Monday, January 4, 2016

T2_ Sabilah Ulfa Harnum_solusi unj untuk pariwisata indonesia



Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang indah, dua pertiga dari negara indonesia adalah perairan. Terdiri dari  beribu ribu pulau ada sekitar 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni dan dengan 5 pulau besar (pulau jawa adalah salah satu pulau besar dengan penduduk yang padat).sejarah tentang adanya wisata di indoneisa tidak luput dari peran penjajah Bidang jasa pelayanan yang berkaitan dengan pariwisata mungkin sudah berkembang sejak zaman Indonesia purba, khususnya Jawa kuno abad ke-8; beberapa panel relief di Borobudur menggambarkan adegan penjual minuman, semacam warung, kedai, atau rumah makan, serta ada bangunan yang didalamnya ada orang tengah minum-minum dan bersenang-senang, mungkin menggambarkan rumah minum atau penginapan. Indonesia memiliki catatan sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad ke-14.[12] Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan pedati dengan iring-iringan pejabat negara Catatan Perjalanan Bujangga Manik, seorang resi pengelana Hindu dari Pakuan Pajajaran yang ditulis pada abad ke-15 menceritakan perjalanannya keliling pulau Jawa dan Bali. Meskipun perjalannya bersifat ziarah, namun kadang-kadang ia menghabiskan waktu seperti seorang pelancong zaman modern: duduk, mengipasi badannya dan menikmati pemandangan di daerah Puncak, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari kawasan Pakuan. Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari Belanda. Gubernur jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan biro wisata yang disebut Vereeeging Toeristen Verkeer yang gedung kantornya juga digunakan untuk maskapai penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut dengan KLM).Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan.[12] Tahun 1913, Vereeneging Touristen Verkeer membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927.[12] Pada 1 Juli 1947, pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism) yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel - hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV HORNET. Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk Panitia InterDepartemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.
karena banyaknya pulau-pulau yang indah membuat Indonesia berpotensi untuk mendatangkan wisatawan untuk mengeksplor indahnya negara Indonesia.namun sayang sekali kita belum berhasil membawa banyak wisatawan asing untuk datang mengunjungi Indonesia jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia, singapura, dan Thailand. Padahal jika dibandingkan dengan Negara-negara tersebut objek wisata kitalah yang diunggulkan, pemerintah Indonesia tidak perlu repot-repot untuk membuat objek wisata buatan karena kita sudah punya objek wisata budaya dan adat, objek wisata alam, dan objek wisata sejarah. Pemerintah hanya perlu membenahi konsep pemasaran objek wisata yang kita punya. Padahal dilihat dari fungsi dan kegunaanya Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau tumbuh sebesar 7.05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan RRC berada di urutan pertama disusul Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan Perancis. Bayangkan saja dari 17.508 pulau yang ada di Indonesia hanya ada beberapa destinasi wisatawan yang diminati olwh wisatawan asing, mengapa demikian? Apakah ada yang salah dengan Negara Indonesia, atau memang pemerintah, aparat desa objek wisata, atau masyarakat yang belum mengerti tentang pentingnya pariwisata di Indonesia? Eittt sebelum kita membahas permasalahan ini lebih dalam dan serius, ijinkan terlebih dahulu saya memperkenalkan diri
Nama saya sabilah ulfa harnum pembaca bisa memanggil saya sabil atau ulfa agar mungkin bisa lebih akrab,saat ini saya tercatat masih sebagai mahasiswi aktif di jurusan Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta, pendidikan yang nantinya akan mengantarkan saya untuk terus berperan secara aktif dan peduli untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang diakui kekayaan pariwisatanya di dunia. Oh iya saatnya kita kembali ke topik pembahasan tentang permasalahan pariwisata di Indonesia.
