Hai
kawan kawan, perkenalkan nama saya Tb. Mahandika Ispratama. Bagi teman teman
yang tidak tahu “TB” adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya adalah
Tubagus, yaitu adalah marga dari Banten yang dahulu dipakai oleh para
bangsawan. Saya adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara. Saya memang agak terlihat
sedikit bule saya juga kurang tahu
keturunan dari nenek moyang saya, tetapi orang tua saya berkata bahwa saya
memiliki keturunan dari Jerman, meskipun begitu saya tidak terlalu fasih dalam
berbahasa jerman . Pada saat ini saya berumur 19 tahun, saya sedang mencari
ilmu di Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan sejarah program studi Usaha
Jasa Pariwisata. Walaupun saya bukan
lulusan dari SMK namun saya tertarik dengan jurusan ini, Saya baru memasuki
dunia pariwisata disaat saya lulus SMA namun saya sudah mendapatkan banyak
pengalaman yang saya dapat dari program studi ini, salah satunya yaitu menjadi
seorang pemandu wisata
Nah pada
kesempatan kali ini saya akan menceritakan tentang suka duka nya menjadi pemandu
wisata, pemandu wisata pun mempunyai suka duka, dimulai dari yang paling saya
anggap begitu menjenuhkan sampai hal yang paling membuat tersenyum. Sebelumnya
bagi yang tidak mengetahui apa itu pemandu wisata, saya akan menjelaskannya
terlebih dahulu.
Pemandu
wisata / Tour Guide adalah seseorang
yang memandu, membantu, dan menemani anda dalam suatu perjalanan, jika anda
pernah melihat seseorang yang sedang berbicara dengan kerumunan orang di sebuah
museum maka bisa dipastikan ia adalah seorang pemandu wisata , atau jika anda
pernah berwisata menggunakan bis dengan rombongan atau teman teman anda dan ada
orang yang menjelaskan tentang hal hal yang anda lihat ketika didalam
perjalanan maka bisa dipastikan juga bahwa ia adalah seorang pemandu wisata.
Mungkin semua orang pernah dipandu oleh seorang pemandu wisata, namun banyak
juga yang masih belum menggunakan jasa seorang pemandu wisata sebagai contoh,
dahulu sewaktu saya masih bersekolah di SMA, sekolah saya tidak pernah
menggunakan jasa seorang pemandu wisata.
Pengalaman pertama
saya menjadi pemandu wisata adalah pada saat saya berkunjung ke museum KAA
(Konferensi Asia Afrika) pada saat itu saya menjadi pemandu wisata di
perjalanan
(Gambar
1: Foto saya disaat menjadi pemandu wisata)
Itu adalah pengalaman
pertama saya menjadi seorang pemandu wisata, walaupun bisa dibilang belum
terlalu baik namun saya tetap berpikiran positif untuk tetap bisa menjadi
sorang pemandu wisata yang dapat disenangi oleh orang orang.
Waktu
pun berlalu dengan sendirinya, saya pun menjalani program dari prodi saya yaitu
melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan), pada saat itu saya melakukan program
pkl di Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal sebagai Museum Fatahilah,
museum ini terletak di Kota Tua Jakarta, lebih tepatnya di Jakarta Barat, jika
anda pergi ke Kota Tua dan sedang berada di alun alun nya anda dapat dengan
jelas melihat gedung museum fatahilah yang berada tepat di depan sebuah kantor
pos disana, gedung nya terlihat jelas dengan cat warna putih dan arsitektur
yang unik. Disana saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan pengalaman
yang membuat saya lebih percaya diri dalam berbicara didepan orang banyak, dan
mendapatkan banyak teman baru.
Disana
terdapat senior guide yang sudah bertahun tahun menjadi guide di museum
fatahilah, kami mendapatkan banyak pengetahuan dari mereka, para senior guide
yang menjadi guru kami di museum sangatlah friendly,
mereka tidak segan segan membagi ilmu nya yang mereka dapat untuk kami yang
sedang melakukan pkl disana, dengan alasan agar kami mendapatkan bekal yang
cukup disaat menjadi guide yang professional nanti .
Kami
diberitahu untuk mempelajari seluruh museum hanya dalam tiga hari, lalu setelah
itu kami mendapat perintah untuk membawa rombongan. Rombongan pertama yang saya
bawa adalah siswa siswa SD, tidaklah terlalu berat menurut saya dikarenakan
mereka adalah siswa siswa yang tertib, jadi lebih mudah mengurus mereka . Pada saat saya menjadi guide mereka, mereka
pun dengan seksama memperhatikan materi yang saya berikan kepada mereka,
dikarenakan rombongan yang saya bawa adalah anak SD maka dari itu saya harus
menyampaikan nya dengan cara apapun agar mereka mendapatkan materi yang saya ingin sampaikan .
