi keterlambatan
di itinerary.
e. Humor
adalah pemanis dalam interprestasu dapat
meningkatkan komunikasi dan daya tarik. Humor harus berhubungan dengan tema
pembicaraan. Jangan menggunakan humor yang menyinggung para tamu, gunakalah
humor yang halus dan tidak kasar.
3.
Mengakhiri Pemanduan
a. Akhiri
pemanduan dengan kesan menyenangkan dan membuat wisatawan melupakan lelah
mereka.
b. Cari
tempat yang strategis untuk mengakhiri guide.
Mungkin hanya itu saja
yang bisa saya sampaikan. Itulah sebuah pengalaman saya dari sekian banyak
pengalaman yang bisa saya tulis disini. Semoga apa yang saya tulis disini bisa
bermanfaat dan memotivasi teman-teman agar terus bisa memperjuangkan mimpi
kalian. Terimakasih.
Luthfi Maulana Arrahim
4423143967
Usaha Jasa Pariwisata B 2014
Luthfimaulana1995@gmail.com
No comments:
Post a Comment