Menurut saya pemerintah memang dituntut untuk selalu berperan aktif dalam menghidupkan pariwisata secara keseluruhan bukan hanya menghidupkan objek wisatanya saja tetapi juga dari sumber daya manusianya juga. Sebenarnya dinas pariwisata Indonesia sudah melakukan langkah revolusioner sejak awal tahun 2000-an yaitu menciptakan dan menyiapkan pramuwisata yang siap mengayomi wisatawqan yang akan berkunjung ke objek wisata di Indonesia, namun apakah itu saja sudah cukup? Menurut blog yang saya baca yang dbuat oleh terdapat beberapa maslah klasik yang tengah membelit pariwisata Indonesia yang pertama,penyelahgunaan teknologi modern yang tidak tepat dan terarah dapat membuat kepedulian masyarakat dengan lingkungan semakin menurun dan ujungnya tidak ada minat untuk lebih mengembangkan objek wisata Penyebab faktor tersebut adalah dengan tidak terlaksananya 7 (tujuh) Sapta Pesona yaitu: aman, tertib, bersih, indah, sejuk,ramah tamah, dan kenangan. Dalam membudidayakan sifat ketujuh sapta pesona tersebut kadang kala membuat para pengunjung wisata (tourism) kurang nyaman, dalam hal ini disebabkan karena kekuranghati-hatian. Permasalahan semacam inilah yang mengakibatkan berkurang/ menurunnya pengunjung wisata di indonesia.Menurunnya juga para pengunjung wisata di indonesia dikarenakan kurangnyamobilitas dan kualitas fasilitas yang lengkap. Di tambah lagi dengan kurangnya akseskomunikasi yang baik. Dalam hal ini, dibutuhkan orang-orang yang sangat profesional dalam bidangnya masing-masing, mulai dari perjalanan asal pengunjung, bidang transportasi yangcukup memadai dan memiliki ketepatan waktu sesuai yang telah diatur, dan penginapan yangcukup bagus dengan fasilitas yang sangat lengkap sehingga pengunjungpun merasa nyaman.Tujuh sapta pesona dalam bidang pariwisata merupakan hal yang sangat penting, yang pertama yakni: keamanan. keamanan seseorang dalam perjalanannya untuk bersenang-senangsangat penting, jangan sampai ada yang melakukan aksi pencurian apa lagi sampaimembahayakan nyawa para wisatawan. Kedua, ketertiban. ketertiban dalam daerah tujuanwisata tersebut juga sangat diperlukan dimana dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang terampil dan tertib, tidak ada pemberontak atau pengacau maka dapat menimbulkan nuansa hidup baru pengunjung dalam beradaptasi. Ketiga, kebersihan adalah satu cara untuk membuat hati damai, tidak berantakan, tidak merasa sedih dalam melihat pemandangan yangkurang memuaskan, contohnya suatu daerah pantai tidak bersih sehingga membuat parawisatawan yang sebenarnya ingin menikmati keindahan alam malah melihat pemandanganyang jelek.Empat, kekayaan keindahan alam yang dimiliki oleh negara indonesia dengan posisiyang sangat strategis, sebenarnya sudah sangat mendukung kemajuan suatu objek wisata,akan tetapi dalam pengelolaannya masih sangat kurang sehingga panorama keindahanalamnyapun semakin menurun. Lima, kesejukan suatu daerah harus mendukung dalam hallingkungan yang tertata dengan rapi, banyak pohon-pohon yang menghijau sehingga ketikaada tiupan angin nafas terasa segar. Enam, keramahtamahan suatu lingkungan adalah halyang sangat utama dalam memajukan kepariwisataan, disebabkan terlihatnya menarik suatudaerah atau betahnya para wisatawan ditentukan oleh keramahan daerah tersebut dan bagaimana tata cara menerima orang lain yang masuk dalam daerahnya. Ketujuh adalahkenangan yang tidak lain adalah kekeluargaan yang sifatnya saling mengingat akan segalasesuatu apa yang telah dilakukan baik seorang pengunjung (wisatawan) maupun seorangyang memberi pelayanan. Keharmonisan pun dapat terjalin dengan baik.Dengan begitu, kepedulian dalam pelayanan prima ini lebih harus diutamakan. Karenahanya dengan pelayanan para pengunjung akan terikat hatinya untuk berkunjung kembaliditempat wisata dimana ia kunjungi tadi. Dan tidak hanya cukup dilakukan oleh masyarakatsaja, tentu harus ada kerjasama dengan pemerintah dalam rangka mendorong dengan pembiayaan dalam pembangunan infrakstuktur yang cukup memadai agar kenyamanan punsesuai dengan yang diharapkan para tourism.Selain itu juga, bagian terakhir dalam pengembangan pariwisata adalah bagaimanacaranya untuk mempromosikan daerah objek wisata tersebut baik di dalam negeri maupundiluar negeri, sehingga daerah tersebut dapat dikenal oleh manca negara dan dunia. Itumerupakan tugas dari pada generasi muda sekarang ini agar lebih maju di masa depan.