Setelah
saya berminggu minggu men-guide orang orang disana, saya pun menjadi lebih baik
dalam berbicara dengan banyak orang, dari yang sebelumnya saya gugup didepan
‘panggung’ sekarang menjadi lebih percaya diri dalam berbicara di depan orang
banyak. Disana banyak sekali turis asing yang ingin mengetahui tentang sejarah
disana, tetapi banyak juga turis yang hanya melihat lihat saja.
(Gambar
2:Foto saya bersama turis asing)
Dari
banyak rombongan wisatawan yang saya guide, kebanyakan adalah mereka yang datang
dari luar daerah, namun tidak sedikit juga yang berasal dari daerah sekitar.
Watu itu saya pernah menguide sebuah keluarga yang meminta untuk di guide, pada
awalnya saya gugup dikarenakan pada saat itu saya baru pertama kali untuk
men-guide keluarga, tetapi fakta berbeda dengan apa yang saya pikirkan,
keluarga itu sangatlah ramah dan mendengarkan materi yang saya sampaikan dengan
baik. Saya juga pernah membawa seorang ibu ibu yang membawa seorang putra nya,
pada awalnya saya berfikir bahwa beliau adalah seorang guru, namun pada saat
saat akhir saya menyampaikan materi beliau berkata bahwa beliau adalah
sejarawan saya sangat terkejut mendengarnya namun beliau berkata saya cukup
baik dalam menyampaikan materi maupun memiliki materinya, saya sangat senang mendengar
ucapan tersebut dari beliau.
Banyak
juga rombongan rombongan yang tidak bisa diatur atau tidak mendengarkan materi
materi yang saya sampaikan, mereka malah asyik berfoto foto dibanding
mendengarkan materi, kebanyakan adalah mereka yang sudah berada di SMP. Tetapi
tidak semuanya seperti itu, banyak juga yang mengikuti tour dengan baik, guru
guru mereka juga berperan sangat baik dalam mengatur rombongan yang mereka titipkan
kepada saya. Pada saat saya membawa rombongan saya menyadari bahwa hal yang
saya sampaikan haruslah akurat, mengapa demikian, dikarenakan kita tidaklah
tahu jika mereka lebih tau dari kita, namun salah satu senior guide saya pernah
berbicara seperti ini “Ini adalah rumah kita, dan mereka hanyalah tamu. Jadi
kitalah yang paling mengetahui apa isi dari rumah kita sendiri” perkataan beliau
membuat saya semakin percaya diri dalam menyampaikan materi kepada siapa pun
yang saya guide, ketika saya membawa rombongan saya tetap memikirkan apa yang
beliau katakan, dan itu sangatlah membantu dalam membuat percaya diri saya
tumbuh kembali.
(Gambar 3: saya sedang
memberikan materi kepada rombongan didepan lukisan)
Di
Museum Fatahilah juga dilakukan evaluasi yaitu mengetes penguasaan materi yang
kita punya, agar materi yang kita punya semakin baik dan benar. Pada saat
evaluasi para senior guide juga membantu kita untuk menghafal materi yang
lebih, mereka juga bertanya apa yang membuat kita kesulitan dalam menghafal materi, berhadapan dengan rombongan dan
sebagainya.
Hal yang
paling membuat saya senang disaat menjadi guide di museum fatahilah adalah
disaat saya membawa rombongan yang aktif dan banyak berinteraksi, disaat
rombongan yang saya bawa itu aktif saya juga senang memberitahu materi - materi,
lebih percaya diri dan merasa lebih dekat dengan rombongan yang saya guide.