Dengan kata lain permasalahan objek wisata tentang ketujuh sapta pesona tersebut (aman, tertib, bersih, indah, sejuk, ramah tamah, dan kenangan) jika kita tengok lagi memang dirasa sangat mudah untuk mengubah permasalahan tersebut, namun ternyata pada prakteknya merubah tujuh sapta pesona tersebut bukan perkara yang mudah, butuh dukungan dari semua pihak dalam kasus ini seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah wisata, masyarakat sekitar objek wisata, dan tentunya yang tidak kalah penting adalah kesadaran wisatawannya juga. Keamanan yang terjamin dapat membuat wisatawan nyaman jika berkunjung ke destinasi tersebut tanpa takut dengan keselamatan dirinya, masih ingat dengan kasus bom bali? Kasus ini membuat pencorengan yang sangat memalukan terhadap pariwisata di Indonesia, smenjak kejadian tersebut bali yang merupakan objek wisata utama di bali menjadi sepi dari wisatawan domestic maupun internasional. Pemerintah dan seluruh warga Indonesia harus lebih kerja keras lagi untuk membangun citra positif  untuk pulau bali.
Oh iya menurut saya permasalahan yang tidak kalah peliknya adalah tentang bahasa, mengapa demikian karena bahasa adalah salah satu pengantar untuk memperkenalkan apa yang kita punya ke wisatawan asing, tanpa bahasa yang baik mungkin rentan akan terjadinya kesalahpahaman yang dapat menyebabkan konflik, untuk itu solusinya adalah penggunaan praktek bahasa asing dari usia dini memang dibutuhkan, bukan bermaksud untuk menghilangkan atau menurunkan citra bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, namun kita harus lebih realistis untuk melihat lebih luas agar pariwisata di Indonesia dapat berkembang pesat.
Selain itu persiapan yang matang dalam menghadapi MEA(Masyarakat Ekonomi Asean) sangat dibutuhkan, peran pemerintah yang bersedia menopang sektor wisata melalui peningkatan wisatawan mancanegara yang mendatangkan devisa serta membuka lapangan tenaga kerja. Kabar menggembirakan lagi untuk insane pariwisata Pemerintah sengaja menggenjot sektor pariwisata itu karena lebih mudah dalam lapangan kerja. Wisatawan mancanegara (Wisman) kita tahun ini 10 juta, nanti kita tingkatkan menjadi 20 juta Wisman. Devisa sekarang USD 10 miliar akan tingkatkan USD 20 miliar. Jumlah rakyat yang bekerja 3 juta, akan ditingkatkan menjadi 7 juta, Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya menargetkan masuk peringkat 25 dunia dalam destinasi wisata pada tahun 2016. Sebab, potensi wisata dalam negeri sangat mumpuni jika dikelola dengan baik. Penilaian World Economy Forum (WEF) tahun lalu kita peringkat 75, sekarang 50, tahun depan pemerintah targetkan masuk 25 besar. Sungguh cita-cita yang harus didukung oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia.pemerintah menargetkan ada 10 objek wisata unggulan untuk 2 sampai 3tahun kedepan dan target kunjungan wisamannya mencapai 20 ribu pengunjung. Dan untuk mempersiapkan hal ini pemerintah siap mengucurkan dana yang lumayan besar. Pak presiden jokowi berujar Dia menyebut saat ini sudah hampir 1,1 triliun orang melakukan perjalanan di seluruh dunia. Maka dari itu, pemerintah perlu untuk mengembangkan dan mempromosikan pariwisata yang ada di Indonesia untuk meraup untung dari fenomena ini. "Sudah 1,1 triliun sudah berjalan jalan di dunia ini. Jadi perlu adanya peningkatan anggaran promosi. Menurut saya salah satu solusi lainnya adalah menerapkan bebas visa untuk pengunjung yang datang ke Indonesia. Saat ini pemerintah sudah membebaskan 92 negara bebas visa pemerintah kembali memberikan izin bebas visa ke 84 negara baru. Beberapa penambahan negara yang diberikan bebas visa meliputi Australia, Ukraine, Kenya, Montenegro, Uzbekistan, Bangladesh, Kamerun, Sierra Leone, Palestina, Honduras, Pakistan, Mongolia, Uruguay, Latin Amerika, Bosnia Herzegovina, Costa Rica, Israel, Albania, Mozambik, Macedonia, Comoros, El Salvador, Zambia, Madagascar, Moldova, Georgia Namibia, Kiribati, Armenia, Bolivia, Bhutan, Trinidad & Tobago, Guatemala, Mauritania, Paraguay, dan lain-lain. Pembentukan Badan Otoritas kepariwisataan mengambil contoh dari keberhasilan pembentukan otoritas Nusa Dua di Bali, di mana wilayah Nusa Dua yang sebelumnya bukan menjadi obyek wisata khusus, menjadi wilayah MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) berkaliber internasional. Sebagai uji coba pertama penerapan Badan Otoritas Pariwisata ini ialah Danau Toba dan diharapkan dapat menjadi contoh untuk 9 destinasi wisata unggulanlainnyayang telah ditetapkan.Menteri Pariwisata Arif Yahya mengharapkan dengan penetapan 10 destinasi wisata unggulan Indonesia yakni Danau Toba-Sumut, Tanjung Kelayang-Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Pulau Seribu-DKI, Boborudur-Jateng, Bromo-Jatim, Mandalika-Lombok, Morotai-Maluku utara, Wakatobi Sulawesi tenggara, dan Labuan Bajo Komodo-NTT di mana pada destinasi wisata ini akan dikembangkan infrastruktur dasar, jaringan internet, air, pelabuhan dan marina.Dengan Pembentukan Badan Otoritas Pariwisata ini diharapkan target pendapatan dari sektor pariwisata dapat menjadi 20 juta USD pada tahun 2019.Selain itu permasalahan lainnya adalah Hambatan Rendahnya promosi berbagai destinasi wisata dan pengelolaan yang tidak optimal diluar Bali. Masih berlaku nya trend mass tourism. Sampai saat ini sebagian besar perbankan di Indonesia belum memahami potensi industri kreatif karena konsep perbankan yang mengikuti permintaan pasar. Industri kreatif belum sepenuhnya terlindungi secara hukum. Pemberitaan media yang berlebihan soal negeri barbar dan suka pada kekerasan. Maka setiap hambatan perlu dicarikan solusinya, antara lain: Solusi Perlu aturan yang mewajibkan setiap Pemda mengelola, mengembangkan destinasi wisata dan ekonomi kreatif di daerah masing-masing, misalnya minimal kelancaran akses menuju tempat wisata serta pengelolaan kebersihan yang diawasi. Promosi destinasi dan pengawasan bisa melalui Blog dan atau Sosial media (twitter/facebook). Sangat perlu ada Lomba promosi wisata tiap daerah agar ada persaingan, dan penghargaan tingkat nasional. Ubah trend dari mass tourism menjadi responsible tourism. Trend wisatawan cukup senang berkunjung beramai-ramai ke suatu tempat hanya untuk sekedar berfoto, menjadi berkulit gelap akibat mandi matahari, harus diubah. Libatkan turis dengan melihat (dan mempelajari) museum, galeri seni, membatik, kerajinan tangan dsb, mereka kemudian mengubah tujuannya untuk mencoba memahami budaya setempat, kemudian menjadi suatu kebanggaan bagi para wisatawan itu sendiri. Workshop dan kolaborasi seni menjadi bagian penting dari proses ini sehingga komunitas pun akan tetap hidup walaupun wisatawan meninggalkan tujuan wisatanya. Perbankan perlu mendampingi dan memberikan edukasi terus-menerus kepada para pelaku usaha agar konsep ekonomi kreatif dipahami dengan lebih baik berikut aspek hukumnya. Sehingga mereka mampu membaca pasar, dan perbankan tidak ragu-ragu lagi memberikan pembiayaan kepada pelaku industri kreatif di Indonesia. Perlu disadari bahwa industri kreatif sarat akan eksploitasi ide dan kekayaan intelektual. Oleh karena itu, perlindungan hak atas kekayaan intelektual akan menjadi persoalan penting ketika industri tersebut kian besar dan meluas. Pemerintah perlu mengantisipasi hal-hal yang mungkin timbul dari sengketa hak atas kekayaan intelektual. Perbankan perlu mengingatkan para pelaku usaha juga perlu sejak awal agar mengantisipasi kemungkinan sengketa terkait dengan hal tersebut. Jangan sampai tersandung oleh hal-hal serius yang semula dianggap sepele sehingga mengganggu kelancaran usaha. Peran media perlu menumbuhkan keramahtamaan bangsa ini. Pariwisata hanya berkembang di negeri yang indah dan damai.
Pada akhirnya kecintaan terhadap budaya lokal dan keindahan pariwisata lah yang menjadi solusi untuk berkembangnya wisata di Indonesia, tanpa kebanggan tersebut tidak mungkin kita dapat menciptakan sapta pesona. Jika kita sudah bangga dan cinta dengan kebudayaan, maka wisatawan pun akan tertarik untuk mengetahui kebudayaan yang kita miliki.
Sabilah Ulfa Harnum
4423143947
Usaha Jasa Pariwisata 2014 B
Sabilah.ulfa@gmail.com

rimadona-dunia-proyeksi-ekonomi-2016

1 comment:

  1. Mungkin ngga si, ini semua karena kurang dikajinya sejarah lokal di Indonesia. Khususnya tempat wisata tsb. Soalnya bnyk turis asing tertarik ke Indonesia karena sejarah tempatnya. Mungkin penulisan sejarah lokal taraf internasional untuk Indonesia perlu digencarkan lagi.

    ReplyDelete