Di
museum fatahilah, selain weekdays kami juga masuk pada weekend, pada weekend
disaat itu lah sepi akan rombongan namun museum lebih ramai disbanding hari
biasanya, dikarenakan pada weekend hanya banyak pengunjung yang datang. Namun
kadang kadang ada keluarga yang ingin meminta guide untuk menjelaskan isi
museum untuk mereka. Mereka terkadang juga meminta guide untuk menjelaskan
lebih detail dari biasa nya. Bagi saya, saya lebih suka untuk membawa rombongan
dari SD sampai SMA disbanding membawa keluarga, dikarenakan saya lebih suka
berinteraksi dengan anak anak dibawah usia saya. Tetapi resiko resiko membawa
rombongan yang lebih muda usia nya dari saya adalah, seperti yang sudah saya
katakan diatas, mereka terkadang tidak memperhatikan materi yang kita
sampaikan, namun kebanyakan dari mereka tetaplah mendengarkan apa yang kita
jelaskan. Saya lebih senang jika ada yang mendengarkan dari kita memulai tour
dari pintu masuk hingga tour selesai di pintu
keluar. Selain itu saya juga suka rombongan dibawah usia saya dikarenakan kita
dapat melakukan hal iseng kepada mereka. Contohnya adalah, di museum fatahilah
tepatnya di lantai dua disana ada lukisan Petrus Albertus van der Parra. Nah
pada disaat saya selesai menjelaskan materi tentang lukisan itu saya berkata
kepada anak anak yang saya bawa “Nah kalo kita udah selesai disini, sebaiknya
kita melambaikan tangan kepada bapak van der parra agar kita gak diikutin sama
dia ke rumah” lalu para anak anak yang saya bawa pun melambaikan tangan nya ke
lukisan itu. Selain itu di bagian akhir dari tour kami mengunjungi sebuah
penjara pria, jadi penjara itu sangatlah kecil dan berada dibawah tanah lebih
tepatnya dibawah gedung museum tersebut, pada saat saya selesai menjelaskan
materi tentang penjara bawah tanah, saya menyuruh anak anak rombongan untuk
masuk kedalam penjara itu setelah semua masuk , saya berkata kepada anak anak
bahwa banyak orang orang yang sedang berdiri di belakang mereka, begitu mereka
mendengar hal tersebut mereka pun lari meninggalkan penjara pria tersebut. Dan ketika
saya berkata kepada mereka bahwa itu hanya lelucon belaka, mereka pun tertawa
terbahak bahak sambil menunjuk ke teman temannya yang ketakutan
Jika
anda belum pernah datang ke museum sejarah Jakarta, cepatlah datang ke sana
dikarenakan tempatnya yang unik karena berada di kota tua, selain itu koleksi
yang di punya juga menarik untuk dipelajari. Guide disana juga ramah tamah
serta mempunyai pengetahuan yang sangat luas, bukan hanya tentang museum
fatahilah tetapi juga tentang seluruh kota tua. Jadi jika belum pernah kesana
tunggu apa lagi.
Kembali
ke topik awal kita, jika anda sudah membaca, anda pasti sudah mengetahui apa
saja suka dan duka menjadi seorang pemandu wisata, jika saya ditanya “lebih
banyak mana, suka atau duka?” Saya lebih banyak suka daripada duka, mungkin
semua juga tergantung dari sudut pandang anda, dan juga tergantung dari apakah
anda menyukai profesi menjadi seorang pemandu wisata atau tidak. Selain diatas, suka nya menjadi pemandu
wisata adalah saya dapat bertemu banyak orang orang dengan karakter yang unik
dan pengetahuan yang baru juga, setiap orang mempunyai background yang berbeda sehingga kita dapat mengerti orang lain, bagaimana
pun kondisi seseorang, mood seseorang, seorang pemandu wisata harus dapat
memberikan
yang terbaik bagi para wisatawan yang dipandu oleh dirinya. Duka nya menjadi pemandu
wisata menurut saya tidak begitu terasa jika kita sudah selesai membawa
rombongan tetapi suka nya menjadi pemandu wisata jika kita sudah selesai
memandu rombongan, itu akan tetap terasa. Rasa senang
dari memandu rombongan membuat saya lebih bersemangat dalam menjalani suatu
aktifitas dan membuat saya lebih ingin memandu lebih sering lagi
Sekian yang bisa saya sampaikan tentang
suka duka menjadi seorang pemandu wisata, menjadi pemandu wisata merupakan
pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya. Menjadi pemandu wisata juga dapat
melelahkan, namun lebih banyak menyenangkannya. Jika saya dapat memilih profesi
yang saya sukai, salah satunya akan saya tambahkan yaitu menjadi seorang
pemandu wisata yang professional. Jika di masa depan kita dapat berjumpa semoga
kita berjumpa dengan keadaan yang menyenangkan hati, jika kita bertemu semoga
saja kita bertemu dengan senyum diwajah, semoga kita dapat berjumpa dilain
waktu, disaat kita sudah mempunyai kebahagiaan didunia ini. Semoga artikel
mengenai suka duka menjadi pemandu wisata ini dapat membuat anda lebih berminat
untuk menjadi seorang pemandu wisata. Terimakasih
(Gambar
4: Foto Mahasiswa/i yang sedang pkl di Museum Sejarah Jakarta)
Tb. Mahandika Ispratama
4423143958
Usaha Jasa Pariwisata B
mas ini aku mas
ReplyDelete